"Kemana pasien di ruangan ini, sus?" Tanya Haris pada suster yang lewat.
"Pasien dipindahkan ke ruang IGD mas." Ujar suster tersebut.
"Oh, begitu, terima kasih, sus." Ujar Haris sambil tersenyum.
"Iya mas."
Suster tersebut pergi dengan perasaan berbunga karena habis mengobrol dengan pria tampan, ditambah senyuman tadi. Akhhhh, suster gak kuat!
"Bang, kalau gak salah gue pernah ke sini sendiri diajak sama temen gue itu, tapi gue lupa sama namanya. Pokoknya keadaan abangnya itu benar-benar bisa dibilang gak bisa ketemu sama orang." Ujar Maka sambil mengingat kembali kejadian waktu itu.
"Serius? Terus gimana lo tau keadaan abangnya?" Tanya Haris.
"Karena gue masuk."
"Gila lo ya! Bukan siapa-siapanya, tapi main masuk aja."
"Bodolah! Pokoknya gitu, abangnya waktu nampak gue, malah histeris, dia ketakutan."
"Muka lo kayak setan soalnya."
"Bangsul!"
....
"Hiks Ilik jahat hiks, dia mukul hiks Ine. Padahal hiks dia sahabat Ine hiks selain Neo." Ujar Line di sela-sela tangisnya.
Daniel yang sudah tidak tega lagi melihat kondisi Line yang terus-terusan menangis, ia langsung memeluk Line. Ia tau siapa itu Ilik, dulu dia terkadang bermain di rumah, disaat kedua orang tua mereka tidak ada di rumah saja.
"Tenang ya Ine." Daniel mengusap lembut rambut Line, lalu mengecup pucuk kepala Line.
Keadaan Line saat ini, ia mendapatkan berbagai luka lebam lagi di wajah, tangan, dan kakinya. Tadi saat dibawa ke ruang UGD kondisinya lebih parah dari sekarang.
Saat itu, Jingga izin untuk membeli makanan di kantin rumah sakit. Saat ia kembali ke ruangan Line, ia langsung disuguhkan pemandangan dimana Line sudah tergeletak tak berdaya di lantai, dengan luka disudut bibir, hidung yang mengelurkan darah, lebam-lebam di wajah dan tangannya, lalu kakinya terdapat luka sayatan juga lebam di sana, kepalanya yang juga mengeluarkan darah.
"Aniel, Ilik jahat Aniel, dia mukulin Line, badan Line sakit." Lirih Line disela-sela tangisnya.
Hati Daniel terasa seperti disayat sedikit demi sedikit oleh pisau, ia sakit mendengar keluhan dari abang pertamanya yang bahkan sekalipun ia tidak pernah mengatakan, apa yang sakit.
Pemuda tangguh, kasar dan pekerja keras, ternyata memiliki hati lembut bak sutra, hati yang murah pecah bagai kaca, dan fisik yang mudah untuk dihancurkan bagai kertas.
Ia benci melihat kondisi Line saat ini, ia membenci luka-luka yang ada di tubuh dan hati Line. Ia lebih menyukai Line yang dingin dan kasar, ia tidak menyukai Line yang kesakitan seperti ini.
"Terus... Terus, Ilik bilang Ine itu 'barang murah', Ine gak tau artinya apa." Line semakin mengeratkan pelukannya pada Daniel.
Daniel yang sedang menenangkan Line, sedangkan keempat saudaranya mengepalkan tangan kuat saat mendengar apa yang dikatakan oleh Line.
Barang murah!? Ilik bilang Line barang murah!? Itu orang udah bagus dikasih nafas, malah semakin menjadi-jadi. Line itu bukan barang murah!! Line itu permata mereka, Line itu berlian yang harus dijaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldest
Teen FictionProtagonis, protagonis, protagonis, hanya mereka saja yang diingat oleh pembaca. Karena apa? Karena baik lah, karena lembut lah, karena cakep lah. Tapi, pembaca melupakan salah satu tokoh, antagonis. Antagonis memang tokoh jahat, ya mereka memang to...