Jangan lupa untuk vote terlebih dulu sebelum membaca ☺️
Happy reading.
✧✧✧
Terkadang kita juga butuh seseorang untuk menjadi teman atau sahabat yang akan mendengarkan keluh kesah kita.
✧✧✧
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu saat ini Kinara masih berada di sekolah karena harus menjalankan tugas piket, ia seorang diri karena teman-teman nya sudah menjalankan tugas masing-masing. Setelah selesai Kinara mulai keluar dari dalam kelas, tapi baru saja keluar Kinara melihat di lapangan masih ada seseorang. Kinara meneguk saliva nya susah payah karena lagi dan lagi bertemu dengan cowok itu.
Sebelum benar-benar turun ke lantai satu Kinara menarik napas terlebih dahulu lalu menghembuskan nya secara perlahan. Di kira sudah tenang Kinara mulai melangkahkan kakinya untuk turun ke lantai satu.
Setelah anakan tangga terakhir Gibran masih sibuk dengan bola basketnya. Dengan langkah cepat Kinara pun langsung pergi dari sana dengan cara berlari untuk menghindari Gibran. Tentu cowok itu yang baru saja akan selesai bermain bola basket melihat Kinara yang berlari.
Saat masih memperhatikan Kinara tiba-tiba atensinya teralihkan saat suara notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Dengan gerak cepat Gibran pun langsung mengambil benda pipih yang berada di dalam saku celananya dan melihat pesan yang di kirimkan Gilang kepadanya.
Gibran pun memutar bola matanya malas saat melihat isi pesan itu.
Tadi saat bel sudah berbunyi Gilang memang langsung berlari entah kemana. Tentunya untuk menghindari tugas piket nya. Alhasil Gibran yang baru saja akan pergi langsung di tarik oleh wakil ketua kelas untuk menjalankan tugas piket nya terlebih dahulu sebelum keluar dari kelas. Karena jika langsung keluar kelas mereka tidak akan mengerjakannya. Mau tidak mau Gibran pun menurut dan mengerjakan piket nya daripada terkena denda.
Setelah itu Gibran langsung memasukkan benda pipih nya ke dalam saku celana. Ia berjalan ke arah parkiran yang hanya tersisa motor dirinya. Gibran memakai helm di kepala nya lalu menyalakan motor itu keluar dari area sekolah.
Namun baru saja keluar dari gerbang di halte bus Gibran melihat Kinara yang berdiri sambil celingak-celinguk. Gibran tidak langsung menghampirinya karena ia sudah terlambat datang ke markas, jika ia semakin terlambat sudah di pastikan ia Kana menjadi samsak Varel dan ia tidak mau babak belur.
"Lebih baik gue langsung aja," ucap nya lalu mulai menjauh dari area sekolah meninggalkan Kinara yang masih berdiri di halte bus.
✧✧✧
Satu hal yang harus kalian tahu markas tidak pernah bersih. Baru saja Gibran menginjakkan kakinya masuk ke dalam markas ia langsung melihat banyak sekali sampah yang berserakan di lantai. Tentunya ini adalah ulah Gilang dan Kenzo. Cowok itu langsung duduk di sofa tanpa harus mau memperdulikan kondisi markas yang penuh dengan sampah ini. Toh, jika Varel melihat ini juga akan sangat marah. Mata Gibran melihat ke sekeliling karena anggota inti tidak lengkap seperti biasanya. Gibran tidak melihat keberadaan Varel dan juga Renda.
"Renda sama si bos lagi di rooftop, gak tau ngapain," celetuk Rafa setelah melihat raut wajah Gibran.
Baru saja di bicarakan mereka berdua langsung muncul dari arah tangga. Varel langsung menatap tajam Gilang dan Kenzo, karena takut dengan tatapan itu mereka pun langsung membersihkan sampah yang berserakan itu lalu menyapunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Pintu
Teen Fiction"cemara adalah kebohongan bagi seorang anak broken family." -Gibran Wijaya Pradipta Menurut mereka rumah adalah tempat untuk berpulang dimana mereka akan di sambut dengan pelukan dan tepukan yang lembut. Tapi itu tidak berlaku bagi Gibran. Rumah ad...