Pertemuan tak sengaja di rumah sakit adalah kilas balik yang manis dari takdir yang tak terduga.
—Gibran Wijaya Pradipta—
✧✧✧
Di taman rumah sakit yang terbuka, sinar mentari pagi memeluk setiap batang pohon dan jalan setapak dengan hangatnya. Suara gemericik air dari air mancur mengalun lembut di udara, mengiringi langkah-langkah ringan para pengunjung yang berjalan-jalan di sepanjang taman. Bunga-bunga yang bermekaran dengan warna-warni yang menggoda mata, menarik kupu-kupu untuk menari-nari dengan riang di udara. Udara segar dan sejuk menyelimuti suasana, menciptakan suasana yang menyegarkan dan menyejukkan hati bagi mereka yang membutuhkan ketenangan dan kedamaian. Di taman rumah sakit ini, terdapat kehidupan dan keindahan yang menyala di tengah keterbatasan dan kesedihan, memberikan harapan dan kekuatan bagi para pasien dan para pengunjung yang hadir.
Gibran duduk di salah satu kursi taman rumah sakit untuk menikmati kesegaran alam sekaligus menetralkan kesedihannya. Pandangan cowok itu melihat ke arah depan di mana kupu-kupu berterbangan di atas bunga. Sampai ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
Kinara. Gadis itu yang baru saja datang untuk menikmati suasana taman rumah sakit tiba-tiba mengalihkan arah pandang nya saat melihat seseorang yang ia kenali. Dengan penasaran yang mulai bersarang Kinara pun langsung menghampiri orang itu. Namun saat sudah berada di sampingnya Kinara begitu terkejut saat orang itu adalah Gibran. Bukan itu yang membuat Kinara terkejut, tapi luka di seluruh wajah cowok itu yang belum mereda.
"Lo sendirian aja?" tanya Kinara. Sontak Gibran pun langsung menoleh saat suara seseorang mulai terdengar dari pendengaran nya. Respon Gibran tidak terlalu terkejut saat melihat keberadaan Kinara yang tiba-tiba ada di belakangnya, tidak juga langsung mengucapkan apapun pada Kinara.
Gadis itu yang tau dengan situasi ini pun tidak langsung marah dengan respon Gibran. Gadis itu mulai melangkahkan kakinya ke depan lalu duduk di samping cowok itu. Pandangan Gibran kembali menatap ke arah depan dengan objek yang masih sama. Sedangkan Kinara memperhatikan Gibran dari samping. Kinara tiba-tiba terasa ngilu saat melihat luka-luka di wajah cowok itu seolah ia juga merasakan sakit yang Gibran rasakan.
"Em... Gue bawa sandwich lo mau?" tawar Kinara pada Gibran sambil menunjukkan sandwich yang di bawanya.
"Ngapain lo disini?" bukannya menjawab Gibran kembali bertanya pada Kinara. Seketika pun Kinara diam saat mendengar nada ucapan Gibran yang sedikit berbeda tidak seperti biasanya.
"Check up," jawab Kinara jujur. Alasan Kinara di rumah sakit ini memang sedang memeriksa dirinya sendiri perihal penyakit yang di deritanya selama ini.
"Lo sakit?" tanya Gibran lagi.
"Dikit," jawab Kinara sambil menunjukkan senyumannya.
"Sakit apa?" lagi dan lagi Gibran bertanya pada Kinara karena mulai penasaran dengan sakit yang di derita gadis itu.
"Bukan sakit apa-apa," jawab Kinara karena tidak mau jika Gibran mengetahui tentang penyakit yang sedang di deritanya. Kinara tidak ingin semua orang tahu tentang itu, ia tidak mau membuat orang-orang di repotkan oleh nya. Cukup ibu nya saja yang ia repotkan. "Lo kenapa? Kok bisa disini?" kini giliran Kinara yang bertanya.
"Biasa anak laki," jawab Gibran dan langsung di angguki oleh Kinara. Gadis itu memang mengetahui maksud Gibran itu apa, dan Kinara juga tadi mendengar percakapan suster-suster yang sedang membahas kondisi Gibran dan perlakuan ayahnya pada cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Pintu
Teen Fiction"cemara adalah kebohongan bagi seorang anak broken family." -Gibran Wijaya Pradipta Menurut mereka rumah adalah tempat untuk berpulang dimana mereka akan di sambut dengan pelukan dan tepukan yang lembut. Tapi itu tidak berlaku bagi Gibran. Rumah ad...