Burning my brain
Chanyeol melajukan mobil yang dikendarainya dengan kecepatan yang sangat tinggi untuk menyusul dua mobil didepannya yang tampak melaju dengan kecepatan normal, bahkan beberapa alarm jalan menyalakan lampu peringatan dikarenakan Chanyeol mengemudi dibatas kecepatan normal. Untung saja jalanan ditengah malam lumayan sepi, sehingga hal tersebut tidak menimbulkan kegaduhan.
Chanyeol menoleh kebelakang, ia melihat tidak ada polisi yang hendak memberhentikannya, “persetan jika aku mendapatkan peringatan lalu lintas” ucap pria itu, sebab jika ia mendapatkan peringatan lalu lintas pun Chanyeol tetap akan mengebut tidak peduli apapun.
Sampai dijalanan yang sepi ia berhasil menghadang dua mobil yang berusaha ia kejar, Chanyeol turun dari mobil dengan mengenakan penutup wajah miliknya. Chanyeol keluar dan menarik dua pengemudi secara bergantian.
“minggir, ini bukan urusanmu!” umpat Chanyeol pada kedua supir tersebut, mereka tidak berani melawan atau menghadang Chanyeol mengingat tubuh pria itu memiliki tubuh tinggi dan kekar.
Chanyeol membawa satu penumpang yang sedang mabuk, itu adalah kliennya yang tadi sudah menyentuh Jennie dan mengejek gadis itu, tanpa ampun Chanyeol memberikan pukulan dan juga hantaman yang lumayan keras dan banyak hingga babak belur, Chanyeol juga melakukan hal yang sama pada klien yang satunya lagi.
Chanyeol bernapas terengah-engah sesampainya ia di rumah, tangan kanannya membengkak terutama dibagian ruas jari. Seohyun yang sudah tertidur pulas pun terbangun saat menyadari bahwa suaminya sudah tiba di rumah.
“sayang…?”
“oh, apa aku membangunkanmu?” tanya Chanyeol pada seohyun yang kini terduduk diatas tempat tidur.
“tentu saja, aku menunggumu. Kau bilang kita akan makan malam bersama”
Chanyeol menghampiri seohyun setelah melepas pakaian atas miliknya, “maaf, tadi makan malamnya sangat lama sekali. Klien mengajakku mengobrol setelahnya”
Seohyun hanya dapat tersenyum payah, “ya ampun, kau pulang nyaris pagi begini. Sekarang sudah pukul setengah 3.”
“ya, kau tidurlah lagi. Maaf sudah mengganggumu”
Selama tubuhnya berada diatas tempat tidur, Chanyeol justru tak bisa beristirahat sebagaimana mestinya. Ia memang kelelahan, tapi dalam hatinya terasa resah. Mengapa ia harus memikirkan seseorang yang tak layak untuk dikasihaninya.
Jennie menangis diparkiran karena merasa dilecehkan? Bukannya wanita itu sendiri yang melayani lelaki hidung belang itu? Namun, mengapa Chanyeol juga merasa sedih dan merasa bersalah karena tak dapat melakukan apapun tadi.
.
.
.
“apa yang terjadi?” tanya Chanyeol pada kerumunan orang di kantor.
Terlihat Jennie tampak bugar dan cantik dengan stelan jas yang dikenakannya, wanita itu benar-benar sangat tangguh, padahal jelas sekali bahwa semalam Jennie menangis.
“rapat ditunda untuk tiga minggu, Pak Choi dan Pak Min mendapatkan serangan saat pulang dari makan malam semalam” jelas Jennie pada Chanyeol yang berada disampingnya.
“apa?” tanya Chanyeol pura-pura tak mengerti.
“siapa yang melakukannya?”
“orang asing,mungkin orang yang tidak waras. Jejaknya bahkan tidak dapat ditemukan di cctv atau kamera dashboard mobil”
Chanyeol menyembunyikan senyumnya, ia sangat senang sekali mendengar berita hari ini. Tentu saja ia tidak akan kedapatan sebagai pelaku, karena Chanyeol sudah menghancurkan semua buktinya semalam.
“oh, begitu ya.” Timpal Chanyeol dingin.
“hm, sebaiknya kita menjenguk pak choi dan pak Min, mereka adalah klien kita. Kau mau bergabung?”
“tentu saja, dengan senang hati”
Sepasang rekan kerja itu pun berkunjung ke rumah sakit, dan benar sekali bahwa keadaan pak choi dan pak kim seperti yang dijelaskan, mereka mengalami retak tulang rahang dan bahu, wajahnya bengkak dan tak dapat dikenali, bahkan untuk bicarapun sulit.
Chanyeol bahkan harus mendekatkan telinganya untuk mengetahui apa yang berusaha disampaikan oleh pak Min.
“semoga anda lekas sembuh, pak. Proyek harus tetap berjalan dengan baik”
Pak choi tersenyum pada Jennie, senyum yang Chanyeol tangkap serupa dengan senyum mesum pria tua.
Jennie membungkuk hormat pada Pak choi, dan lihat apa yang pria itu lakukan, tangannya yang belum sempat Chanyeol patahkan bergerak menyentuh bokong jennie.
Selama perjalanan kembali ke kantor, Jennie benar-benar memasang tampang yang sangat kusut, tak dapat ditebak bagaimana murkanya Jennie mendapatkan perlakuan itu dari klien bajingannya. Chanyeol sudah menebak bahwa ini akan terjadi, dua pria hidung belang itu bahkan membicarakan Jennie terus menerus dan melakukan candaan seksis saat Jennie berada diantara mereka.
“semuanya, aku pulang terlebih dahulu ya”Jennie pamit pada timnya dan tim Chanyeol, padahal waktu masih menunjukkan pukul 6 petang, tak biasanya Jennie pulang sepagi ini.
“baik, bu”
Tim jennie terlihat sangat gembira karena hari ini mereka bisa pulang cepat, tidak seperti biasanya yang selalu lembur sampai larut malam. Chanyeol pun membubarkan timnya tak lama setelah seluruh orang Jennie meninggalkan kantor.
Chanyeol yang masih penasaran dengan Jennie pun memutuskan untuk mencari tahu kemana gadis itu pergi, diam-diam ia sempat mengikuti Jennie ke bar langganan gadis itu yang terletak di wilayah gangnam seoul, bar elit yang hanya didatangi oleh kalangan atas. Chanyeol pun memasuki bar tersebut, ia lama tinggal diluar negeri dan tidak pernah mengunjungi tempat seperti ini, bahkan toleransinya pada alkohol pun tak begitu tinggi sehingga Chanyeol bukanlah peminum yang baik. Chanyeol duduk dikursi yang berhadapan langsung dengan bartender.
“apa yang ingin kau pesan?” tanya seorang bartender pada Chanyeol yang justru hanya mengedarkan pandangannya kesana kemari mencari Jennie.
“um, mojito”
“hanya sedikit saja alkoholnya” tambah Chanyeol pada bartender.
“baik, tunggu sebentar ya tampan” puji bartender itu pada Chanyeol sambil menjawil dagu Chanyeol.
Chanyeol meringis geli, ia mengusap dagunya yang baru saja dilecehkan. Ia tidak menyangka bahwa pria kekar seperti bartender tadi menyukai hal berbatang. Setelah mendapatkan mojitonya, Chanyeol pun berjalan mengedari seluruh bar sambil menikmati dentuman musik yang lumayan membuat dadanya berdegup kencang,sampai…
Chanyeol menemukan Jennie berada dilantai dansa, gadis itu menari dengan sangat indah mengikuti alunan musik, rambut panjangnya tergerai bercampur dengan keringat yang membasahi dahi dan lehernya. Jennie terlihat sangat cantik dan indah diatas lantai dansa, semua orang bertepuk tangan untuknya.
Tanpa sadar Chanyeol tersenyum dan terpesona dengan gadis itu.
Jennie turun dari lantai dansa dan terkejut saat dirinya mendapati Chanyeol menonton dirinya barusan, “tarian yang hebat” puji Chanyeol saat ia berhadapan dengan Jennie.
“terimakasih.” Balas Jennie dengan senyum malu-malu.
Chanyeol pun menggiring gadis itu untuk duduk bersamanya, Chanyeol bahkan menghadiahi mojito miliknya untuk Jennie yang sedang kehausan setelah menari.
“jadi, ini tempatmu melepas stress?”
“mmm, maksudmu?” tanya Jennie pada Chanyeol. Jennie mereguk sedikit mojitonya, rasanya asam dan terasa pahit karena minuman itu mengandung alkohol yang sudah Chanyeol pesan.
