12.

505 41 0
                                    

Hamparan sawah hijau menjadi pemandangan pagi yang sangat indah, di tambah sang mentari yang tampak malu-malu untuk menampakkan dirinya. Cuaca yang masih cukup dingin tapi tidak mengurungkan niat seorang gadis yang memiliki tubuh tinggi dan rambut panjang yang sedang melakukan joging ringan di sepanjang jalan desa yang masih sepi tersebut. Dia menarik lengan jaket olahraganya dan memilih untuk berjalan kaki, karena sudah merasa sangat berkeringat.
"Huh..lumayan juga. " Lagi sang gadis mengelap keringat di pelipisnya.
"Pagi neng Indira. "
"Selamat pagi bu Anna, mau ke pasar bu?"
"Iya neng, mau ikut tidak neng?"

Dari kejauhan terlihat sebuah mobil yang dari dini hari sudah terparkir rapi di pinggir sawah.
Gracia begitu tiba di Jakarta semalam, langsung pergi mengendarai mobilnya ke sebuah desa yang terletak jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
"That's you, finally i found you Shani Indira."
Gracia berbisik menekan dadanya.
Ternyata benar apa yang di katakan oleh orang suruhannya semalam. Setelah sebulan lebih mencari keberadaan Shani, akhirnya kini dia bisa melihat gadis itu lagi, walaupun hanya dari kejauhan. Deg Jantung Gracia berdetak sangat cepat ketika Shani melewati mobilnya. Gracia memang memilih untuk menggunakan mobil yang tidak terlalu mahal, karena tidak ingin menarik perhatian orang-orang di sekitar. Tapi kaca mobilnya itu memang sengaja di buat untuk pengintai alias menggunakan kaca film yang sangat gelap dari luar, tapi super terang dari dalam.

Perasaan rindu kepada sang pemilik hati, Gracia meneteskan air matanya. Rasa gundah di hatinya kini muncul lagi, apakah dia bisa menampakkan wajahnya lagi di depan Shani nanti? Apakah gadis itu akan mendengarkan penjelasannya? Apakah Shani akan memaafkannya? Apakah dia bisa menebus dosanya kepada Shani?
Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya. Gracia melirik ke arah spion yang menampilkan punggung Shani yang semakin menjauh darinya.

Sudah beberapa hari ini Gracia selalu memperhatikan Shani yang sedang berolahraga pagi di pinggir sawah, dia tahu sudah tahu kebiasaan baru gadis itu. Mulai dari pagi start jam enam pagi Shani akan berjalan-jalan pagi atau joging, kadang juga bersepeda jika hari-hari tertentu. Setalah itu pergi ke pasar, kembali ke rumah dan hanya akan berdiam diri sepanjang hari.Dia hanya tinggal seorang diri di sebuah rumah sederhana. Dulunya rumah tersebut adalah rumah peninggalan mendiang kakeknya. Dulu Shani dan kedua orang tuanya masih kembali kesini saat mengunjungi makan kakeknya sebelum sekarang sudah di pindahkan ke Jakarta.
Sorenya Shani akan pergi ke bukit yang berada di belakang desa itu untuk menikmati matahari terbenam sambil meminum secangkir teh.

Gracia tidak tinggal di desa tersebut, dia menyewa sebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari desa. Hobi barunya adalah memandangi Shani dari kejauhan, hanya untuk mengobati rasa rindunya.
Hari ini dia akan pergi ke Singapura, mungkin akan pergi sekitar semingguan karena setelah dari Singapura dia akan melanjutkan meeting di Bali.
Dan di Bali nanti Gracia harus menjawab begitu banyak pertanyaan dari Alina, karena ibunya tersebut sangat kesal dengan Gracia.
Awalnya Alina tidak tahu kenapa dia merasa Shani seolah menghindarinya, dia selalu menghubungi gadis itu hanya untuk menanyakan kabar atau mendengarkan ceritanya. Shani juga sudah tidak pernah berkunjung ke rumah, Gracia juga seolah menghindari Alina, jika ibunya tersebut pulang.
Hingga Alina menghubungi Katrhina, keponakannya itu mengatakan jika hubungan cicinya dan Shani sedang tidak baik-baik saja, dan Gracia juga sedang mencari keberadaan Shani.

Sebelum pergi Gracia meminta Jinan untuk menemuinya.
"Kak Jinan udah bawa titipan aku?" Jinan mengangguk dan membuka pintu belakang mobil kuning Gracia. Dan kembali membawa sebuah kandang kayu bertingkat dua yang di dalamnya terlihat dua ekor anak kucing yang satu berjenis Scottish Fold memiliki warna abu-abu dan yang satunya berjenis Russian Blue.
Bukan tanpa sebab gadis itu meminta Jinan untuk membeli kucing-kucing mahal tersebut, dia ingin mengirim kedua hewan itu untuk menemani Shani.
Shani dulu sempat bercerita kepadanya jika dia ingin memiliki seekor kucing.
"Dan ini makanannya, setiap tiga hari sekali akan ada staf yang akan datang langsung kesini untuk mengecek keadaannya." Gracia mengangguk mengerti.
"Tapi Gre.." Jinan seolah ragu dengan sesuatu, tapi dia mengurungkan niatnya untuk menyampaikan apa yang terlintas di benaknya.
"Thanks my sist,and dont to worry about something."
Gracia meminta Jinan untuk menunggu di dalam rumah, karena dia akan mengantar dua hewan itu kepada Shani. Jam segini biasanya gadis itu masih berada di atas bukit. Jadi dia bisa pergi ke rumah Shani.

Oh My Shani [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang