06

1.2K 159 20
                                    

MOHON PERHATIANNYA, CHAPTER INI BANYAK MENGANDUNG KATA KASAR!
SEKIAN INFO, JANGAN LUPA VOTE YE!

.

.

.

"Gue cuman pengen ngerasain apa itu kasih sayang orang tua, Ris." Lirih Line.

Mereka berdua -Haris dan Line- saat ini tengah berada di padang rumput, tempat biasa mereka berdua dalam mimpi Haris.

Line saat ini tengah menyandarkan kepalanya pada bahu Haris.

"Gue pengen bokap gue ngakuin gue, gue pengen nyokap gue dengerin cerita gue, gue pengen mereka berdua tau apa aja yang gue alamin, Ris." Lirihnya.

Haris sungguh sangat ingin menangis, mendengar apa saja yang dikeluhkan oleh Line, Haris merasa sangat beruntung memiliki ibu yang memberikannya kasih sayang, ia tak peduli ayahnya itu akan mengakuinya atau tidak, karena ibunya selalu mengakui keberadaannya.

Haris mengelus surai hitam Line, ia prihatin terhadap kondisi Line. Sejak kecil ia sangat tertekan, tidak ada yang mengetahui kondisinya seorangpun, kecuali Neo.

"Kenapa lo gak cerita ke adek lo?" Haris sudah bosan dengan pertanyaan yang ia lontarkan ini, ia selalu menanyakan ini, tapi jawaban Line pasti selalu-

"Gak, mereka gak boleh tau tentang kondisi gue."

-cukup! Haris sudah muak!

"Tolol anjeng! Kondisi lo udah memprihatinkan b4b!, ini namanya lo nyari penyakit bangsat!" Maki Haris sambil mencengkram tangan Line.

"S-sakit." Lirih Line sambil menggeram kesakitan.

Haris melepaskan tangan Line, ia benar-benar heran dengan ni bocah satu. Dibilangin napa sih! Ah! Keras kepala banget, nyet!

....

"Om! Udah om!"

"Om! Anak om udah sekarat!"

Bugh!

Duak!

"Om!"

"Line!" Neo terbangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling dengan nafas tersenggal-senggal.

"Udah gue duga, lo kalo teringat masa lampau pasti kebawa mimpi." Ujar Line yang masih tenang duduk di kursi kebesarannya.

"Maaf, gue cuman pengen adek lo tau tentang kondisi lo." Ujar Neo sambil memalingkan wajahnya dari Line.

Line hanya diam, ia masih sibuk mengurus berkas-berkas yang diberikan asistennya tadi.

Tok!

Tok!

Tok!

Tiba-tiba terdengar suara ketukan tiga kali, Line mengira itu mungkin asistennya, jadi ia mempersilahkan masuk.

"Hai, Line, gimana kabar lo? Gue kira lo udah masuk rumah sakit jiwa."

Terdengar suara seorang perempuan bersamaan dengan kemunculan orang itu, ia memakai baju ketat dan rok yang hanya sebatas paha.

"Lui!?" Ujar Neo terkejut.

"Yes, baby, gue Luinda Fanie Harahas." Ujar perempuan itu yang bisa kita panggil, Lui.

EldestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang