8. How your feel? [Revisi]

683 38 1
                                        


Noemi... " Ucap Liam dengan nada tinggi. Wajahnya penuh kekhawatiran.

"Ada apa Liam?!" Tanya Noemi heran, melihat wajah calon suaminya itu.

"Apa kau sudah selesai menelpon?!" Tanyanya Noe dengan senyum singkat.

.
.
.
.
.

Liam melangkah cepat ke arah Noemi, seketika Diana langsung ingin merangkul tangan Liam.

Namun dengan cepat pria jankung yang berjalan di sebelahnya seperti menarik tangannya ke atas sedikit.

Seraya tak ingin di sentuh.

Noemi melihat gelagat aneh Liam begitu pula pelayan di sana.

"Kau tak apa?!"

Liam memeluk badan mungil tunangannya yang sedang duduk di sofa santai.

Noemi sangat heran di buatnya.

"Aku baik-baik saja Liam, kau saja yang terlalu berlebihan..."

"Hei kau, bagaimana kau bisa membiarkan orang lain masuk saat tunangan ku sedang fokus memilih dressnya"

Liam menatap pelayan itu dengan kasar.

Pelayan itu sangat terkejut. Dan kurang mengerti situasi.

Ia pikir nona yang dibawa Liam adalah adiknya yang ingin menikah muda, bukan tunangannya.

Karena biasanya yang Liam ajak adalah Diana. Itu juga bukan lagi rahasia di lingkungan butik itu.

Mereka adalah pasangan serasi yang suka memilih baju bersama di butik.

Tapi situasi apa ini? Sungguh aneh. Itulah yg dipikir pelayan untuk memahami agar tak ikut terlibat lebih jauh.

"Orang lain?!" Tanya Diana seakan tak percaya, mendengar kata kasar Liam.

"Maafkan atas kelancangan saya tuan, lain kali saya akan memperbaiki prilaku saya..." pelayan itu kemudian menunduk.

"Apa yang kau lakukan padanya Liam, ia hanya melayani. Dan jika ada orang lain yang masuk itu wajar saja. Karena butik ini tidak khusus melayani satu costumer saja kan...." lugas Noe.

"Itu benar sayang, mengapa kau sangat sensitif sekali..." Diana dengan nada lembut dan manjanya.

"Sayang?!" Noemi merasa janggal dengan kata itu.

"Diana kenapa kau tak bisa menjaga ucapanmu." Liam kesal.

"Kenapa kau sensitif sekali hari ini..." bantah Diana ikut kesal dengan kelakuan Liam yang aneh.

"Apa kalian saling mengenal...?!" Noemi sedikit megerutkan alisnya. Menebak-nebak.

"Nona, Liam ini adalah temanku saat di kampus dulu. Kami terbiasa mengerjakan tugas bersama. Makanya aku tidak bisa menghilangkan kebiasaan ku memanggilnya dengan panggilan [sayang]. Maukah kau memaafkan ku..." Diana khawatir.

"Apa maksudnya itu?!" Liam geram.

"Liam yang dikatakan nona Diana benar. Wajar karena kalian teman dekat. Tapi nona Diana, saya harap kedepannya anda bisa menjaga Ucapnya anda, karena bagaimana pun, Liam akan jadi suami saya. Saya tidak ingin orang lain berfikir aneh tentang hubungan kalian nanti." Jawab Noemi santai dengan nada tegasnya.

Sweet BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang