13.

497 44 0
                                    

Gracia terbangun begitu mendengar ponselnya berdering berkali-kali. Dia mengangkat panggilan tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"Gre, lo dimana?"
"Gue di... (menoleh ke sekeliling, kamar yang sangat asing baginya, seketika dia membuka kedua matanya lebar, melihat seorang gadis lain yang juga sedang tidur bersamanya)
" Shit.."  Dia mematikan sambungan telponnya begitu saja. Setelah mengingat kejadian semalam.
Gracia bergegas pergi meninggalkan kamar tersebut.

Chika khawatir jika Gracia sedang tidak baik-baik saja. Semalam dia pulang ke rumahnya dan menginap karena ada acara bersama keluarga. Ponselnya juga ternyata kehabisan baterai, dan ketika dia bangun tadi baru sadar dan melihat begitu banyak panggilan dari Gracia. Jadi Chika langsung menghubungi sahabatnya tersebut.
"Malah di matiin, dasar Gracia."

Sementara di mobil, Gracia semakin menambah kecepatan kemudinya. Dia sudah sempat pulang ke rumahnya untuk membersihkan diri. Sekarang dia sudah dalam perjalanan ingin menemui Shani. Bagaimanapun caranya, mereka berdua harus berbicara, Gracia ingin memperbaiki hubungannya. Dia memarkirkan mobil di seberang jalan rumah Shani yang terlihat sepi seperti biasa.
Sebelum keluar dari mobilnya Gracia menetralkan debar jantungnya.
Tok tok tok
Ceklek
"Maaf cari siapa ya?" Lagi Gracia melihat gadis yang beberapa hari lalu bersama dengan Shani.
"Saya mau bertemu dengan Shani Indira, pemilik rumah ini. "  Gracia berkata dengan sangat datar
Vienny memperhatikan Gracia, kemudian dia menutup pintu di belakangnya.
"Shani lagi tidur, jadi untuk sementara dia tidak bisa di ganggu."  Vienny seolah ingin mengusir tamu tersebut, tanpa ingin tahu siapa dia.
Gracia mengerutkan keningnya, dia tahu gadis asing ini tidak ingin dia menemui Shani, tapi karena apa?.
"Saya bisa menunggu sampai dia bangun. "  Gracia ingin duduk di teras rumah Shani, tapi lagi-lagi Vienny menghentikannya.
"Sebaiknya anda kembali nanti atau besok."
Gracia ingin sekali bersikap kasar kepada gadis di depannya, tapi dia tidak mau memperkeruh suasana, jadi dia menuruti saran Vienny untuk pergi.

Shani terbangun dari tidurnya, dia merasa baikan setelah tiba-tiba demam dari semalam.
"Shan kamu sudah merasa baikan?" Shani mengangguk.
"Thanks Vin udah ngerawat gue dari semalam."
"Ya elah, kayak sama siapa aja lo".

Gracia melihat ke arah rumah Shani, sudah larut malam tapi kenapa gadis itu masih berada di rumah Shani. Apa dia memang tinggal di sana juga? Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Vienny keluar dari sana. Dia masuk ke rumah di sebelah Shani. " Oh dia tinggal di sana rupanya."

Shani sedang bermain dengan duo kucingnya ketika seseorang mengetuk pintu rumah.
Dia pikir itu Vienny, tapi ternyata bukan.
Kaget, tentu karena yang berdiri di depannya kini adalah gadis yang telah berani menyakiti hatinya.
"Shan.."  Shani mendengar lagi suara lembut gadis itu yang memanggil namanya.
" We need to talk." Shani hanya diam menatap Gracia.
"Shani Indira. "  Akhirnya Shani tersadar dan melebarkan jalan agar Gracia bisa masuk. Dia tidak  ingin jika mungkin perdebatan mereka nantinya di dengar oleh orang lain.
Gracia melirik ke sudut rumah, perasaan nyaman dan hangat yang dia rasakan, membuat hatinya menjadi sedikit tenang.
"Duduk aja Gracia."  Gracia mengangguk, dia tersenyum setidaknya Shani masih menyambutnya, walaupun hanya berwajah datar.
Shani memilih duduk di kursi kayu yang berjarak dengan Gracia.
"Jadi, apa? " Shani menatap datar ke arah gadis di depannya itu.
"Kamu sakit Shan?" Gracia memperhatikan wajah Shani yang memang terlihat agak pucat.
"Never mind, mau ngomong apa?"
Gracia menghembuskan nafas, perasaan ingin memeluk Shani kini muncul di benaknya. Dia berjalan mendekat ke arah Shani, dan berlutut di depan gadis itu.
"Mungkin kata maaf saja gak cukup untuk aku katakan padamu Shan, tapi aku tetap ingin meminta maaf dari mu. Dan aku akan menjelaskan yang terjadi sebenarnya." Gracia menarik nafas
"Hari kedua saat kita liburan di korea, setelah kamu tidur aku merasa lapar Shan. Jadinya turun ke dapur tapi aku tidak tahu jika Indah juga datang tapi dia mengambil minuman beralkohol lagi, padahal kamu tahu juga kan saat itu dia udah tipsy. Aku melarang dia minum lagi, bukan karena apa, dia sahabat Atin dan sudah aku anggap adik aku juga. Tapi tiba-tiba Indah meluk aku, dan menangis . Aku minta maaf Shan karena membiarkan dia memelukku, karena saat itu aku kira dia sedang memiliki masalah, dan berusaha menenangkannya."
Shani tidak bergeming sama sekali. Gracia melanjutkan penjelasannya lagi.
"Tiba-tiba juga dia pingsan, aku sedikit panik dan terpaksa membaringkannya di sofa ruang tamu. Aku juga ingin pergi mencari kak Jinan agar dia bisa mengurus Indah, tapi dia bangun dan setalah ku suruh dia ke kamar dia malah mencium bibirku Shan. Aku minta maaf Shan, karena membiarkan gadis lain mencium ku. Tapi aku bersumpah aku langsung mendorongnya dan pergi ke kamar."
"Jadi karena itu kamu tidak bisa tidur waktu itu? Kamu menikmati ciuman itu kan?" Shani mulai merasa kesal dengan gadis bernama Indah itu, jujur dia cemburu. Gracia menggeleng
"Demi Tuhan Shan, itu tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya merasa bersalah padamu, karena tidak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi."
"Lalu? " Shani merasa tidak sabar untuk menunggu hal yang akan di sampaikan Gracia lagi.
"Saat aku ke party dengan kak Jinan dan pulang jam dua pagi, maaf Shan aku malah pulang dengan keadaan hangeover seperti itu padahal udah janji sama kamu." Gracia menyesal, tapi Shani hanya memutar mata malas.
"Aku hendak kembali ke kamar, tapi lagi Indah tiba-tiba muncul saat itu, dia ingin meminta maaf.
Karena tidak ingin mengganggu tidurmu, aku malah membawanya ke kamar sebelah, aku hanya tidak ingin kamu mendengar hal yang belum aku ceritakan sebelumnya. Maaf Shan aku tidak bermaksud menyembunyikan sesuatu dari mu.
" Kamu inget kejadian itu, tapi kamu gatau aku tertidur di sofa karena menunggumu Gracia!"
Gracia kaget mendengar ucapan Shani, karena dia memang tidak tahu jika kekasihnya sampai ketiduran dan dia menyesal baru tahu sekarang.
"Maaf Shan." Hanya itu yang bisa Gracia ucapkan.
"Apa yang kalian lakuin di kamar waktu itu?"
Gracia terdiam beberapa saat,
"Dia bilang dia cinta aku Shan, sudah sejak lama, tapi aku tidak membalas ungkapan cintanya. Kamu tahu kan perasaan ku cuma bertumbuh dan milik kamu seorang Shan!? " Shani memilih untuk tidak menjawab, dia tidak menyangka jika Indah adalah gadis seperti itu.
"Aku cuma minta dia buat lupain aku, tapi dia malah menangis. Karena mungkin sudah terlalu mengantuk aku telah mengiyakan sebuah janji dengannya waktu itu."
"Janji apa? " Shani penasaran.
"Aku berjanji untuk melakukan apapun untuk Indah, asalkan dia melupakan perasaannya padaku." Shani berpikir apakah Gracia bodoh? Ya dia memang bodoh karena Indah.
"Aku tidak ingat lagi, karena tiba-tiba saja aku bisa terbangun di ruangan itu Shan. Dan dia juga sudah tidak ada di sana."
"Bener kalian gak berciuman lagi?"  Gracia mengangguk, dia tidak akan berani menyembunyikan hal lainnya lagi.
Gracia berkata jika itu hari terakhir mereka berdua berinteraksi.
"Terus kenapa kamu sering menerima telpon secara diam-diam? Dan jika ada aku kamu matiin sambungan telponnya? "
Gracia tidak menyangka jika Shani ternyata tahu hal yang dia ingin sembunyikan, dia tersenyum
"Sebenarnya aku lagi mempersiapkan sesuatu hal untuk kamu Shan, dan kak Jinan yang bantuin aku."  Shani tercengang mendengar cerita Gracia,
"Emangnya apa yang mau kamu rencanain ?"
Gracia tersenyum,
"Masih rahasia Shan, tapi aku tahu kamu akan menyukainya." Shani diam kemudian teringat dengan foto yang di kirim Christy.
"Terus foto waktu itu?"  Senyum Gracia menghilang,
"Waktu aku pulang dari rumah kamu, Zoy telpon aku Shan, dia di bar dan mabuk berat. Aku gak mungkin bisa ninggalin dia. Kamu tahu sendiri keadaanya Zoy gimana waktu itu."  Shani mengangguk mengingat kisah Zoya dan Marsha.
"Marsha juga sedang berada di Bar yang sama dengan Indah waktu itu, bahkan keadaan Marsha lebih parah dari Zoy. Aku bawa Zoy dan Marsha ke mobilku dengan bantuan Indah. Maaf Shan aku gak kabarin kamu, aku gatau kalau ponselku ternyata habis baterai. Kata Indah Marsha tidak bisa di bawa pulang dengan keadaan separah itu, jadi kita bawa dia ke hotel. Setelah itu aku pulang ke rumah Zoya. Dan untuk foto aku gatau kamu dapet dari mana Shan, waktu itu aku biarin Indah gandeng tangan aku karena dia juga terlihat panik dengan keadaan Marsha. Maafin aku Shan, demi Tuhan aku gak ada hubungan apa-apa sama dia. Seperti yang aku katakan di awal, aku anggep Indah sudah seperti adik aku sendiri.
Shani mendengar penjelasan Gracia, dia juga memang bersalah waktu itu karena terburu-buru mengambil keputusan.
"Ada hal lain lagi yang kamu sembunyiin dari aku?"
Gracia bimbang, tapi dia juga tidak ingin ada kesalahpahaman lagi di antara mereka berdua. Dan mengangguk,
"Apa? "
"Aku liat kamu mesra-mesraan dengan gadis itu kemarin, jadi aku cemburu dan menghubungi Chika untuk mengajaknya minum, tapi Chika gak ada kabar. Saat di parkiran apartemen Chika aku malah ketemu Indah."
Shani menghembuskan nafas,
"Kenapa dia sering muncul?kalian janjian kan!"
Gracia menggeleng, dia juga seakan bertanya-tanya kenapa akhir-akhir ini Indah sering muncul di depannya.
"Siapa gadis itu Shan? Yang tingg di sebelah rumah ini?" Gracia sedikit kesal mengingat wajah gadis itu.
"Kita lagi bahas kamu Gracia, bukan aku atau orang lain. "
Gracia terpaksa menyimpan rasa penasarannya, karena tujuan utamanya adalah menjelaskan kesalahpahaman tentang dirinya.
"Dia meminta tumpangan, maaf aku gak bisa nolak dan aku juga butuh teman untuk minum." Gracia memelankan suaranya, melihat wajah horor Shani.
"Jadi kita minum di sebuah bar, dan karena sudah sama-sama tipsy kita pulang. Tapi dia gak mau pulang kerumahnya." Shani menatap Gracia yang terlihat ketakutan.
"Jadi kamu bawa dia kemana?"
"Maaf Shan, aku bawa dia ke hotel."
Shani membuang nafas panjang, tidak menyangka dengan jawaban Gracia.
"Kalian tidur bersama kan?"  Gracia mengangguk pelan, Shani menggertakkan giginya menahan amarah.
"Tapi Shan kita gak ngapa-ngapain sumpah". Shani tak bergeming.
" Aku gak tau kenapa bisa ketiduran juga, maaf  Shan." Gracia terlihat menyesali perbuatannya.

Oh My Shani [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang