Acara peresmian gedung untuk kantor baru Gracia sudah selesai dengan lancar. Kini gadis itu sedang terburu-buru untuk menemui Shani yang sedang sangat marah padanya. Bahkan kedua orang tuanya juga sangat marah kepadanya.
Tapi yang ingin dia beri penjelasan dulu tentu adalah Shani.Semalam setelah melihat keberadaan Indah di kamar Gracia, Shani langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Alina yang melihat kepergian calon mantunya itu langsung menyusul dan menatap tajam ke arah anak gadisnya, seolah mengatakan "kamu akan mati di tangan mama. "
Gracia juga langsung menelpon Jinan, dengan cepat gadis itu langsung menemui Gracia. Setelah meminta bantuan Jinan, Gracia juga pergi mencari keberadaan Alina serta kekasihnya.
Dengan cepat Jinan sudah bisa membaca situasi yang terjadi. Setelah mengantar Indah pergi, dia meminta untuk mengecek cctv.
"Apes banget lo Gre."Sementara Alina membawa Shani ke kamar lain. Dia tidak banyak bertanya kepada gadis itu, hanya menyuruh Shani untuk istirahat dulu.
Alina mencerna hal yang baru saja terjadi, dia menggelengkan kepalanya tanda sedang bingung dan tidak tahu apa yang akan dia lakukan kepada anaknya nanti.
"Mah aku perlu ngomong sama Shani, mama tolong buka pintunya. Please."
Alina tidak menghiraukan anaknya yang sedang menggedor pintu kamar.
"Pergi kamu Shania Gracia!"Angin sepoi, terik mentari dan deburan ombak menemani gadis berlesung pipi menikmati sebuah kelapa muda.
"Shan." Gracia datang dengan nafas yang tersengal, dia sudah mencari keberadaan gadis itu hampir dua jam, dan akhirnya dia bisa menemukannya sekarang.
"Kamu liat dulu." Dia memberikan ponselnya kepada Shani, tapi gadisnya tidak bergeming sama sekali.
"Demi Tuhan sayang,liat dulu. Please."
"Apa yang harus aku liat? Semua sudah jelas Shania Gracia!" Shani akhirnya meledak, air mata yang sedari semalam dia tahan kini tumpah di depan gadis yang telah dengan beraninya membawa orang yang paling dia benci berduaan di kamar hotel.
"Demi Tuhan Shan, itu gak seperti yang kamu bayangin. Please sayang, aku mohon percaya sama aku."
"Stop bawa-bawa Tuhan, karena apa yang aku lihat sudah cukup jelas." Shani pergi meninggalkan Gracia.Shani kembali ke kamar, dia mengunci dirinya sepanjang hari. Alina tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya diam menunggu agar gadis itu segera membaik.
Gracia masih di tempat yang sama, dia tidak tahu bagaimana cara agar Shani mau mendengarkan penjelasannya kali ini. Dia menyesal karena membawa Indah ke kamarnya, harusnya dia tidak memperdulikan gadis itu lagi. Harusnya sekarang dia dan Shani bersenang-senang.
"Arrrrghh" Gracia memukul meja di depannya.Shani keluar dari kamarnya membawa koper miliknya.
"Mah maafin Shani, Shani balik ke Jakarta sekarang ya." Alina terdiam, tidak tahu bagaimana caranya mencegah kepergian gadis itu.
"Tapi Shan. "
"Jangan khawatir Mah, Shani hanya perlu sendiri."Gracia menerima telpon dari Alina untuk segera menyusul Shani. Saat ini dia sedang berada di Loby dengan keringat yang bercucuran di pelipisnya.
"Shani Indira sayang, jangan pergi dulu ya." Gracia berlari mengejar Shani.
"Kamu udah janji akan selalu dengerin aku dulu sayang." Wajah Gracia terlihat pucat saat ini.
"Kamu percaya kan sama aku Shan, please sayang."
Shani hanya menatap datar pada gadis itu.
"Kita ke kamar aku dulu ya." Gracia mengambil alih koper kekasihnya.
Shani terkejut melihat wajah kekasihnya, keringat yang mengucur di dahi gadis itu juga tangan Gracia yang menggenggam tangannya terasa panas.Shani dengan cepat menghubungi Alina karena Gracia tiba-tiba pingsan, untung saja gadis itu pingsan setelah mereka sudah berada di dalam kamar. Shani yakin jika kekasihnya memaksakan dirinya.
Alina datang terburu-buru dengan seseorang di belakangnya.
"Imel periksa Gracia dulu tan. "
Shani memperhatikan orang yang sedang memeriksa keadaan kekasihnya, dalam hatinya dia ingin menangis melihat keadaan gadisnya.
"Gimana Mel?" Dokter itu bernama Melody, dia adalah keponakan Alina.
"Sepertinya adek belum makan dari kemarin, dan dia hanya kelelahan tante. Mungkin dia juga sedang stres."
"Dede hanya butuh istirahat dan nanti kalau dia siuman kasih minuman hangat aja dulu, ya Shan." Shani tidak menyangka jika dokter ini tahu dia, karena mereka belum pernah bertemu sebelumnya.
"Thanks ya kak." Melody mengangguk dan tersenyum.
"Imel udah text Jinan, nanti dia yang bawa obatnya." Dia menatap tantenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Shani [END]
General FictionPerjuangan seorang Shania Gracia untuk meluluhkan priness ice yang bernama Shani Indira.