19. Sweet Hurt (II)

393 28 0
                                    

Lagi-lagi Noe mengikuti kata-kata Liam untuk menunggunya sampai urusannya selesai di kantor.

Ia sangat heran pada dirinya sendiri apa yang membuat dia bertahan saat melihat Liam,

Apa karena wajahnya memelas seperti seekor anjing kecil yang ingin dipungut. Atau hal lainnya.

Noemi melihat ruang kantor pribadi Liam yang cukup besar, bahkan ada kursi dan meja tamu dalam ruangnnya.

Pria itu tetap bekerja dengan giat namun sesekali ia melihat Noemi yang memakan cemilan yang dibawa salah satu bawahannya.

Sambil memakan cemilan itu seperti marmut kecil.

Noe memang suka cemilan dan cemilan itu cocok dengan seleranya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu Liam, apa kau mau ini?!" Noe mengangkat cemilan itu seraya memberikannya pada Liam.

Liam terdiam,

"Entah kenapa melihat mu makan saja, sudah membuatku senang Noe..." Liam tersenyum singkat.

"Aneh... apa hubungannya makan dengan perasaan." Ejek Noe.

Tiba-tiba Noe memperhatikan langit yang tampak mendung dari kaca jendela gedung pencakar langit tempat Liam bekerja.

Dan tak lama hujan datang.

Entah kenapa matanya tertuju pada satu sudut samping jendela itu.

Tanpa sadar ia melangkahkan kakinya.

Ia melihat suasana dibawah di mana banyak orang berlarian kesana kemari untuk menghindari hujan tersebut.

Seketika saja ia melihat gadis kecil membawa payung berwarna hitam dan mengenakan dress berwarna pink muda.

Noe tahu mata mereka saling menatap meskipun gadis itu berada di pinggir jalan depan kantor.

Ia tersenyum dan menunjuk ke samping tepat di hadapan Noemi berada saat ini.

Dihadapannya sudah ada Liam.

"Dasar gadis bodoh menyedihkan..." ucap Liam lirih.

Noemi melihat raut wajah liam yang melihat ke bawah dengan tatapannya yang hina dan penuh kebencian.

Noemi segera melihat kebawah siapa yang sebenarnya yang dimaksud.

Ia melihat seorang gadis yang berlari ke luar di tengah hujan, bahkan alas kaki yang ia kenakan tidak sama.

Ia mencari taksi dengan terburu, melihat hal itu Noemi agak sedih.

Saat taksi tiba gadis itu langsung masuk.

Namun sebelum itu wajahnya sempat melihat ke atas jendela tempat Noemi berada saat ini.

Wajah yang sembab karena tangis dan di terpa hujan deras.

Rasanya pilu.

Alangkah terkejutnya Noemi kalau gadis yang ia lihat itu adalah dirinya sendiri.

Selepas kepergian gadis itu, ia melihat gadis kecil itu lagi.

Gadis kecil itu tersenyum pahit menatap Noemi.

Adegan yang Noemi lihat ini adalah kejadian di masa lalunya.

Secara tak langsung ia seperti menembus dunia paralel untuk melihat reka ulang dirinya.

Tubuhnya seketika mati rasa.

Sampai ambruk di samping tembok kaca jendela itu.

Sebenarnya Liam cukup heran kenapa Noemi tiba-tiba berjalan dan berhenti di samping jendela ruangannya.

Itu adalah tempat dimana dia sering memantau keadaan lalu lintas jalan di bawah gedungnya.

Awalnya ia berfikir mungkin Noemi hanya ingin sekedar melihat-lihat saja. Tapi anehnya ia melihat ke samping seakan melihat seseorang yang ada di depannya.

Lalu Noemi menoleh kebawah dengan spontan. Tak berselang lama barulah Noemi ambruk.

Liam langsung menghampirinya dan merangkul tubuh Noemi yang ringkih.

"Noemi! Ada ada?! Apa yang kau lihat?!"

Tapi Noemi menolak bantuan Liam, mendorong Liam secara kasar.

"Haha... apakah aku sudah gila?!"

"Noe?! Ada apa ?! Kenapa kau berkata begitu?!"

"Liam....

Katakan...

Apakah aku pernah berlari keluar dari gedung ini, memberhentikan taksi dengan alas kaki yang berbeda sebelumnya?!"

Mendengar hal itu wajah Liam langsung berubah menjadi pucat pasi.

"Aahhahahahah Liam, sampai sejauh mana kau akan menyakitiku Liam."

Telinga Liam seketika berdenging mendengar ucapan itu. Tapi ia tetap merentangkan tangannya lalu memeluk gadis yang sedang menangis di hadapannya saat ini.

Ia menoleh ke luar jendela dan ia melihat gadis kecil itu juga, wajah gadis itu tersenyum pasrah lalu pergi dengan payung hitamnya.

Tidak mungkin, bukankah gadis kecil itu...

Liam mengingat sesuatu. Tapi perhatiannya terfokus pada Noemi yang tiba-tiba tidak mengeluarkan suara isaknya.

Noemi pingsan karena shock melihat kejadian itu apalagi melihat raut wajah Liam yang menutupi sesuatu.

Apapun yang akan terjadi, aku tidak akan menyerahkanmu untuk siapapun Noe, baik orang lain atau takdir sekalipun.

Batinnya.
.
.
.
Bersambung

Sweet BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang