Seperti biasa jangan lupa vote terlebih dahulu.
Happy reading 💗
✧✧✧
Kita di beri cobaan oleh Tuhan untuk menguji kita seberapa kuatnya untuk bertahan dengan semua masalah yang selalu bermunculan.
✧✧✧
Terkadang manusia juga butuh istirahat untuk kembali merasakan luka lagi. Namun mau sedalam apapun luka yang akan di beri jangan pernah berpikiran untuk menyerah begitu saja. Akan ada seseorang yang selalu ada dan selalu berharap agar kita tidak pernah menyerah meskipun luka selalu menghadang.
Viola sedari duduk di samping kasur Gibran yang masih belum sadarkan diri meski waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 dan itu membuat Viola sedikit khawatir dengan Gibran yang masih belum ada pergerakan apapun.
"Gib, kamu capek banget ya sampai belum sadar?" tanya Viola kepada Gibran meskipun ia tahu tidak akan ada jawaban dari anak nya ini. Viola mengusap surai rambut Gibran pelan lalu mencium keningnya anaknya pelan.
Seketika air matanya pun jatuh saat mengingat Gibran tadi. Hati Viola begitu sakit saat Gibran pasrah seperti tadi. Viola memang tidak tahu apa yang sedang di rasakan oleh Gibran tapi Viola tahu apa yang menjadi penyebab Gibran seperti ini.
"Maafin, Mama. Maafin Mama Gib..." monolog nya meminta maaf kepada Gibran karena tidak selalu ada untuk Gibran meskipun ia selalu ada di sisinya.
"Jangan menyalahkan diri sendiri mbak, ini bukan salah mbak," sahut Kinan yang membawakan segelas minum untuk Gibran jika cowok itu sudah sadarkan diri. Kinan pun menaruh gelas tersebut di atas nakas lalu tangannya mulai mengusap punggung Viola pelan.
Kinan tahu ini berat bagi Viola untuk menerima semuanya, Kinan tahu apa yang menjadi Viola seperti ini selain Gibran, dan Kinan tahu Viola sangat terpukul dengan kejadian ini. Bahkan luka lama pun pasti belum sembuh dan kini sudah di timpa dengan luka baru. Kinan tidak menyalahkan Gibran atas apa yang terjadi di masa lampau. Karena bagaimanapun juga bukan hanya Wijaya dan Viola saja yang terluka, Gibran pun juga ikut terluka, terluka lebih dalam daripada orang tuanya.
Namun Viola dan Wijaya belum mengetahui apa yang sedang di rahasiakan oleh Gibran selama 8 tahun ini. Mereka belum tahu apa yang menjadi penyebab Gibran pasrah jika Wijaya memarahinya.
"Gibran anak kuat, sangat kuat sampai bisa bertahan sampai saat ini. Berjuang mati-matian untuk hidup meskipun luka terus menghadang," ucap Kinan lagi sambil menatap Gibran yang masih setia memejamkan kedua matanya seolah tidak mau untuk membuka kedua matanya lagi. Secapek itu Gibran.
✧✧✧
Setelah mengantarkan minuman ke kamar Gibran dan membiarkan Viola berdua di kamar Gibran akhirnya Kinan pun keluar dari sana berniat untuk mencari surat yang membuat Wijaya marah. Kinan terus-menerus mencari keberadaan kertas itu. Sudah tiga puluh menit Kinan mencari tapi masih belum menemukannya.
Namun ujung mata Kinan tiba-tiba melihat sebuah kertas yang terselip di sela-sela laci. Dengan gerak cepat Kinan pun langsung mengambil kertas tersebut lalu membacanya.
"Ternyata Gibran masih merahasiakan nya," monolognya.
"Merahasiakan apa?" tanya seseorang. Sontak ia pun langsung membelalak lalu Kinan pun langsung membalikkan tubuhnya dan menghadap Wijaya yang sudah berdiri di belakangnya. "Merahasiakan apa?" tanya Wijaya lagi.
"Bukan apa-apa," elak Kinan tidak mau Wijaya mengetahui apa yang sedang ia rahasiakan perihal Gibran.
Karena tidak mau mengurusi lagi Wijaya pun langsung pergi begitu saja tanpa mau mengeluarkan suara apapun lagi kepada Kinan. Sedangkan wanita itu memperhatikan punggung kakak nya sampai menghilang karena tertelan belokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Pintu
Teen Fiction"cemara adalah kebohongan bagi seorang anak broken family." -Gibran Wijaya Pradipta Menurut mereka rumah adalah tempat untuk berpulang dimana mereka akan di sambut dengan pelukan dan tepukan yang lembut. Tapi itu tidak berlaku bagi Gibran. Rumah ad...