12

606 79 5
                                    

"Maaf tuan, di rumah sakit kami tidak ada data tentang Galineo Varista Tanjiya." Ujar seorang resepsionis pada Haris.

"Apakah anda sudah sangat teliti dalam mengeceknya?" Tanya Haris, rasa rindu ini benar-benar tidak bisa dia tahan.

"Sudah tuan, tapi benar-benar tidak ada satu data pun tentang pasien yang bernama Galineo Varista Tanjiya." Ujar resepsionis itu lagi.

"Anda coba cari di rumah sakit yang lain." Ujar resepsionis itu.

"Mbak, tolong mbak, tolong cek sekali lagi. Walaupun namanya bukan Galineo Varista Tanjiya, coba cari yang mendekatinya." Ujar Haris dengan memohon.

"Maaf sebelumnya tuan, anda siapanya pasien yang bernama Galineo Varista Tanjiya?" Tanya resepsionis itu, ia takut kalau orang yang di depan ini ingin berbuat jahat pada pasien, yang pada akhirnya ia yang kena imbasnya.

"Saya... Temannya mbak." Jawab Haris.

"Baik tuan, saya akan mencoba mencari lagi. Kalau benar-benar tidak ada, anda silahkan cari di rumah sakit yang lain." Ujar resepsionis itu yang mendapat anggukan dari Haris.

Resepsionis itu mencari-cari data yang sekiranya namanya sedikit mirip? Dengan nama Galineo Varista Tanjiya. Haris dengan sabar menunggu, kalau tidak ada pun, ia akan mencoba cari ke rumah sakit lain, mana tau ia menemukannya.

"Tuan, ini ada yang sedikit mirip, namanya hanya Ista." Ujar resepsionis itu.

Haris menghela nafas kecewa, panggilan Galineo itu bukan Ista, kalaupun hanya nama panggilan yang diberikan, maka panggilan itu bukan Ista, tapi antara Line, Ine atau Gali.

"Bukan itu mbak, terima kasih mbak, saya cari di rumah sakit lain saja." Ujar Haris dengan nada sedikit kecewa.

"Maaf tuan." Ujar resepsionis itu sedikit merasa bersalah apalagi saat melihat raut kecewa dari Haris.

"Tidak apa mbak, kalau begitu saya permisi." Ujar Haris dengan senyum yang dipaksa.

....

"Kemana lo tadi bang?" Tanya Hiro saat melihat kedatangan Haris dengan muka kusutnya.

"Ke rumah sakit." Jawab Haris.

"Lo sakit apa?" Tanya Hiro.

"Gak sakit apa-apa, cuman gue pengen nyari Line." Ujar Haris, ia lalu menghempaskan tubuhnya di sofa panjang bersebelahan dengan Hiro.

"Line mulu lu bang." Ujar Hiro dengan nada menyindir pada Haris.

"Ya, mau gimana, Ro."

"Gue yakin lo nyari Line bukan karena kangen doang, pasti ada sesuatu kan?" Tanya Hiro.

Pertanyaan itu membuat Haris tersentak, beneran ini Hiro ini Cenayang. Bisa-bisanya dia tau tujuan Haris selain untuk menuntaskan rindu.

"Cenayang lo?"

"Jawab aja, bener kan?" Tanya Hiro dengan tangan dilipatkan di dada dan dagu sedikit terangkat.

"Dih, sombong! Iya, gue ada maksud lain nyari Line." Jwab Haris.

"Apa tujuan lain lo?" Tanya Hiro sambil menatap selidik Haris.

"Rahasia."

"Dah belok lo?" Tanya asal Hiro yang mendapatkan geplakan maut di kepalanya dari Haris.

EldestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang