"Bunda ayah jahat sama Ayis, ayah mukul Ayis." Adu Haris pada bundanya yang sedang melipat baju.
Bundanya lalu tersenyum pada Haris, ia lalu meletakkan pakaian yang selesai dilipatnya ke samping lemari. Ia menarik Haris agar duduk dipangkuannya.
"Gimana ayah mukul Haris?" Tanya sang bunda dengan nada lembut.
"Diginiin bunda." Haris mempraktekkan bagaimana cara sang ayah memukulnya, iya 'mukul' yang ditunjukkan Haris itu, seperti tangannya ditampar gitu.
"Merah-merah tangan Haris, lihat ini." Tunjuk Haris pada tangannya yang kena tampar tadi.
"Sini bunda tiupin." Sang bunda mengambil tangan Haris lalu meniupnya dengan pelan.
"Udah sembuh, Haris tau kenapa tangan Haris ditampar ayah?" Tanya sang bunda.
"Karena Haris gak sengaja jatuhin laptopnya ayah, terus pecah laptop ayah." Lirih Haris sambil memonyongkan bibirnya.
"Berarti Haris salah kan?" Tanya sang bunda dengan lembut.
"Iya, Haris salah." Ujar Haris.
"Kalau Haris salah, Haris harus ngapain?" Tanya sang bunda sambil tersenyum.
"Minta maaf sama ayah." Ujar Haris sambil menatap sang bunda.
"Kenapa Haris minta maaf?" Tanya sang bunda.
"Karena Haris ngerusakin laptopnya ayah." Haris memainkan ujung baju bundanya.
....
"Bunda, Haris ditampar sama ayah."
"Kenapa Haris ditampar?"
"Karena Haris tawuran sama anak sekolah lain."
"Berarti siapa yang salah?"
"Haris." Tunjuknya pada dirinya sendiri.
....
"Bunda, Haris gak mau dikurung di gudang, nanti gak ada makanan bunda yang Haris rasain." Lirih Haris sambil memeluk sang bunda.
Bunda juga memeluk Haris dengan erat, ia tahu anaknya salah. Haris melakukan kesalahan yang sangat fatal, ia kepergok melakukan 'itu' dengan pacarnya di gudang sekolah.
"Katakan padanya, kamu akan tetap memasakkan makanan untuknya." Bisik seorang pria di sebelah sang bunda.
Bunda menghela nafas, "Haris, bunda tetap akan memasakkan makanan untuk Haris," ujarnya dengan nada lembut, ia mengelus lembut rambut Haris.
"Bunda janji?"
"Iya."
....
Haris memang membenci ayahnya, bahkan sangat membenci sang ayah. Ia benci pada ayahnya karena selalu menggunakan kekerasan padanya. Ia tidak suka kekerasan.
Bahkan sampai mengurungnya selama seminggu di gudang yang gelap dan pengap, ia benci dengan itu.
Tapi, ada satu hal yang baru Haris sadari, ayahnya tidak sejahat itu.
"Ayah, bekas luka apa itu?" Tanya Haris sambil menunjuk pada punggung ayahnya yang tampak membiru, juga ada bekas-bekas luka.
"Hanya luka karena pekerjaan." Dingin sang ayah tanpa memandang pada anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldest
Teen FictionProtagonis, protagonis, protagonis, hanya mereka saja yang diingat oleh pembaca. Karena apa? Karena baik lah, karena lembut lah, karena cakep lah. Tapi, pembaca melupakan salah satu tokoh, antagonis. Antagonis memang tokoh jahat, ya mereka memang to...