11.

510 43 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu dengan cepat, saatnya mereka akan kembali ke Jakarta. Semua sudah siap, hanya saja Gracia tidak bisa ikut pulang. Dia akan pergi ke Jepang untuk merayakan hari ulang tahun Maeda. Tapi Kathrina dan Zee memilih untuk pulang dulu dengan yang lainnya. Hanya Shani yang akan tetap bersama dengan Gracia.

Gracia menatap Shani yang sedang menikmati udon. Saat ini keduanya sedang makan siang di daerah Shibuya.
"Maafin aku Shan." Gracia berbicara dalam hati.Dia merasa bersalah kepada kekasihnya itu.
"Kenapa gak mam Ge?" Gracia tersadar dari lamunannya.
"Ini mam sekarang kok."

Hari ulang tahun Maeda di rayakan secara sederhana di sebuah rumah di Shirakawa-go atau Desa Shirakawa, kota pegunungan Jepang yang mempunyai keindahan alam yang menenangkan. Anak serta cucu-cucunya datang semuanya.
Dan untuk pertama kalinya juga Gracia mengeI'll ada nalkan Shani kepada keluarga besarnya.
"Akhirnya cici bawa pacar ya."  Para om dan tantenya senang sekali menggodanya, apalagi ini adalah kali pertama keponakan pertama mereka membawa kekasihnya. Shani bahagia karena keluarga besar Harlan sangat hangat, mereka bahkan berharap agar dia dan Gracia segera melanjutkan hubungan ke tahap selanjutnya.
Alina tidak pernah membiarkan calon mantunya itu berada jauh dari jangkauannya, dia mengatakan sangat merindukan Shani.
"Ingat panggil Mama ya!"  Alina menegaskan lagi kepada Shani untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan "tante".
Shani mengangguk saja, mengiyakan permintaan wanita di depannya. Selain karena tidak ingin berdebat dengan Alina, dia juga merasa lelah mendengar permintaan calon mertuanya itu dari dulu.

Maeda menghampiri Gracia yang sedang duduk dengan pemandangan pegunungan yang sangat indah di depannya.
"Hey young lady."  Gracia menyambut omanya dengan mencium tangan wanita tua itu.
Maeda bercerita tentang masa kecilnya yang banyak dia habiskan di desa ini. Dan sangat bahagia bisa merayakan pergantian umurnya di sini. Dia juga sangat senang ketika Gracia membawa seseorang yang sangat cantik dan terlihat sangat menyayangi cucu nya itu.
Gracia meminta ijin untuk mengangkat panggilan telpon dari seseorang, ketika ponselnya tidak berhenti bergetar.

Shani menghampiri Gracia yang baru saja mematikan sambungan telpon.
"Siapa yang telpon Ge?"
Gracia mencium pipi Shani "Biasalah kak Jinan."
"Mau jalan-jalan gak?" Gracia menggandeng tangan Shani.
"Akhir-akhir ini aku merasa kamu agak berubah Ge."  Shani menatap gadisnya, dia membelai wajah Gracia.
"Berubah gimana?"  Gracia menatap balik ke arah Shani, tapi kemudian memalingkan pandangannya ke sekeliling mereka.
"Aku tahu ada yang kamu sembunyiin dari aku."  Shani membatin.

Gracia dan Shani sudah tiba di Jakarta, sekarang dia sedang berada di kamar Shani.
"Kamu gak nginep Ge?"
"Maaf sayang, aku harus pulang. "
Shani mengangguk, biasanya Gracia tidak pernah menolak permintaannya, tapi sekarang dia memang merasa gadis itu perlahan mulai berubah.
Apakah cinta memang hanya manis di awal saja. Walaupun Gracia masih memperlakukannya dengan sangat baik dan romantis, tapi Shani merasa ada hal yang berbeda dari Gracia. Atau mungkin Gracia hanya merasa lelah, pikir Shani.

Shani sekarang sedang berada di rumah Gracia, dan ternyata gadisnya itu sedang tidak berada di rumah. "Dia kemana sih?"  Berkali-kali Shani mencoba menghubungi gadis itu, tapi ponselnya tidak aktif. Dia memutuskan untuk menunggu di kamar Gracia. Tidak ada tanda-tanda Gracia pulang semalam. Jadi kemana gadis itu pergi?.

Malamnya Gracia baru pulang, dia tidak tahu jika kekasihnya sudah menunggunya di kamar. Shani ke sini memang di antar oleh Muthe tadi siang.
Ceklek..Gracia kaget melihat Shani yang tidur di ranjang nya.
"Kamu habis dari mana??" Shani terbangun dari tidurnya, dia juga tidak tahu kenapa bisa sampai ketiduran.
"Aku dari rumah Zoya. " Gracia menaruh kopernya di sudut ruangan.
Shani mengangguk pelan.
"Kamu mau kemana Shan?" Gracia menarik tangan Shani yang ingin keluar dari kamarnya.
"Aku mau pulang sudah malam. "
"Jangan pulang dulu , sayang." Gracia ingin memeluknya tapi Shani menolak.
"Sampai kapan kamu akan bohong terus Shania Gracia??"  Shani berteriak, dia melepaskan rasa kesal, kecewa dan kemarahan yang selama ini dia pendam sendiri. Dia mengingat lagi pesan dari Christy yang mengirim foto Gracia dan Indah yang sedang berjalan sambil bergandengan tangan di sebuah loby Hotel.
"Maksud kamu apa sayang? " Gracia tidak mengerti kenapa Shani tiba-tiba meledak seperti ini.
"Kamu yang harus jelaskan ini maksudnya apa hah?"  Shani melempar ponselnya di ranjang Gracia, dan dengan perasaan takut bercampur aduk Gracia meraih ponsel kekasihnya.
"Shan.. "  Air mata Gracia keluar begitu saja, dia berlutut di depan gadis yang saat ini juga sedang menangis pilu. Dia menyesal karena menyembunyikan sesuatu dari kekasihnya.
"Kita sampai di sini aja Ge!"  Shani berlari pergi dari hadapan Gracia. Tanpa mendengar penjelasan Gracia.

Oh My Shani [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang