09

1.3K 109 5
                                    

DARI BAB INI SAMPAI BAB SELANJUTNYA HANYA AKAN ADA CERITA TENTANG HARIS
JADI JANGAN BERHARAP ADA LINE NYA
----------------------------------

"Hiro, lo pernah gak rindu sama seseorang?" Tanya Haris yang sedang melihat Hiro mengupas kulit apel.

"Ya, pernahlah bang, yakali gue gak pernah." Jawab Hiro sambil mengupas kulit apel.

"Apa yang lo rasain? Sakit? Sedih?" Tanya Haris.

Hiro memberhentikan mengupas apelnya, ia beralih menatap Haris, "Sedih pake banget bang, udah lama gue gak ketemu ma tu orang. Gue pengen ngerasain elusan lembutnya bang, lebih dari abang deh lembutnya," ujar Hiro dengan nada sedih di dalamnya.

"Siapa tuh?" Ujar Haris sambil menaik turunkan alisnya.

"Sepupu kita lah bang, gue masih belum punya cewek." Ujar Hiro dengan raut muka sedihnya saat mengatakan kalimat terakhir.

"Hah? Emang kita punya sepupu?" Tanya Haris dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Lah? Gak inget bang? Punya loh kita, tapi entah kenapa sejak abang tamat SMP mereka udah gak datang lagi. Tapi, gue ingat-ingat lupa sama namanya, pokoknya yang satu lagi itu lembut banget orangnya walaupun dia laki." Ujar Hiro sambil melanjutkan mengupas apelnya.

Ah, Haris baru tau, mungkin ia tidak mengetahui adanya sepupunya karena ia tidak pernah dibolehkan keluar jika keluarga besarnya datang, berarti bundanya berbohong.

"Nih bang, udah gue kupasin." Ujar Hiro sambil menyodorkan potongan buah apel yang sudah diletakkan di piring kecil.

"Makasih, adek abang." Ujar Haris sambil tersenyum.

"Ro, sepupu kita tu dari pihak ayah atau ibu?" Tanya Haris sambil memakan apelnya.

"Dari pihak ibu." Ujar Hiro.

Haris hanya membulatkan mulutnya tanda ia mengerti.

Suasana berubah menjadi hening, Hiro yang sibuk dengan handphone nya juga Haris yang masih memikirkan Line.

Iya, serius, demi apapun, walaupun Haris hanya sebentar bertemu dengan Line, terhitung mungkin antara tiga atau empat bulan. Tapi, ia sudah sangat merindukan pemuda hangat bagaikan matahari itu.

Bagaimana bisa author membuat pemuda hangat itu menjadi antagonis? Dasar author tidak berakhlak!

Haris rindu dengan senyum hangatnya, elusannya, pelukannya, Haris rindu sekali. Tapi, Haris tidak tau bagaimana cara bertemu dengan Line.

"Eh, bang, sepupu kita tu juga hebat loh! Udah pernah buat buku, bahkan sampai langsung diterbitkan!" Ujar Hiro dengan nada semangat.

"Apa judulnya?" Tanya Haris, kalau tentang novel ia yang paling bersemangat, kalau ada novel baru terbit masih hangat-hangat banget, dia mau beli, pokoknya mau.

"Gak tau lah ya, gue cuman kemaren itu denger dari mama sama tante doang cerita-cerita." Ujar Hiro.

Haris menghembuskan nafas kecewa, padahal dia pengen tau nama sepupunya karena dengan itu kan.

"Tapi, bang, entah kenapa gue kasian sama sepupu kita yang tertua." Ujar Hiro dengan nada sedih.

"Kenapa?" Tanya Haris, ia sudah menghabiskan apel itu, ia meletakkan piring kecil itu ke atas nakas.

EldestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang