Jangan lupa untuk vote terlebih dahulu 💗
Happy reading
✧✧✧
Seburat cahaya mulai muncul dari sela-sela jendela kamar, Gibran menggeliat di atas kasur lalu mendudukkan dirinya. Ia melihat ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 06.30. Ia pun langsung bangkit dari tempat tidur untuk mandi terlebih dahulu.
Beberapa menit kemudian Gibran sudah rapi dengan pakaian seragam sekolah yang ia kenakan, rambutnya yang di belah dua. Sebelum benar-benar keluar dari kamar Gibran menyemprotkan parfum yang selalu ia kenakan itu pada seluruh badannya.
Dari luar kamar nya, terdengar suara ketukan pintu dan juga suara panggilan dari Kanina adiknya. Gibran pun langsung membuka pintu yang terbuat dari kayu jati itu dan melihat Kanina yang sudah berdiri di depan pintu. Kanina meraih tangan Gibran, menggandeng nya untuk cepat turun. Karena Viola sudah menyiapkan makanan untuk sarapan pagi ini.
Saat berada di lantai bawah Gibran menoleh kesana-kemari mencari keberadaan seseorang. Viola yang melihat itu langsung berucap, "Papa udah berangkat katanya ada meeting sama rekan kerjanya," ucap Viola memberitahu.
Gibran hanya mengangguk lalu menyeret kursinya dan duduk. Viola dengan cepat mengambil gelas dan menuangkan susu untuk Kanina dan juga Gibran. Cowok itu melihat ke arah jarum jam dan dengan cepat menghabiskan susu nya sampai tandas. Sebelumnya Viola menatap lekat Gibran sambil memikirkan sesuatu, ada harap yang Viola tinggikan agar Gibran bisa merasakan setetes kebahagiaan untuk anak nya ini. Sungguh, ini sangat menyakitkan bagi Viola melihat anaknya terus-menerus menderita karena ulah suaminya sendiri.
"Ma, Gibran pergi dulu," pamit Gibran sambil mencium tangan Viola. Tanpa menunggu jawaban dari Viola cowok itu sudah lebih dulu pergi.
"Makan dulu!"
"Nanti di kantin aja Gibran makan nya!" pekik Gibran yang sudah berada di luar rumah dan Viola dan Kanina hanya bisa menggeleng. Gibran langsung memakai helm full face nya setelah sampai di teras rumah, lalu menyalakan mesin motornya dan mulai menjauh dari area rumah. Sedangkan Viola lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya.
✧✧✧
Sesampainya di sekolah cowok itu langsung melepaskan helm full face nya. Namun belum juga Gibran turun dari atas motor ia sudah lebih dulu melihat beberapa gadis di sana yang sedang melakukan pembullyan. Karena tidak tega melihat orang yang sedang di bully nya Gibran pun langsung turun dari atas motor dan menghampiri mereka. Dengan mata sipitnya Gibran menatap tajam ke arah mereka lalu melihat gadis yang mereka bully.
"Ini sekolah, buat belajar, bukan tempat untuk ngegoda," ucap nya setelah melihat riasan make up mereka. Gibran pun melihat gadis yang terduduk di hadapannya lalu ia berjongkok berniat untuk membantunya. Gadis itu pun langsung mendongakkan kepalanya menatap mata Gibran.
Cowok itu mengulurkan tangannya dan langsung di sambut oleh gadis itu. Ia pun langsung membantu gadis itu untuk berdiri. Setelah itu Gibran kembali menatap ketua dari pembullyan ini, "kalau lo berani membully dia lagi, gue nggak segan-segan untuk ikut campur," kecam Gibran.
Setelah itu Gibran pun langsung membawa gadis itu untuk pergi dari sana menjauh dari para pembully itu.
"Ish! Gagal kita ngebully dia," gerutu Jenny.
Fika yang berada di samping Jenny pun menepuk pundak gadis itu pelan sambil menatap kepergian Gibran dan gadis yang mereka bully tadi.
✧✧✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Pintu
Teen Fiction"cemara adalah kebohongan bagi seorang anak broken family." -Gibran Wijaya Pradipta Menurut mereka rumah adalah tempat untuk berpulang dimana mereka akan di sambut dengan pelukan dan tepukan yang lembut. Tapi itu tidak berlaku bagi Gibran. Rumah ad...