HAPPY READING
Jangan Lupa
vote dan komentar
-
My Little Family
ICHADRAY
(*U*)
-
-
-
Hari sudah sore saat mobil hitam itu memasuki pekarangan rumah tinggi yang bernuansa elegan.
Boboiboy tidak bisa berhenti tersenyum melihat Fang, Ayah dari anak-anaknya tengah mengemudi sembari menyahuti pertanyaan-pertanyaan sederhana yang terlontar dari para si kembar.
Mereka sudah menyelesaikan pemeriksaan lengkap dengan Dokter Azroy siang ini dan kesimpulan yang mereka terima sungguh sangat mengejutkan.
Selain dari fakta mengenai kondisi para si kembar yang baik-baik saja, Boboiboy mengetahui bahwa apa yang dikatakan sang dokter selanjutnya tentang kondisi tidak stabil Boboiboy akhir-akhir ini membuktikan sesuatu. Pria manis yang membuat para Elemental bingung untuk ungkapan jujur pada tubuh yang sedang mengandung.
Boboiboy terkesiap, ia tidak menduga akan hamil lagi setelah sekian lama walau, ia curiga jika Fang sudah mengetahuinya sejak awal. Pria berkacamata itu tampak tidak terkejut, lebih memperlihatkan tatapan hangat yang membanggakan. Semua ini menjelaskan keinginan Fang akan makanan khusus yang pria tinggi itu makan sebelumnya. Ia hanya tidak menyadari dari lebih awal, kemungkinan adalah sejak mereka berhubungan beberapa minggu yang lalu tanpa pengawasan dan pengaman yang selalu tersedia. Fang sudah mengatakan untuk usia Elemental yang sudah terus bertambah, waktunya juga bisa tepat mengingat perbedaan umur yang membuat anak-anak mereka menjaga.
Terlepas dari perbincangan mereka mengenai penambahan anggota baru dalam keluarga, Boboiboy tidak mengatakan mereka akan mendapatkannya secepat ini. Bukan berarti ia menolak, hal pertama yang Boboioby inginkan adalah membangun keluarga besar untuknya dan Fang setelah mengetahui bahwa ia bahkan bisa mengandung. Tapi, perasaan acak itu sedikit mengkhawatirkan jika mereka tidak mengatasi tindakan selanjutnya untuk Elemental menerima dan mengetahui sesuatu. Boboiboy merasa jika anak-anak belum mendapatkan cukup perhatian dan pikiran mengenai penolakan Elemental terhadap bayi yang akan datang membuat Boboiboy cemas. Mereka belum menjelaskan tentang bagaimana menjadi seorang Kakak dan jenis waktu untuk lebih memperhatikan dan menjaga si kecil yang akan menjadi adik para si kembar.
Boboiboy telah membahas hal ini sebelumnya, dan ia menyalahkan Fang karena tidak bisa menahan esensi yang masuk terus menerus saat mereka melakukan putaran seks berulang kali dalam beberapa waktu yang lalu.
Fang membuat Boboiboy percaya akan kendali yang pria tampan itu berikan dan Boboiboy senang akan hasil positif yang bisa ia dapatkan walau tidak ada komentar dari para Elemental sampai mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam.
Fang membantu Boboiboy turun, mengecup singkat punggung tangan Istrinya yang manis, berbalik untuk membawa beberapa belanjaan. Elemental masih diam yang membuat Fang bertanya-tanya mengapa anak-anaknya seperti sedang bingung dan tersesat.
"Sayang, santai saja jalannya, oke?" Boboiboy berseru kepada Blaze dan Taufan yang berlari masuk ke dalam rumah. Atensi sang Ibu teralihkan oleh Thorn dan Ice yang berdiri menatapnya dengan raut wajah yang sepertinya sebentar lagi akan menangis.
"Hei, sayang.. ada apa?" Boboiboy bergerak khawatir, mendekati dua kembaran yang kini menangis sedih.
"Mom.. kenapa?" Thorn bertanya pelan, mendongak melihat Ibunya yang mensejajarkan diri pada mereka. Emerald bersinar oleh kesedihan bersama boneka dinosaurus yang dipeluk erat.
