9. SELALU SALAH

11 4 0
                                    

Hello bertemu lagi dengan aku. Seperti biasa jangan lupa vote terlebih dahulu sebelum membaca.

Happy reading 💗

✧✧✧

Di ruang tunggu rumah sakit yang sunyi, terdapat kesedihan dan kegelisahan yang menyelimuti udara. Seperti bayangan yang melintas cepat di dinding putih, setiap pasien dan keluarga mereka membawa beban berat yang tampak begitu nyata di wajah mereka. Cahaya berkelap-kelip dari mesin monitor jantung menciptakan irama yang melankolis, seakan menjadi saksi bisu dari getaran emosi yang tak terungkap. Di kursi-kursi yang sepi, terdapat cerita-cerita penuh perjuangan dan harapan yang terpampang jelas di setiap tatapan mata yang bertemu.

Ruang tunggu yang tenang namun sarat dengan kekhawatiran dan doa-doa, menjadi titik temu dari berbagai macam emosi yang tercampur aduk. Di saat seperti ini, setiap detik terasa berharga dan menyadarkan akan kekuatan cinta, ketabahan, dan harapan yang tetap membara di tengah ketidakpastian dan keterbatasan manusia. Di ruang tunggu rumah sakit, terdapat semangat dan kehangatan yang tak terduga, membuktikan bahwa di balik kesunyian dan kesedihan, masih ada cahaya yang mampu menerangi jalan keluar dari kegelapan.

Seorang remaja laki-laki terbaring begitu lemas nya dengan begitu banyak alat medis yang terpasang di setiap bagian tubuhnya. Tubuh remaja itu terlihat kaku nan dingin. Sedangkan di luar ruangan banyak sekali tangis dari seseorang yang menyayangi nya saat melihat kondisi remaja itu yang mengenaskan dengan luka di sekujur tubuhnya.

Selepas polisi datang dan semua anggota Blackcobra lari seketika Gibran pun mulai kehilangan kesadarannya. Saat di bawa ke rumah sakit menggunakan ambulance Gibran sempat kehilangan detak jantung nya. Untungnya rumah sakit tidak terlalu jauh dan dokter langsung menangani Gibran dengan cepat. Saat ini di depan ruangan, banyak sekali harap yang keluarga Gibran harapkan agar Tuhan tidak mengambil nyawa nya terlebih dahulu. Banyak doa yang mereka langitkan agar Gibran bisa di selamatkan.

Viola, ibu Gibran menangis di pelukan Kanina setelah mendapatkan kabar dari anak bungsunya itu tentang kondisi Gibran yang mengenaskan dengan luka dimana-mana. Bukan hanya Viola saja yang sedang hancur saat tahu kondisi anak nya sendiri. Bahkan Varel sebagai ketua Cariozz merasa gagal karena tidak ada di tempat saat Gibran mendapatkan pengeroyokan yang di lakukan oleh musuh mereka.

Varel sangat merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa Gibran saat ini. Bagaimanapun juga Reyhan adalah rivalnya dan yang Reyhan benci adalah dirinya bukan Gibran maupun anggota lain. Cowok itu menyandarkan punggung nya pada dinding dengan tangannya yang sesekali memijat pelipisnya yang sedikit pusing memikirkan bagaimana caranya untuk membalaskan ini.

Renda yang berada di samping Varel pun menepuk pundak cowok itu berharap agar Varel tidak terlalu memikirkannya. Bukan hanya Varel yang memikirkan itu saja tapi anggota Cariozz lainnya pun juga sama hal nya memikirkan balas dendam atas tindakan Blackcobra pada salah satu anggota inti mereka sampai bisa seperti ini.

"Balas?" tanya Gio pada Varel dan langsung mendapatkan anggukan dari sang empu. Tak lama Varel pun langsung pergi dari sana di ikuti oleh anggota yang lainnya membiarkan keluarga Gibran yang mengurus nya.

"Bener-bener anak yang tidak berguna," celetuk Wijaya. Viola yang mendengar itu pun langsung bangkit dari duduknya lalu menatap suaminya marah.

"Apa yang kamu bilang, Mas? Di dalam sana Gibran sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri, bisa-bisanya di situasi seperti ini kamu masih menyalahkan Gibran?" Viola sangat marah pada Wijaya karena tidak mempunyai rasa empati sama sekali meskipun kondisi Gibran sedang tidak memungkinkan seperti ini. Viola sangat tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya. Bahkan saat Gibran seperti ini pun Wijaya sama sekali tidak mempunyai rasa khawatir sama sekali.

Rumah Tanpa PintuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang