16. Keputusan (1) [Revisi]

409 28 3
                                        

Dalam perjalanan, Tiba-tiba hp Liam berbunyi.

"Liam hp mu bunyi"

"Biarkan saja Noe, aku tak ingin mengangkatnya."

"Bagaimana jika itu penting..."

"Tapi kita sedang berkendara. Aku lebih suka untuk tidak mengangkat telpon dari pada terjadi sesuatu pada kita..." jawab Liam. Tegas

Noe langsung terdiam

Tapi nada dering telpon itu selalu berbunyi. Sampai tangan Liam mengepal menahan emosi dan terpaksa harus menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Tunggu di sini sebentar, aku akan menjawabnya."

Liam pergi keluar.

"Ia hanya pergi untuk menelpon, mengapa tidak di sini dan agak jauh...." lirih Noe.

"Ya..." ucap Liam.

"Ada apa dengan kata *ya* apa kau marah padaku sayang... maaf... kemarin aku keterlaluan... kau tahukan aku cemburu..."

Tentu saja, itu adalah suara Diana, alasan Liam tak mengangkat telpon itu sudah jelas hal itu karena nada dering yang selalu di khususkan Liam untuk diana ketika menelpon atau chat.

Bebera bulan terakhir Liam disibukkan dengan kantor dan juga Noemi, ia sampai lupa mengganti nada dering telponnya.

"Apa kau sudah cukup bermain peran sekarang, Diana. Bagaimana kalau kau mengikuti jejak ibumu juga."

"Apa maksudmu, apa kesalahan yang aku perbuat sehingga ucapanmu begitu kasar?!"

"Diana, aku bahkan menahan diriku untuk tidak mengumpat, padamu.".

"Apa masalahnya?!, hanya karena aku mengganggu kalian di butik?! Aku minta maaf saat itu aku juga ingin melihat-lihat baju apa yang sedang trend. Dan hal wajar bila aku cemburu, akulah kekasih aslimu kan...". Menghiba

"Teruskan saja. Tapi diana, hubungan kita sudah berakhir, aku tak ingin basa basi padamu."

"Apa?! Sayang, kau sedang bercanda kan?! Bagaimana-"

"Datanglah besok jam 12.30 ke kantor. Aku akan menunggumu."

Liam langsung mematikan hp nya.

Dan menelpon seseorang.

"Siapkan berkas yang ku minta kemarin, apa kau sudah mengeceknya dengan valid?!"

"Sudah pak, siap akan saya bawa besok.

"Apakah berkas yang kuminta tentang seseorang sudah diantarkan?!"

"Sudah, ia baru saja mengantarkannya kemarin. Apa perlu saya bawa juga?!"

"Boleh, kalau begitu itu saja untuk hari ini."

Telpon pun di tutup.

"Apakah itu nona Diana "

Liam kaget dengan Noe yang sudah berada di belakangnya.

"Ya, kau sudah mendengarnya tadi."

Jantung Liam berdetak seketika.

"Liam, kenapa kau harus mengangkat telpon darinya di luar. Apa kau punya rahasi sehingga kau tak mau aku mendengar percakapan itu?!".

"Bagaimana kalau aku bilang punya?! Apa kau akan marah padaku?!"

Tatapan Liam menjadi intens.

"Tidak, hanya saja aku senang kau mengakuinya. Melihat bagaimana kedekatan mu dengan nona Diana saat di butik. Itu sudah cukup menjelaskan semuanya.

Sweet BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang