Terkadang kita memang tidak pernah beruntung dalam satu hal tapi beruntung dengan hal yang lain contohnya seperti persahabatan.
—Gibran Wijaya Pradipta—
✧✧✧
Hari demi hari telah berlalu. Gibran sudah bisa kembali menjalani hidup nya seperti hari-hari biasanya. Di area parkiran SMANBHIN terdapat tujuh orang remaja laki-laki yang duduk di atas motor mereka masing-masing seolah menunggu seseorang datang. Cowok itu pun langsung masuk ke dalam sekolah lalu memarkirkan motor kebesarannya di dekat motor yang lain. Setelah selesai ia pun menghampiri ke tujuh remaja itu.
"Bakal ada pembalasan nggak? Masih nggak terima gue Gibran di keroyok sama mereka sampai babak belur gitu!" kesal Kenzo. Perihal pengeroyokan yang di lakukan oleh geng Blackcobra kala itu terhadap Gibran masih belum Kenzo terima. Sebab mereka sudah mulai melakukan hal-hal yang di luar batas untuk menghancurkan Cariozz dengan mengeroyoki nya satu-persatu.
"Sama. Mereka main nya keroyokan," sahut Andhika menimpali ucapan Kenzo.
"Kalau kita membalas perbuatan mereka, bakal ada pertempuran lagi, kalian mau ada korban lagi setelah Gibran?" kini giliran Renda yang bertanya pada mereka. Sontak semua orang yang ada di sana hanya bisa diam setelah Renda mengucapkan itu. Renda benar dan mereka tahu bahwa Blackcobra tidak akan segan-segan untuk kembali melawan lagi ketika Cariozz bergerak. Mereka akan melakukan hal yang akan di luar batas setelah ini.
Varel, sedari tadi cowok itu lebih memilih untuk diam mendengarkan semua ucapan anggotanya dari pada harus ikut berbicara. Saat ini cowok itu sedang memikirkan strategi yang tepat untuk membalas perbuatan Blackcobra tanpa harus ada pertempuran lagi. Walaupun Varel tahu bahwa Reyhan tidak akan pernah paham tanpa harus memulai pertempuran.
Begitupun dengan Gibran yang hanya diam membisu setelah kedatangannya. Bukan bermaksud tidak ingin ikut campur membahas tindakan musuh mereka terhadapnya. Tapi luka yang beberapa hari yang lalu saja masih terasa sakit meskipun sudah di obati oleh dokter.
"Lebih baik bicarain nanti lagi, Rel. Untuk pembalasan terhadap Blackcobra kita pikirkan strategi dulu baru bergerak," usul Gibran setelah beberapa saat diam. Varel hanya bisa mengangguk pelan menyetujui ucapan Gibran barusan. Dia tidak boleh gegabah untuk melawan Blackcobra karena bagaimanapun juga jika bergerak tanpa strategi Blackcobra akan kembali membuat ulah terhadap mereka.
✧✧✧
Suasana kelas XI IPA 4 begitu ramai dengan suara-suara murid lain yang sedang mengobrol. Di karenakan guru tidak akan datang ke dalam kelas membuat mereka leluasa untuk melakukan apapun. Di saat yang lain ramai tidak untuk Kinara dan juga Firza yang lebih memilih untuk diam di kursi mereka masing-masing.
"Nar, nggak bosen jadi patung terus?" tanya Firza pada Kinara.
"Terus mau ngapain?" tanya balik Kinara.
"Ngelonte aja gak sih?" seketika Kinara pun melotot saat mendengar ucapan Firza barusan. Ingin sekali ia menampar gadis itu saat ini juga.
"Canda, Nar," ucap Firza sambil menyengir. Sedangkan Kinara hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan jalan pikiran Firza.
Mereka berdua pun kembali diam tidak mengeluarkan suara apapun lagi. Hanya suara anak-anak lain yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.
"Gimana kedekatan lo sama anggota Cariozz itu?" tanya Firza mulai penasaran dengan kedekatan Kinara dan juga Gibran. Bagaimana tidak? Saat acara pentas seni waktu lalu Firza merasa bahwa Kinara dan juga Gibran memiliki hubungan yang spesial karena mereka sudah sangat dekat. Namun Firza belum mengetahui apa benar mereka berdua memang ada hubungan atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Pintu
Teen Fiction"cemara adalah kebohongan bagi seorang anak broken family." -Gibran Wijaya Pradipta Menurut mereka rumah adalah tempat untuk berpulang dimana mereka akan di sambut dengan pelukan dan tepukan yang lembut. Tapi itu tidak berlaku bagi Gibran. Rumah ad...