11. Sanggahan [Revisi]

606 37 4
                                        

Setibanya dirumah Noemi hanya diam tanpa bersuara bahkan tanpa memandang sekelilingnya.

Rumah itu dipenuhi dengan rasa canggung, ayah Liam melirikkan mata ke arah Liam seakan memberi kode bertanya.

Namun Liam juga ikut membisu.

Ia canggung dan bingung akan situasi di butik tadi. Ia takut kalau menjelaskan ke Noe hanya akan membuatnya terlihat semakin buruk di mata Noe.

Dany juga ikut keluar saat kakak dan calon kakak iparnya itu tiba.

Ia melayangkan senyum menyambut mereka berdua.

"Kakak berdua sudah pulang. Bagaimana kak Noe? Apa kaka menemukan dress yang cocok untuk di pakai di acara pernikahan...?!"

Senyum Dany tanpa dosa, Dany juga tidak tahu situasi yang terjadi di antara mereka.

Meskipun Dany adalah saudara tiri Liam, ia tak mempunyai ketamakan akan harta ayah tirinya itu. Walaupun ibunya terus membujuknya untuk mempelajari tentang bisnis.

Sifatnya yang ramah memang membuat banyak wanita menyukainya, belum lagi wajahnya yang tampan.

Namun di satu sisi ia sangat ingin akrab dengan Liam yang dingin dan ketus terhadapnya. Makanya kadang ia sering mencari gara-gara untuk memancing Liam agar mau berinteraksi dengannya.

Ketika melihat Noe, ia sempat mengira Noe anak yang naif dan menginginkan kemewahan, ketenaran seperti gadis lain yang mendekatinya. Dan sempat berfikir ingin hidup enak seperti ucapan yang pernah di lontarkan ibunya. Dan itu hanya ucapan negatif belaka, ia tahu bagaimana watak ibunya makanya ia lebih memilih mencari tahu sendiri.

Dan ketika melihat Noe ia sangat terkejut sekaligus miris melihat keadaan gadis yang tak punya rasa empati dengan tatapan yang sering kosong, namun berusaha tersenyum saat berinteraksi agar tak menyakiti orang lain.

Dan sekarang ini lah gadis yang Dany lihat.

Yang bahkan hampir tidak sadar dengan ucapan yang dilontarkan Dany.

"Maaf... oh... iya ini bagus..." jawab gadis itu singkat. Sambil memegang kotak elegan yang ada di tangannya.

Melihat mimik wajah Noe, Dany menutup mulutnya rapat. Seakak ia tahu semuanya.

"Maaf Dany, paman dan bibi juga... sepertinya aku cukup letih memilih dan memilah baju yang akan ku pakai. Jadi aku ingin istirahat sebentar..." ucapnya lirih.

Ayah Liam sepertinya cukup tahu apa yang di alami calon menantunya ini. Ia memeluk Noe dan menepuk hangat punggung gadis itu.

"Baiklah nak... maaf ya, karena anakku kau bekerja cukup keras..." Ucapnya.

"Tak apa paman, ini bukan salah Liam. Aku lah yang banyak mendapat bantuan di sini.." ucapnya, lalu Noe melangkah ke kamarnya.

Liam melihat ayahnya mengepalkan tangan ketika melihatnya.

"Kau, pergi ke ruangan ku!" Ucap ayah Liam. Sambil menatapnya dengan marah.

Nampak ibu tirinya melayangkan senyum di sudut bibirnya. Namun ia tak menghiraukannya dan mengikuti ayahnya.

Beda dengan Dany yang ingin menengahi tapi ia sadar ini bukan urusannya.

Di ruangan yang hanya mereka berdua, Liam tertunduk.

Tapi belum sempat ia bertanya ayahnya sudah melancarkan tamparan yang mendarat di pipi kirinya.

"Kau, apa yang kau lakukan pada Noe?! Dengan kedatangan jal*ng itu ke butik. Apa kau mengundangnya!" Ayah.

"Apa kau memata-matai anakmu lagi pak tua?!" Ucap Liam terkekeh.

"Kalau iya kenapa?! Apa itu masalah?! Aku melonggarkan penjagaan saja, kau sudah berbuat seperti ini!" Timpal ayah.

"Bukannya buah juga tak jatuh jauh dari pohonnya. Saat ibuku dalam kesakitan kau juga asik bermain dengan jal*ng mu yang sekarang sudah resmi jadi istrimu, sampai ibuku meninggal. Beruntung dia mandul, aku tak tahu apa yang ia lakukan jika ia punya anak dari mu. Mungkin saja ia akan menguras habis hartamu." Jawab Liam lantang.

"LIAM! Aku bukan orang bodoh! Aku tahu aku salah, makanya aku berusaha menebus kesalahanku padamu. Memberi mu saham yang banyak, setengah perusahaan, melengkapi semua keperluanmu. Apa itu belum cukup?!". Jawab ayahnya.

"Apa itu bisa membuat ibuku kembali?!" Ucapnya. Seketika ayah terdiam.

Beberapa saat ia berbicara dengan nada menekan amarahnya.

"Aku tahu bahkan kau tak punya rasa terhadap Noe. Bukan karena semata-mata dia adalah keluarga yang pernah menolong kakekmu dulu, makanya aku menjodohkannya denganmu. Tapi aku sudah melihatnya tumbuh selama ini. Dia adalah gadis yang baik.

Kalau kau bersikeras tidak mau menikahinya dengan mengatakan padaku secara baik-baik dengan memberikan alasan yang tepat. Maka aku tidak akan memaksakan perjodogan terhadapmu. Dan aku sudah bersiap mengadopsi Noe sebagai putri angkatku walau kalian tidak menikah, tapi ucapanmu benar-benar di luar ekspektasiku.

Kau dengan lantang bilang kau mencintainya, membahagiakannya? Tapi apa yang ku lihat?!

Batalkan saja pernikahan ini, aku yang akan mengurus Noe sebagai ganti keluarganya. Aku tidak rela memberikannya padamu walau kau adalah anakku sendiri..." ucap ayah panjang lebar.

"Jangan asal bicara, siapa bilang aku tak mencintainya. Justru karena aku mencintainya aku berjuang keras untuk tidak menyakitinya kali ini. Beda seperti mu pak tua.

Dan soal perempuan itu, aku sudah menyuruhnya pergi tapi ia tak mau. Lalu, mulai sekarang jangan pernah ikut campur dalam urusanku. Atau aku tak segan-segan akan membunuh orang-orang yang kau pekerjakan untuk membuntutiku."

Ucap Liam ketus. Lalu ia pergi tanpa pamit.

Ayahnya benar-benar berhasil dibuat pusing olehnya namun yang aneh sejak kapan liam memanggil Diana dengan nama "perempuan itu" .

Yang ayahnya tahu Liam lah yang paling marah ketika nama Diana tidak di sebut dengan benar saat ayahnya mengucapkan nama Diana.

Beberapa saat kemudian.

Tiba-tiba Noemi keluar dari kamarnya, membawa sesuatu di tangannya yang dibungkus dengan kain hitam.

Ia mengetuk pintu Dany. Seketika Dany kaget kalau calon kakak iparnya itu ada di depan pintu kamarnya.

"Ada perlu apa kak?!" Ucapnya heran.

"Bolehkah aku, meminta sedikit bantuanmu?!". Ucap Noe serius.
.
.
.
.
Bersambung
6/1/2024

Sweet BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang