Prolog

184 44 169
                                    

Halo kembali lagi dengan aku Indah, ini adalah cerita aku yang ke tiga kali. Aku harap kalian suka dengan cerita ini, aku gak terlalu berharap sih karena jika terlalu berharap tinggi nanti bakal jatuh ☺️.

Oke kita mulai aja ya prolog nya, semoga suka dengan cerita nya.

...

Kelahiran seorang adik bagi kakak nya adalah hal yang paling membahagiakan. Dimana kita akan menjadi seorang kakak yang akan menjaga adiknya sebaik mungkin, terlebih jika adiknya adalah seorang perempuan. Dan saat ini Gibran sedang merasakan itu, adik perempuannya yang di tunggu-tunggu oleh nya telah lahir ke dunia dengan sehat.

Gibran kecil itu naik ke atas brankar di bantu oleh ayahnya Wijaya agar bisa melihat dengan jelas adik perempuan. Cantik. Itu kata pertama yang di katakan Gibran pada sang adik.

Viola, ibu dari Gibran itu pun tersenyum melihat Gibran yang senang dengan kelahiran adik nya. Gibran terlihat ceria saat pertama kali memegang pipi mungil adik perempuan nya. Begitupun dengan Wijaya dan juga Viola.

Wijaya mendekat ke wajah Gibran lalu mencolek pipi gembul anak laki-laki itu pelan, "mau di namakan apa adik kamu?" tanya Wijaya pada Gibran.

Gibran bersedekap dengan satu tangan yang mengetuk-ngetuk dagunya seolah tengah berpikir untuk menamakan adik nya apa. Lucu. Wijaya dan Viola merasa gemas dengan tingkah Gibran. Terlebih saat Gibran menggembungkan pipinya bak ikan buntal. Ingin sekali mereka berdua mencubit pipinya karena saking lucunya.

"Kanina? Bagus enggak Ayah?" tanya Gibran pada Wijaya. Sekarang kini giliran Wijaya yang mengetuk-ngetuk dagunya lalu tak berselang lama Wijaya menganggukkan kepalanya setuju dengan nama itu.

Gibran melihat ke arah Viola yang sedari tadi itu berbicara apapun. Viola hanya tersenyum lalu berkata, "bagus, itu aja nama adik kamu ya?" Gibran mengangguk lucu.

"Kira-kira Kanina apa?" tanya Wijaya pada Viola.

Viola menatap bayi yang ada di dekapannya itu lalu tersenyum lagi, "gimana kalau Kanina Putri Wijaya," jawab Viola lalu menatap suaminya. Setelah itu Viola melihat ke arah Gibran, "Gibran setuju?"

"Giblan setuju!" seru Gibran. Lagi. Mereka berdua terlihat gemas saat mendengar ucapan Gibran yang terdengar cadel.

"Oke," kata Wijaya memutuskan. Lantas Wijaya pun menggendong anak perempuan nya lalu menempelkan hidung nya dengan hidung si kecil, "selamat datang ke dunia putri kecil Ayah, Kanina Putri Wijaya."

✧Jangan terlalu memendam luka sendirian, karena setiap manusia akan membutuhkan manusia lain.

✧✧✧


Perkenalan cast

Perkenalan cast

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumah Tanpa PintuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang