17.

547 45 9
                                    

Gracia sedang mengecek beberapa file kerjaan yang telah Jinan kirim. Dia merasa lega ketika jadwal pekerjaannya untuk dua minggu ke depan masih aman, yang artinya dia tidak perlu pergi ke luar kota atau luar negeri. Jinan juga mengatakan jika project untuk Shani sudah hampir rampung.

Shani menghampiri kekasihnya di mobil.
"Maaf sayang lama nunggunya."
"Gapapa sayang, sekalian aku nyelesein kerjaan aku tadi."  Kelas Gracia sudah selesai dari siang tadi, tapi dia masih harus menunggu Shani yang masih menyelesaikan beberapa tugas prakteknya.
Sebenarnya tadi Gracia menunggu di kantin Universitas di temani Gita dan Kathrina. Tapi mereka berdua sudah pulang duluan karena harus menjemput kedua oang tua Gita di Bandara. Jadilah Gracia memilih untuk menunggu Shani di dalam mobilnya.

Karena besok weekend Shani mengajak Gracia untuk menginap di rumahnya, karena kebetulan orang tua Shani sedang berada di rumah. Dan dengan senang hati Gracia menuruti permintaan kekasihnya tersebut. Dia tahu Shani sangat merindukan Natio dan Indira.

Sebelum berangkat keduanya menyempatkan diri untuk membeli beberapa kue dan buah-buahan untuk di bawa ke rumah Shani. Indira memeluk Shani dengan erat karena begitu merindukan sosok gadis nha yang kini terlihat semakin dewasa itu.
"Ya ampun anak Mama makin bahagia aja keliatannya."  Shani tersenyum, tidak bisa di pungkiri jika hari-harinya semakin menyenangkan dan membahagiakan ketika dia bersama dengan Gracia.

Sudah dua hari Gita hanya berdiam diri di rumah, selain karena sedang ada orang tuanya, dia juga sedang malas untuk pergi-pergi ke luar. Bahkan bocil kesayangannya sampai kesal karena Gita mengabaikannya.
"Awas ya kamu Gitaa!" Atin bersungut marah menatap ponselnya yang dari kemarin mencoba menghubungi Gita tapi selalu di luar jangkauan.
"Kamu pikir aku gak bisa cuekin kamu. Huh!" Dia melempar benda pipih itu ke sembarang arah di ranjangnya.

Sementara Gita sedang menidurkan kepalanya di pangkuan ibunya yang sedang menonton tv.
"Anak Mama manja banget deh." Gita memeluk erat tubuh wanita yang telah melahirkannya tersebut.
"Iya, Tata kangen banget soalnya." Mode manja Gita hanya akan keluar jika bersama ibunya.
"Kathrina apa kabar? Kamu gak ajak dia ke sini?"
Gita terdiam, dia melihat ada tanda bahaya besar yang akan menimpanya karena ponselnya tidak dia sentuh sedari kemarin.
"Ma ponsel aku mana?" Gita berlari menuju kamarnya. Benar saja ponsel Gita ternyata mati karena habis baterai.
"Mampus gue. "  Dia mencari-cari keberadaan charger nya tapi tidak ketemu.

Seorang gadis yang memiliki tubuh tinggi sedang menikmati makan malamnya dengan kedua orang tuanya.
"Anak bunda kenapa? Dari kemarin keliatan gak semangat gitu. "
"Palingan lagi ngambek sama Gita tuh, bener gak sayang?"
Anaknya hanya diam tidak ingin menanggapi godaan yang di lontarkan kepadanya. Dia hanya menggembungkan pipinya saja.
"Atin sudah selesai mau ke kamar dulu." Gadis itu meninggalkan kedua orang tuanya dan hanya bisa menggelengkan kepala melihat wajah kesal Atin.

Gita baru saja memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah kekasihnya, dia memilih untuk diam beberapa saat sebelum turun dari kendaraannya tersebut.
"Bocil pasti ngamuk ini. Huh! "
Gita di sambut kedua orang tua Atin yang sedang menonton tv berdua.
"Semangat ya nak, semoga berhasil." 
"Thanks Bunda. "
Gita mengetuk pintu kamar di depannya.
"Atin lagi gak mau di ganggu, Bunda. "
Ceklek
Gita memberanikan diri membuka pintu kamar tersebut, dan langsung di sambut dengan tatapan tajam dari gadis yang sedang duduk bersandar di tempat tidurnya.
"Sayang maafin aku ya, aku gatau kalau ponselku ternyata mati dari kemarin." Gita langsung duduk di depan bocilnya. Atin tidak menanggapi ucapan kekasihnya dia justru fokus menscroll sosial medianya.
Dengan pelan Gita mengambil ponsel Atin.
"Sayang dengerin donk kalau aku lagi ngomong."
Atin mencoba merampas ponsel miliknya lagi tapi Gita tidak mau memberikannya.
"Siapa Nico?"  Gita menunjukan tanda ada panggilan dari Nico di hp kekasihnya.
"Temen aku, siniin gak ponsel aku!"
Gita menggeleng.
"Temen yang mana? Aku gatau kamu punya temen namanya Nico. Lagian ngapain dia telpon kamu?"
"Makanya siniin dulu hp nya!"
Dengan terpaksa Gita memberikan ponsel itu.
"Loudspeaker!" Gita menatap tajam kekasihnya.

Oh My Shani [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang