Ceklek!
Pintu terbuka.Teryata seorang Pria yang datang, masih memakai pakaian kantornya bahkan masih menenteng tas kantornya.
"Masuklah". Ucap Suzy pada Pria ini
Pria ini berjalan masuk kedalam apartemen Suzy. Duduk disofa sambil menaruh tasnya diatas meja depannya.
"Dia masih disini?". Tanya Pria ini, sambil melepas jas kerjanya
"Dia ada dikamar. Sedang istirahat".
Pria ini beralih menatap kamar, menghela nafas pelan kemudian berjalan kearah kamar. Suzy mengikuti.
•
•
Pria ini berjalan menghampiri Dea yang tengah tertidur lelap di atas kasur sana. Duduk ditepi kasur.
Mata menatap wajah damai Dea, tanpa sadar pria ini merintikkan air matanya. Tangannya terulur mengelus rambut Dea yang tidur posisi miring kesamping, membelakanginya.
"Terima kasih, sudah mengabariku kalau dia ada disini". Ucap Pria ini masih memberi elusan di rambut Dea
"Aku tau, kau merindukannya. Karena itu aku memberitahumu". Jawab Suzy yang berdiri didekat pintu
Dea bergerak, merubah posisinya miring kesamping, menghadap pria ini, tangannya tidak sengaja menutupi wajahnya.
"Dea bilang kalau dia juga merindukanmu. Dia juga bilang semenjak aku hilang kabar, kau juga ikutan hilang kabar bahkan sampai sekarang. Apa kau menghindarinya?".
"Aku tidak menghindarinya. Aku hanya menghindari keluarganya. Aku membenci keluarganya, tapi tidak untuk Dea. Dia sangat berharga untukku".
"Aku tau itu. Perlakuanmu dulu padanya, sangat terlihat kalau kau begitu menyanyanginya. Apa kau mencintai Dea, Minho?".
Pria pemilik nama Lee Minho ini terdiam sejenak, tangannya masih memberi elusan di rambut Dea.
"Tidak. Sama sekali tidak. Aku hanya mencintaimya sebagai adik. Bahkan sampai sekarang, kalaupun aku mencintainya lebih dari adik, dulu aku sudah menjadikannya kekasihku".
"Karena itu aku begitu membenci keluarganya yang sudah membuatnya kecewa. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana semenderitanya Dea kehilangan Jaemin. Bahkan saat itu terjadi, keluarganya tidak ada yang menemani selain Jisoo dan Lim".
"Kau tau semuannya?!". Kaget Suzy pelan
"Aku memantaunya dari jauh. Tidak mungkin aku membiarkan Dea sendirian. Aku lega, dia menikah dengan adiknya Jaemin. Aku bisa melihat bagaimana seperhatiannya Arka padanya, namun karena Dea masih merasa kesedihan yang mendalam, membuatnya mudah tersulut emosi bahkan sampai sekarang. Tapi Arka masih terus ada disampingnya. Kita juga tau kan, kalau Dea buruk dalam emosi".
Suzy mengangguk pelan, sambil berjalan menghampiri duduk di tepi bibir kasur.
"Dan itu semua karena keluarganya. Terutama Sean, mantan suamimu". Ucap Minho dengan nada marah yang tertahan
"Aku tidak ingin mencampuri urusanmu yang itu. Aku sudah melupakan orang itu".
"Kakak akan berjanji padamu Dea. Sakit dibalas maaf itu curang. Dendam itu nyata, memaafkan hanya sekedar kata. Nyawa dibalas nyawa adalah impas!". Yakin Minho dengan nada penekanan disetiap kata
Suzy menatap, bagaimana sorot mata Minho yang memang menyiratkan kebencian. Tapi dia juga sudah tidak peduli pada mantan suaminya. Karena urusan dirinya dengan orang itu, sudah selesai. Kecuali urusan Ellan, anak kandungnya.
"Kakak...". Mengigau Dea
Minho dan Suzy bersamaan mengalihkan pandangannya ke Dea yang masih tertidur. Tapi tangannya yang menutupi wajahnya, mengenggam tangan Minho, membuat Minho berhenti memberi elusan.