"Mum, apa kami tidak baik?" Ice menunduk lesu, air mata menggenang di pelupuk matanya.
Sang Ibu bingung, tapi kemudian mengerti. Bukan tanpa alasan mengapa Thorn dan kembaran yang lain tidak seperti biasanya sejak mereka keluar dari rumah sakit. Sesuatu dalam diri Boboiboy seakan teriris, ia cukup mengerti arti dari keterdiaman Elemental setelah sang Dokter menjelaskan bahwa mereka akan mendapatkan tambahan anggota lagi. Tampilan tertegun dan berkaca-kaca mereka sebelumnya telah salah ia tanggapi, menganggap jika anak-anaknya mungkin terharu layaknya ia dan Fang yang mendengar. Merasa hatinya berdebar akan antisipasi dan kecemasan, Boboiboy membawa anak-anak masuk terlebih dahulu.
"Oh astaga, bukan seperti itu.. ayo, kita masuk dulu, ya sayang? Mom akan membuatkan susu, lalu kita bisa berbicara setelahnya." Boboiboy membujuk, meminta anak-anak masuk bersama yang lain. Boboiboy menggeleng pelan begitu Fang memberikan pertanyaan isyarat dari kejauhan.
Boboiboy mengusap pelan perutnya, menuju dapur setelah meminta Fang mengganti pakaian para si kembar.
Fang membawa anak-anak ke kamar, membiarkan Boboiboy membuatkan susu formula kesukaan para Elemental. Ia memilihkan piyama anak-anak, sesuai dengan karakter dan pilihan warna kesukaannya mereka.
Sang Ayah tersenyum hangat, mengambil Ice dan Thorn yang menangis entah karena apa. Sebenarnya, ia sudah bisa menebak, tapi memilih untuk tidak bertanya sekarang sebelum mereka sendiri yang mengadu dan berbicara.
Fang bisa melihat Halilintar dan Gempa yang diam, menurut memakai pakaian mereka sendiri.
Taufan tampak cemberut dan Blaze tidak ingin menghadap ke arah sang Ayah yang memanggil namanya karena memakai celana pendek terbalik.
Fang juga menemukan Solar yang belum mengganti tampilannya, menatap serius padanya, seolah kembaran terakhir itu mencoba mengeluarkan sinar matahari dan mencoba memanggangnya.
"Dad, kenapa kita memiliki bayi?!"
Pertanyaan itu akhirnya keluar dari si kecil Blaze yang sepertinya tidak tahan akan keterdiaman sang Ayah. Fang berpikir bahwa mungkin Blaze ingin mengatakannya di awal sebelum Halilintar memperingati adik kembarnya. Itu terlihat jelas akan tatapan Halilintar yang mendengus datar menatap Blaze yang merengek.
"Kenapa dengan itu?" Fang tersenyum maklum, memutuskan lebih dekat ke arah anak-anaknya yang menunggu. Ia akan memulai dari pendekatan dan percakapan yang berarti.
"Blaze tidak suka mempunyai adik lagi..!" si kecil Blaze merengek manja, cemberut meski begitu, ia memeluk sang Ayah dan membenamkan kepalanya tidak inin melihat.
Sang Ayah tersenyum tipis, menerima pelukan kecil yang Blaze bagikan, ia juga menarik jemari kecil Thorn yang mendekat hanya untuk sebuah pelukan juga.
"Bukankah semua orang menyukai bayi?" Fang ingin mengalihkan, mencoba pemahaman akan tangisan Ice dan Thorn yang kini terdengar.
"Thorn tidak suka dia di dalam perut Mommy!" Thorn menjawab dengan gumaman kecil, mengusap air matanya pada kaus yang sedang Ayahnya pakai.
"Bayi itu membuat Mum sakit." Ice juga mendekat, menimpali saat usapan sayang menimpa kepalanya.
"Tidak ingin ada bayi..''
Thorn dan Blaze saling menyahuti, tangisan kecil kecemasan membuat Fang sedikit kewalahan, ia beruntung ada Gempa yang membujuk agar Blaze diam dan mendengarkan, pun pada Halilintar yang tidak menolak saat Thorn memeluk sang Kakak kembarnya bersama raut wajah sedih.
"Hei, tidak perlu khawatir.. Mom baik-baik saja. Bahkan kalian semua dulunya ada di dalam perut Mommy.." Fang tertawa kecil merasakan kecemburuan nyata akan tatapan semua mata yang berkedip menatap ke arahnya, meminta semua anak-anaknya mendekat untuk semua pelukan sayang dan penjelasan singkat penghiburan. Hanya Taufan, Halilintar dan Gempa yang tidak mendekat, tahu bahwa adik mereka yang lain lebih membutuhkan pengertian.
"Benarkah?" Taufan duduk di dekat pangkuan sang Ayah, tertarik akan perkataan yang benar menurutnya.
"Tentu saja. Bayangkan kalian semua ada di dalam perut Mommy dan sekarang menjadi saudara kembar, bukankah itu mengagumkan?" Fang mencoba antusias, ingin mengembalikan semangat para kembaran yang kini mulai diam dan mendengarkan. Ia tidak ingin membangun sebuah kecemburuan untuk para anak-anaknya hanya karena bayi yang masih kecil dan belum lahir.
"Apakah Mom, kesakitan saat itu?" Gempa mencoba bertanya, wajah imut itu menampilkan rasa cemas dan cukup penasaran.
"Benar, tapi kami bisa mengatasinya. Ini hal biasa saat seseorang yang sedang memiliki janin di perutnya." Fang tersenyum, tertawa mengacak rambut Halilintar yang ada di dekatnya, mendengus menjauh merapikan kembali rambut yang diacak oleh sang Ayah.
"Bagaimana dengan kami?" Solar menimpali dengan pertanyaan yang mempunyai banyak jawaban, dan Fang benar-benar terkesan untuk sebuah kecupan manis di pelipis anaknya, upayanya jika Fang tidak bisa menjawab sesuai harapan si kecil yang pintar.
"Tidak ada yang berubah. Mungkin, sedikit perubahan kecil seperti kalian yang akan menjaga dan menyayangi seperti Dad dan Mom yang mencintai kalian, dan lihat.. kalian bahkan bisa pamer jika mempunyai adik baru." Fang menaikan kacamatanya bangga, pelan-pelan menjelaskan tentang pengaturan kasih sayang yang sama rata setelah mereka sudah menjadi kakak dan dewasa.
"Aku sudah punya banyak adik." Halilintar merengut masam, Fang yang melihatnya hanya bisa menyeringai lebar. Pengalihan yang Halilintar lakukan cukup menjadikan Fang menimpali, mengerti jika anak kembar pertamanya mencoba membantu. Fang menganggap bahwa tiga kembaran pertama yang berbinar itu tidak menunjukan rasa keberatan sama sekali.
"Wah, benar..!" Thorn kembali bersemangat, emerald hijau itu bersinar di antara air mata yang menumpuk.
"Siapa yang ingin menjadi adikmu, kak?!" Taufan menjulurkan lidahnya, mata berwarna biru gelap itu mulai memancarkan kejahilan.
"Aku yang pertama lahir." Halilintar membela, tidak ingin mengalah saat Ayahnya ada di dekatnya.
"Mom bilang, kita hanya terpaut dua menit!" Taufan berseru riang.
"Kita kembar." Blaze menengahi, tangisnya sudah berhenti untuk mengikuti saudaranya yang lain karena mulai bermain-main.
"Aku dan Thorn hanya berbeda sepuluh detik." Solar merangkul si kecil Thorn yang mengedip lucu, bingung dengan apa yang dibicarakan.
"Tapi, Solar adalah adik ku?" Thorn bertanya polos.
"Aku tidak mau menjadi yang terakhir. Thorn lebih pantas menjadi adik kecil kami." Solar mengadu, menatap Fang yang memandang terhibur.
"Eh? Aku bukan Kakak lagi? Tapi Mom bilang, Solar yang terakhir?" Raut wajah Thorn benar-benar bingung, ia cukup menikmati dan bangga menjadi Kakak terakhir. Jika Solar adalah kakaknya yang terakhir, lalu siapa yang akan memanggilnya Kakak?
"Tentu saja Solar yang terakhir, apa kau ingin menjadi adik, Thorn?" Taufan mengejek, merebut rangkulan Solar pada Thorn.
"Uh, tapi.. apa itu artinya aku akan berpakaian kuning dan menggunakan kacamata?" Thorn memiringkan kepalanya, sikap manis itu membuat Fang tertawa geli dan menikmati percakapan anak-anaknya.
"Tidak, Thorn hanya akan menjadi Thorn apapun yang terjadi. Kita semua kembar, tidak ada yang berbeda." Gempa menengahi, menyelesaikan permasalahan Thorn yang benar-benar bingung.
Fang tidak bisa menahan tawanya, ia berdiri dan mengacak semua rambut Elemental satu persatu, gemas akan sikap imut yang manis. Setidaknya Halilintar, Gempa dan Taufan bisa menjadi sangat membantu.
Merasa semua anak-anaknya sudah tenang, Fang membuka pintu, menahannya sebentar untuk mengatakan,
"Jangan menolak adik bayi yang belum lahir di depan Mum kalian, oke?"
Elemental mengangguk paham, memenuhi permintaan Ayah yang mereka idolakan. mereka berjalan menuju dapur untuk janji susu yang sedang dibuat.
Boboiboy tersenyum melihat anak-anak yang sudah rapi menggunakan piyama, ia menggelengkan kepala, kecualikan Blaze yang tidak sadar tentang celananya yang terbalik di belakang.
"Sayang, ambil susu kalian di atas meja. Kita tidak akan makan malam karena sudah makan di luar. Hanya cemilan dan kita bisa tidur di atas kasur sambil menonton film." Boboiboy berucap hangat, mengecup pipi gembul anak-anaknya yang lucu. Mereka sudah makan di luar dan ia tidak ingin membuat para si kembar kelebihan lemak hingga sakit dengan makan makanan berat kecuali cemilan.
Elemental menuju ruangan yang khusus untuk mereka menonton film bersama. Itu hanya sebagian kecil ruangan yang ada di rumah sekaligus tempat bersantai dengan kasur busa yang empuk, beberapa bantal boneka besar serta meja yang dikhususkan untuk meletakkan makanan di dalamnya.
Boboiboy mencari Thorn dan Ice yang berjalan, terlihat tidak lagi menangis dan tampak cerah dari terakhir saat mereka ada di parkiran rumah. Ia bertanya-tanya apa yang telah Fang katakan untuk mengalihkan dua elemental yang terkadang sulit dibujuk.
"Mereka hanya khawatir dengan kondisi Ibunya.." Fang mendekat santai, mencium bibir Istrinya cepat lalu menggosok lembut pada perut yang tertutup pakaian. Terasa hangat dan membanggakan.
Boboiboy tersipu, merasakan kehangatan dan perlindungan yang diam-diam tersampaikan, ia beralih mengambil cemilan yang ada di dalam kulkas.
"Apa yang Elemental katakan? Aku melihat Ice dan Thorn sudah tidak menangis." Boboiboy menghela napas, menyandarkan kepalanya sebentar begitu Fang memeluk sebentar, mengambil apapun yang Boboiboy keluarkan.
"Elemental cemas melihatmu sakit terakhir kali, mereka pikir itu karena bayi di sana. Aku sedikit menjelaskan, dan tiga kakak pertama bisa sangat diandalkan." Fang terkekeh, menatap manik coklat hangat sang Istri yang tertegun dan terharu.
"Aku akan berbicara.." Boboiboy menghela napas, tersenyum lembut dan berjalan menuju anak-anak yang berebut ingin duduk di antara Ibunya.
"Mom, ke sini.." Thorn menepuk-nepuk kasur empuk di sebelahnya.
"Dad, kita akan menonton film apa?" Solar berseru, menggeser tubuh kecilnya agar sang Ibu bisa berada di tengah kasur bersama mereka.
"Yey! Cemilan..!" Taufan dengan cepat mengambil cemilan, memilih mana bagian yang ia suka.
"Aku ingin memilih film!" Solar berseru, berbinar untuk pilihan film yang bisa ia tonton setelah jadwal santai mereka bersama.
"Solar sudah memilih film terakhir kali, saat ini bagianku!" Blaze berkerut lucu, merasa akan sangat tidak adil jika adik kembar terakhirnya selalu memilih film mereka.