“ah, maksudku… tempatmu melepas penat setelah bekerja”
Jennie terkekeh pelan, “sepertinya kau pandai menilai perasaan orang ya?” tebak Jennie, yang disambut baik oleh Chanyeol.
“tidak juga, memangnya terlihat begitu ya?”
“hmm, ya. Sepertinya aku juga tahu siapa yang sudah membuat Pak Min dan Pak Choi babak belur seperti itu” ucap Jennie yang sukses membuat Chanyeol membelalakkan sepasang matanya.
“ekhm.. oh ya? Siapa, apa kau akan melaporkannya ke polisi?”
Jennie malah tertawa, dan sialan itu cantik sekali, membuat Chanyeol yang tengah panik malah terpesona dibuatnya.
“ummm… entahlah, mungkin itu bisa menjadi sedikit ancaman” ucap Jennie dengan tenang, Chanyeol tertawa garing dan masih menanggapi jennie seolah ia bukan pelaku pemukulan tersebut.
Jennie merenung, wajahnya terlihat sendu dan memerah dibagian pipi serta hidung, gadis itu mungkin sudah mabuk berkat mojito yang sudah tandas dari gelasnya. Sementara Chanyeol kembali memesan air mineral dan sama sekali tidak ingin minum alkohol malam ini.
“huuufffttt… pasti enak ya jadi seorang pria?” Jennie menyandarkan kepalanya diatas bahu Chanyeol yang kini berada disampingnya.
“tidak perlu merasa khawatir dengan apa yang mereka kenakan, tidak merasa sanksi saat menarik perhatian lawan jenis. Saat menjadi tampan… seorang laki-laki tidak perlu risau akan dilecehkan”
“memiliki tubuh bagus, tidak perlu takut”
Jennie berbicara demikian, dan Chanyeol menjadi pendengar yang simpati pada apa yang sudah Jennie alami.
“menurutmu begitu? Aku juga mendapatkan pelecehan disini,karena wajah tampanku” jelas Chanyeol, membuat Jennie tertawa mendengarnya.
“oh ya? Apa yang kau alami?bokongmu diremas sepertiku atau… dibicarakan betapa nikmatnya jika aku disetubuhi?”Jennie mungkin tertawa, namun Chanyeol dapat melihat airmata disudut mata indah gadis itu.
Chanyeol tersenyum miris, Jennie tertunduk dengan tangis yang berlanjut.
“tidak, aku hanya mendapatkan jawilan di dagu. Oleh seorang bartender pria disini”
“hahaha, itu buruk sekali!” Jennie kembali menertawakan kemalangan Chanyeol.
“tapi, kurasa aku masih bisa menahannya. Kau juga, kau gadis yang hebat karena dapat melaluinya dengan tenang.” Puji Chanyeol pada Jennie.
Pujian yang Chanyeol berikan betul-betul berarti bagi Jennie, mereka berduapun larut dalam obrolan di bar tersebut, chanyeol bahkan memesan makanan disana dan menikmatinya bersama Jennie. Bar itu semakin larut menjadi semakin ramai, Jennie kembali turun ke lantai dansa dan mengajak Chanyeol untuk menikmati musik disana sambil menari sebebas-bebasnya.
Tak pernah Chanyeol merasakan euforia seramai ini dalam dirinya, ini pertama kali bagi Chanyeol untuk berada dalam keramaian dan berbaur dengan banyak orang seperti tadi, ia betul-betul senang, selama 32 tahun hidup di dunia, malam ini adalah malam terbaik bagi Chanyeol untuk melepas penat. Ia melihat Jennie yang duduk disampingnya membuka jendela mobil dan menikmati udara dingin musim gugur dengan mata terpejam.
“Jennie, kau tidak kedinginan huh?” tanya Chanyeol pada gadis itu.
Jennie menoleh dan menampilkan senyum terbaiknya pada Chanyeol, “tidak, anginnya segar sekali. Kau harus mencobanya”
Chanyeol menurunkan sedikit kaca jendela miliknya, “brrr…” pria itu tidak kuat dan kembali menutup jendela, Jennie malah tergelak melihat Chanyeol yang payah dalam menghadapi angin dingin malam itu.
Mereka sampai di gedung apartement Jennie, Chanyeol harus membopong gadis itu untuk menuju lantai dimana Jennie tinggal, sebab Jennie benar benar mabuk dan berjalan sempoyongan. Mereka tiba di depan pintu unit apartement Jennie, rambut Jennie yang tergerai menutupi wajahnya harus Chanyeol benahi berulang kali agar gadis itu bisa membuka pintu.
“kau boleh pulang!”perintah Jennie pada Chanyeol.
“tidak, aku akan pulang kalau kau suda benar-benar masuk kedalam” tolak Chanyeol dengan tegas.
Jennie terkekeh, ia mengusap wajahnya, “aku tidak boleh memberitahumu sandi pintuku!”
“aku tidak akan mengintip, ayo… kau bisa menekannya,aku akan menutup mata” jelas Chanyeol pada jennie.
Jennie pun menurut, ia menekan satu persatu tombol angka sampai pintu betul-betul terbuka. Tanpa Jennie ketahui, Chanyeol justru mengintip dan tersenyum tipis saat mengetahui sandi pintu gadis itu, nomor yang sangat sederhana tidak seperti yang Chanyeol bayangkan tentang Jennie.
“baiklah, aku akan pulang sekarang” ujar Chanyeol pamit pada Jennie.
“tungguuuuuu!!” Jennie menahan lengan Chanyeol, gadis itu merogoh sesuatu dari dalam tas tangannya, sebuah plester luka bergambar ironman, Chanyeol terkekeh.
“kemarikan tanganmu!” Jennie menarik tangan kanan Chanyeol yang membengkak dan terdapat luka lecet dibuku-buku jarinya, lalu gadis itu menempelkan plester luka tersebut tepat diatas luka Chanyeol.
Chanyeol terkesan, pria itu tersenyum saat melihat senyum puas Jennie yang berhasil memasang penutup luka tersebut.
“terimakasih, kau sudah membantuku hari ini” Jennie membungkuk dengan hormat, membuat Chanyeol tak dapat menahan senyum. Namun, gadis itu sepertinya menangis lagi sesaat setelah mengingat kembali peristiwa menyebalkan yang menimpanya hari ini.
Chanyeol membiarkan Jennie berjalan untuk masuk kedalam unit apartemennya, langkah Jennie yang terseok-seok, punggungnya yang gemetar membuat Chanyeol tergerak untuk melakukan hal lain, pria itu berjalan mendahului Jennie dan meraih tubuh mungil itu secepat kilat.
Jennie terhenyak ketika Chanyeol mendorong tubuhnya hingga punggungnya merapat ke dinding. Jennie mendongak saat Chanyeol mendekatkan wajah tampannya semakin dekat kearahnya.
Chanyeol memejamkan sepasang matanya saat bibirnya semakin mendekati bibir Jennie yang terkatup rapat, bibir mereka saling bersentuhan dan Chanyeol menjatuhkan kecupan kemudian lumatan kasar diatas bibir gadis itu.
Jennie membuka mulutnya, ia tidak tinggal diam melainkan membalas ciuman Chanyeol dengan meraih bibir bawah pria itu dan menggigitnya lembut sehingga tercipta ciuman yang memiliki timbal balik yang seimbang, Jennie mengangkat tangannya dan mengalungkan keduanya dileher Chanyeol, sementara itu Chanyeol semakin bernafsu saat mendapatkan sentuhan itu. Chanyeol pun meremas pinggang ramping Jennie menggunakan kedua tangannya, dada mereka saling menempel dan bahkan Chanyeol bisa merasakan gesekan lembut dari kedua payudara Jennie yang menyentuh dada bidangnya yang kekar.
Jennie mematahkan ciuman tersebut, ia tersenyum tampak kelelahan, sementara Chanyeol berusaha menciumnya kembali namun Jennie menolehkan wajahnya sehingga Chanyeol hanya mencium pipi gadis itu.
Napas keduanya tampak berebut dan tidak tenang setelah ciuman itu terputus, Chanyeol mengusap pipi Jennie dan bibir gadis itu menggunakan jemarinya.
“aku pulang…” bisik Chanyeol lembut.
Jennie mengangguk, “hmm…”
tobecontinued

KAMU SEDANG MEMBACA
Third
RomanceYou are the best part but at the wrongest time. Perfection beyond imperfection.