Noe dipenuhi kenangan kakeknya.
Tiba-tiba ia melihat kakeknya pergi meninggalkannya,
Ia melihat kakeknya berjalan dihiasi padang bunga mawar putih dikiri kanannya.
"Tunggu kek! Aku mau ikut... kumohon ... jangan tinggalkan aku..." rintihnya sambil tertatih mengejar tangan kakeknya.
Kakeknya melihat kebelakang, memandang dengan lembut cucunya yang mendapat kan tangannya dan menggenggamnya erat.
"Tidak sekarang Noe, masih ada orang yang menunggumu disana... terjadi kesalahpahaman diantara kalian dulu... kuharap kepergianku kali ini akan memperbaiki hubungan kalian..."
"Aku tidak punya siapapun selain kau di dunia ini kek..." jawab Noe.
"Itu tidak benar... pemuda itu benar-benar mencintaimu... lihatlah kebelakang..." kakek. Noe menoleh dan melihat seseorang yang familiar dikenalnya itu.
"Ia menunggumu dan berdiri di sana cukup lama tanpa rasa lelah... jika waktunya tiba, datanglah.. aku akan memohon tempat terbaik untukmu cucuku... sampai jumpa cucuku...." Ucap kakek yang mulai melepas gengaman tangan cucunya, tubuhnya menjadi transparan tak lama ia menghilang dari pandangan Noe.
Noe mencoba mengejar dan mencari keberadaan kakeknya, tapi tangan itu dengan cepat menghentikannya.
"Noe...."
Noe seketika melihat kebelakang. Pemuda itu menempelkan tangan Noe yang digenggamnya ke wajahnya. Dan menggelengkan kepalanya dengan kesedihan dan kekhawatiran.
"Kenapa kau masih saja... masih saja menghentikanku untuk pergi...." ucap Noe lirih sambil menangis.
Tiba tiba ia melihat cahanya memerangi wajahnya
Ia membuka matanya perlahan, dan mencoba menggerakkan tangannya.
Tapi ia melihat tangan itu digenggam erat oleh tangan Liam yang besar.
Liam tidur di kursi sebelah dalam ruangan pasen tempat Noe dirawat dan ia berjaga sepanjang malam.
Ia hanya memperhatikan Liam tidur, ketika Liam bangun ia sudah melihat Noe memandang sekeliling ruangan itu.
"Noe?! Kau sadar...?!" Liam ingin segera memeluknya. Namun
"Sakit.. genggamanmu terlalu kuat... apa kau ingin mematahkan tanganku...?!" Tanya Noe.
"Tidak. Tentu saja tidak, bagaimana aku bisa berbuat seperti itu terhadapmu..." jawab Liam.
"Dimana ini, bagaimana dengan kakek..." Noe menatap Liam dengan serius.
"Karena kau pingsan selama 1 minggu... aku mengurus pemakaman itu sendirian. Aku juga membeli tanah dan rumah yang kalian tempat dulu. Dan aku sudah mempekerjakan orang untuk mengurus kebun bunga itu. Jadi kau masih bisa pulang ke rumah apabila kau rindu dengan tempat itu... " jawab Liam.
"Kenapa kau sampai sejauh itu. Apa kau mau membuatku berhutang budi padamu?!". Tanya Noe datar.
"Tidak, hanya saja kakekmu sudah memberikan tanggung jawab untuk menjagamu, dan aku sudah berjanji" Liam.
"Apakah ia juga menyuruhmu untuk menikahiku?!" Noe enteng, dari mukanya masih ada kemarahan.
Liam hanya mengangguk sedih.
"Itupun kalau kau mau, Noe..." Liam pasrah..
"Baiklah... aku akan menikah denganmu." Jawab Noe singkat dengan wajah yang datar.
"Benarkah?! Kau tak bercanda kan?!" Raut wajah Liam berubah seketika.
Walau masih terlihat kusut karena pekerjaan, wajah berserinya masih terlihat jelas oleh Noe.
"Hm..." Noe hanya mengangguk tak menunjukkan kebahagian bahkan ketertarikan.
Membuat Liam sedih, tapi ia memegang kedua tangan Noe.
"Terimakasi Noe..." dan mencium punggung tangan gadis itu.
Hati Noe bahkan tidak tergerak sedikitpun.
Ia hanya melihat situasi itu dengan mata nanar, entah itu pasrah atau sudah tak peduli. Atau itu kekalahan atau akhir baginya meski berulang kali ia tolak.
Takdir sudah menetapkan jalan hidup.
Ia melihat langit cerah dari balik kaca jendela ruangan pasien.
Pikirannya menerawang pada saat ia kecil.
Pertama kali ia diajak kakeknya ke rumah kakek Liam, ia melihat Liam beserta keluarganya.
Tentu saja ia melihat Liam yang berumur 7 tahun lebih tua darinya.
Anak laki-laki kecil yang berusia 13 tahun kala itu sangat memikat matanya.
Walau dengan raut wajah yang dingin karena itu adalah satu tahun ia kehilangan ibunya, dan ayahnya menikah lagi.
Selain pada kakek dan kakek Noe terhadap semua orang Liam sudah bersikap dingin sejak awal.
Namun mungkin Noe sudah jatuh cinta pada pria itu sejak awal.
Sehingga tiap Noe dan kakek berkunjung ke sana, Noe berusaha untuk membuat dirinya terlihat menarik di mata Liam dan berinteraksi dengan Liam Walau jawaban dan perilaku yang Liam berikan terlihat acuh.
Tapi sekarang?
Dimana letak kesalahannya?!
Dimana perasaan yang selama ini terkumpul, kenapa hanya ada api kemarahan di dalam hatinya.
Noe masih mencari jawaban itu.
.
.
.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Bride
FantasyNoemi merasa seperti hidupnya terulang kembali dengan ingatan samar bersama suaminya Liam. Entah kenapa sejak pertemuannya dengan Liam yang membahas pernikan sampai tinggal serumah Liam yang di kenal Noemi selama ini 180° berbanding terbalik dengan...