"Mum, Ice ingin tidur bersama hari ini.." Ice mengangkat kedua tangan kecilnya, ingin sebuah pelukan sayang dan bermanja. Sang Ibu tidak keberatan, mengecup dudut mata Ice yang terdapat bekas air mata yang berlinang.
"Dad, aku yang memilih film." Solar bersikeras, mengerut dan sama cemberutnya mengadu.
"Mom, kak Hali mengambil cemilanku!" Thorn juga menginginkan perhatian, ia mendekat hanya untuk pelukan hangat Boboiboy di pipinya.
"Tidak, ini punya Gempa." Halilintar membela, menunjukan sampul sebuah cemilan yang warnanya seperti Thorn ucapkan.
"Thorn, ini cemilan rasa jagung milikmu.." -Gempa menengahi, memberikan bagian milik sang adik yang asli.
"Oh, benar.. maaf kak Hali, hehe.." Thorn memberikan cengiran, beralih memeluk kakak kesayangannya.
Fang dan Boboiboy saling melirik, tertawa mendengar celotehan anak mereka yang benar-benar imut. Layar itu sudah dihidupkan dan tertampil beberapa list yang tertera menunggu uluran tangan.
Fang mengalihkan perhatian dengan mencium pipi gembul masing-masing para si kembar, tergelitik untuk ungkapkan kasih sayang yang menggemaskan sebelum berbicara.
"Nah, boys.. biarkan Mom yang memilih filmnya,oke?!" Fang duduk bersandar di sandaran ranjang, tepat di tengah-tengah antara Gempa dan Solar yang bersandar sembari meminum dot susu mereka, sudah santai dari ekspresinya.
Di sebelah Gempa ada Halilintar. Kembaran pertama itu bersama Thorn yang memeluk erat, begitu manja untuk mendapatkan sang kakak tertua yang tidak keberatan.
Lalu ada Ice dan juga Blaze yang duduk di pangkuan Boboiboy, tidak ingin kehilangan Ibu cantik mereka dalam kehangatan setelah membuatnya cemas.
Si kecil Taufan memilih untuk berguling di kaki sang Ayah, memakan cemilannya tidak terganggu oleh apapun selain tarikan manis begitu Fang membawa tubuh kecil itu ke samping Halilintar.
"Film apa kali ini, Mom?" Taufan bertanya ceria.
"Sudah ada dalan pikiran, tapi apakah ada rekomendasi?" Boboiboy menjawab tersenyum, lebih banyak bertanya untuk meningkatkan interaksi aktif dan kepercayaan diri Elemental akan pilihan mereka sendiri.
"Disney?" Thorn bertanya polos, memberikan pilihannya yang menyukai film terakhir kali mereka.
"Aku ingin robot." Blaze bersinar terang, selalu ingin mengenal lebih mengenai para robot dan rakitan yang mengagumkan.
"Kita sudah menonton dua judul film robot. Mom, aku memikirkan satu judul.." Solar beralih, sedikit ragu untuk mengungkapkan.
Boboiboy menoleh, jarang menemukan Solar yang ragu untuk apapun yang diketahui si kecil yang pintar. Jika ada, itu adalah sebuah kata atau kalimat yang meragukan dan aneh, atau seperti pengetahuan yang ia yakini belum terbukti. Film seperti apa yang membuat minat Solar menjadi ragu dan bingung?
"Apa itu?" Pria manis penasaran, menggeser duduknya untuk suapan kentang goreng ditangan Ice yang terangkat.
"Aku tidak sengaja mendengar telepon Profesor yang datang ke sekolah minggu lalu.." Solar mulai berbicara, menolak keras saat Taufan mencoba meminta susu yang ada pada botolnya.
"Oh, aku ingat! Profesor berjanggut putih..-"
"Dan kacamata laser!"
Blaze dan Taufan menimpali, mengingat kunjungan salah satu profesor yang masuk ke kelas mereka. Bayangan akan penampilan sang profesor yang berjanggut dan memakai kacamata peneliti tampaknya tidak membuat si kembar lupa.
"Aku suka jas putihnya.." Ice bergumam pelan, memeluk Ibunya dan membaui aroma cokelat lembut yang menjadi favoritnya.
"Kita meneliti bakteri saat itu." Gempa tidak ingin ketinggalan, ia terkikik geli melihat Halilintar yang menyerah begitu Thorn mengambil bagian susu milik sang kakak yang masih setengah. Sebagai gantinya, Thorn mencium pipi Halilintar yang merengut, tidak peduli.
"Bakteri itu sangat lucu!" Thorn tersenyum lebar.
"Menurutku itu keren." Taufan menganggukkan kepalanya.
"Mereka bergerak terlalu lambat." Blaze bangkit untuk membalas kecupan Boboiboy yang gemas.
"Tapi membuat sakit, apakah Mom tahu mengapa itu..-" Taufan bersendawa memotong pembicaraan, tertawa bersama Gempa yang terkejut.
"Biarkan aku bicara!" Solar merenggut masam, merasa terabaikan. Boboiboy yang melihatnya terkekeh kecil, menyukai interaksi manis Elemental.
"Baik, kita dengarkan dulu apa yang ingin Solar bagi.." Fang terkekeh, mencubit gemas kedua pipi Taufan yang tidak bisa diam.
"Aku mendengar tentang film human centipede." Solar tersenyum, ketertarikan dimatanya menyala pada Boboiboy dan Fang yang benar-benar terkesiap.
"Huh? Apa? Solar bilang apa tadi, sayang?" Boboiboy bertanya, meyakinkan pendengarannya yang berteriak bahwa anak kembar terakhirnya mengatakan tentang sebuah film dokumenter percobaan sains yang sangat tidak manusiawi.
"Human centipede." Solar mengulang kembali, mengedip polos menaikan kacamatanya.
Fang tertegun, saling menghadap ke arah Boboiboy yang diam mengeluarkan keringat dingin. Ucapan Solar begitu ringan dan mudah, tidak ada tanda-tanda pengetahuan kecil mengapa judul itu disebut mengerikan sepanjang percobaan yang dilakukan. Fang mengumpat dalam hati mengenai apa yang Solar dengar, juga pada profesor yang tidak memperhatikan sekitar saat menelpon sehingga Solar mendengar.
"Itu bukan sebuah film, tapi sebuah dokumenter yang tidak jelas. Profesor itu hanya mencoba mengelabui." Pria berkacamata memutar otak, ada secercah harapan besar agar Solar bisa melupakannya.
"Benarkah?" Solar menatap ragu. Fang mengingat jika Solar akan terus bertanya sampai si kecil itu mendapatkan jawaban.
"Nah, bagaimana dengan sebuah movie yang diproduksi oleh salah satu channel kesukaan Mom?" Boboiboy bergerak cepat, tidak ingin Solar bertanya lebih jauh meskipun ia yakin bahwa Fang bisa mengatasinya. Mereka tidak melupakan hari ini, dan membuat Elemental tidur setelah hari yang berat mungkin bisa memperbaiki perasaannya yang berkecamuk. Ia perlu berbicara dengan Fang setelah semua ini.
"Apa itu?" Thorn menoleh, keripik jagung masih memenuhi mulutnya.
"Huh? Mum mempunyai channel kesukaan?" Solar teralihkan dan sepasang orang tua itu diam-diam menghela napas.
"Tentu.. produksi animasi mereka sangat bagus dan terus berkembang." Boboiboy mengedipkan sebelah matanya, tersenyum sayang.
"Apa namanya?" Gempa penasaran.
Fang dan Boboiboy saling menatap, mengerti dengan pantulan sinar mata yang berbinar melihat pandangan Elemental yang menunggu jawaban. Obrolan mereka bisa ditunda sampai besok, saat ini.. kehangatan keluarga kecilnya yang lebih baik.
Tersenyum misterius, Boboiboy mengganti saluran, berucap senang saat tampilan layar itu menunjukkan karyanya.
"Namanya adalah Animosta."
.
.TBC
Silahkan Jejaknya di Bawah ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Family
FanfictionYaoi | Fangboy Family | Mpreg | Hanya cerita hangat FangBoy dengan 7 anak mereka, bagaimana cara mereka merawat semua anak kembar identik yang masih kecil? || author gak pandai bikin summary, baca aja :3