'Ya, pak, kami sudah menemukan pelaku-pelaku yang melakukan tindak kejahatan pada Galineo Varista Tanjiya.'
Ya, seharusnya itu menjadi berita yang sangat membahagiakan bagi Haris, itu memang seharusnya menjadi berita bahagia.
Tapi, disaat yang sama, setelah bawahannya memberikan info itu, bertepatan Malik yang menelfonnya terus menerus.
Awalnya ia ingin abai saja, soalnya Malik ni kadang hp nya sama Jingga atau nggak Fabian, untuk jahilin orang doang. Tapi, berhubung itu telfon gak berhenti-henti berdering, ia mengangkatnya.
Lalu...
'Bang, ke Wisnu Hospital, bang Line jatuh dari rooftop gedung kantornya.'
Ya, itu memang suara Malik, suara dingin yang menyimpan banyak kesedihan di dalamnya saat Line sudah menjawab telfonnya.
Haris yang mendengar berita tersebut langsung saja membatalkan semua jadwalnya hari ini, ia ingin bertemu dengan orang yang dia anggap saudara.
"GIMANA BISA LINE JATUH DARI SANA!?"
"GUE NGGAK TAU BANG!! GUE JUGA BARU DAPET TELFON DARI SATPAM KANTOR ABANG GUE!!"
"LO TOLOL!! BISA-BISANYA LO GAK JAGAIN ABANG LO SENDIRI!?"
"GUE SEKOLAH BANGSAT!!"
"KALIAN BERDUA BISA GAK RIBUT!? BANG LINE LAGI BERJUANG DI DALAM SANA!! SETIDAKNYA KALIAN BERDOA BIAR BANG LINE SELAMAT!! BUKAN MALAH BERTENGKAR!!"
Suara dari Bastian menghentikan pertengkaran Haris dan Malik, keduanya sama-sama sedang panik jadi gampang emosi, untung yang lain bisa menenangkan diri sendiri. Maka dan Hiro juga ikut.
"Polisi sedang nyelidikin kasus ini."
....
"APA MAKSUD LO BANGSAT!? GAK MUNGKIN BANG LINE BUNUH DIRI BODOH!!"
Suara Malik bergema di dalam ruangan tersebut, membuat telinga seorang polisi tersebut terasa panas. Suara Malik bahkan sampai ke luar.
"Dari hasil penyelidikan, tuan Galineo Varista Tanjiya terbukti bunuh diri, karena jika disengaja tidak mungkin, tidak ada tanda-tanda kekerasan, ditambah CCTV di rooftop mati."
Malik yang sudah kepalang emosi lalu membogem polisi tersebut, tidak peduli kalau ia akan dimasukkan ke dalam penjara, dia tidak peduli. Dia tidak suka ada yang mengatakan abangnya melakukan bunuh diri, ia tidak suka.
"ABANG GUE LAGI BERJUANG DI RUMAH SAKIT DAN LO BILANG DIA BUNUH DIRI!?"
"LO JAHAT ANJING! JAHAT!"
Malik terus memukul polisi tersebut, ia terus memukul dengan wajah memerah dan air mata yang terus mengalir.
"MALIK TENANGIN DIRI LO! TENANG! LINE GAK SUKA LO KAYAK GINI!"
Haris langsung menahan Malik yang terus memukul polisi itu, Malik sudah seperti orang kesurupan. Jika tidak ia tarik keluar, mungkin polisi itu hanya akan tinggal nama.
Mereka sampai di rumah Line dan kelima adeknya. Oh, keempat adik Line dan kedua adeknya Haris lagi jaga Line di rumah sakit.
"Lo kenapa ngamuk gitu banget?" Tanya Haris sambil menatap garang Malik.
"POLISI BANGSAT ITU BILANG BANG LINE BUNUH DIRI BANG!!"
Air mata Malik jatuh lagi setelah mengering beberapa saat, ia tidak suka, ia benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldest
Teen FictionProtagonis, protagonis, protagonis, hanya mereka saja yang diingat oleh pembaca. Karena apa? Karena baik lah, karena lembut lah, karena cakep lah. Tapi, pembaca melupakan salah satu tokoh, antagonis. Antagonis memang tokoh jahat, ya mereka memang to...