[REQ]
*-*
"KENAPA LO HARUS BUNUH ADIK GUA ANJING!?, dia cuman anak kecil, bangsat! dia gak salah apa-apa..."
Chika merasakan dirinya tidak kuat lagi untuk menahan rasa sedih nya.
Ia menumpahkan semua nya di hadapan Flora.
Flora memandang datar pada Chika.
"Lalu bagaimana dengan Ibu saya? Tidak kamu pertimbangkan? Mata dibalas mata Chika, ingat itu!"
Setelah mengatakan itu Flora berbalik pergi meninggalkan lorong rumah sakit.
Meninggalkan Chika dengan rasa sedih dan benci nya.
Rasa benci yang cukup untuk kembali menghadapi Flora di lain waktu.
Dan kini Chika kembali menuju kamar mayat untuk mengurusi pemakaman sang adik.
Hanya Chika sendiri yang ada disana.
Keluarga nya sudah pergi lebih dulu saat dirinya masih berusia 8 tahun dan sang adik 6 tahun.
Keluarga Chika memberikan hak harta waris pada keduanyanamun begitu ia akan menerima nya, perusahaan ayah nya yang di kelola sang paman di nyatakan bangkrut.
Perusahaan yang tiba-tiba melejit di pasaran serta daya inovasi yang jauh lebih baik membuat perusahaan ayah nya mengalami kejatuhan.
Kepemilikan perusahaan itu atas nama Riyadi, ayah Flora.
Saat itu Chika tidak memikirkan nya dikarenakan usia serta pemahaman yang kurang luas.
Hingga dirinya beranjak dewasa dan sang paman menjelaskan semuanya.
Rasa benci yang turun temurun membuat kedua keluarga itu terus saling menghancurkan.
Awal nya Chika merasa takut namun begitu keluarga nya pergi satu persatu baru disitulah dirinya menyadari bahwa ia harus bergerak.
Sebelum keluarga Riyadi datang dan membawa nyawa adik nya pergi.
Namun kini terlambat sudah, Adik nya sudah terbaring di dalam Peti mati.
Flora bergerak cepat.
Hingga kini menyisakan si sulung Tamara dan si bungsu Riyadi.
Nafas nya memburu, rasa amarah memenuhi dirinya.
"Ganjaran nya akan setimpal Flora!"
*-*
Kini dengan bantuan orang kepercayaan nya, Chika berada di bandara Internasional x.
Orang itu mengatakan bahwa Flora akan menaiki penerbangan menuju kota S.
Chika langsung menggunakan kesempatan ini untuk mengakhiri Flora.
Begitu masuk ke dalam pesawat, posisi keduanya berjauhan dengan Chika yang berada di posisi belakang.
Terus memperhatikan gerak gerik Flora hingga pesawat perlahan mulai meninggalkan jalur darat.
Semua berjalan lancar hingga Chika menyadari bahwa pesawat yang di tumpangi nya terasa tidak beres.
Ia memandang keluar jendela pesawat, ada banyak gumpalan awan hitam didekat pesawat maupun di atas pesawat.
Dirinya menghela nafas.
Barulah pilot pesawat mengucapkan bahwa mereka harus mendarat di bandara terdekat untuk menghindari bencana yang akan menimpa.
Namun sebelum pilot selesai berucap, sebuah sambaran petir menyambar sayap pesawat, membuat pesawat langsung kehilangan kendali.
Suasana di dalam pesawat tidak terkendali, tetapi tidak dengan Flora maupun Chika.
![](https://img.wattpad.com/cover/365738112-288-k637829.jpg)