Kenapa?

676 105 3
                                    

Memilih untuk tidur. Saat pagi seseorang datang, dia Hyuk untuk menjenguk [name]. namun pemandangan tidak mengenakkan ada di hadapan nya. Owen terus berpegangan tangan dengan [name] ketika kedua orang itu tidur.

Karena niatnya hanya ingin melihat kondisi [name], hyuk menaruh buah tangan yang sebelumnya ia tenteng dan mengirimkan pesan ke ponsel [name].

buah, dan roti sandwich kesukaan mu ada di atas meja. Maaf ya.. aku tidak bisa membangunkan mu karena kau seperti nya sangat nyenyak. Lekas sembuh cantik, aku akan datang lagi... bay - Hyuk Kwon.

Hyuk pergi dari sana dengan rasa kecewa. Berjalan menulusuri koridor rumah sakit sambil bertanya tanya akan pikiran yang melanda dirinya sekarang.

"Owen itu pacar [name]? sebenarnya mereka berhubungan apa... apakah aku berarti bagi [name]?... astaghfirullah... ovt."

Hyuk menampar kedua pipinya. "ayo Hyuk! semangat!..."

"gabisa elah..."

"ckk! ayo Hyuk! tetap positif thinking!"

kita kembali lagi ke sisi [name].

Shelly dan Jay tidak bisa menginap semalam, karena harus sekolah. Sebenarnya Owen juga harus sekolah, tapi dia lebih memilih untuk menjaga [name].
Makannya, tdi Hyuk ga liat ada Shelly dan Jay.

Owen terbangun, punggung nya sakit dan pegal. Mengkretek kretek pinggul nya dan menatap [name] yang masih belum bangun.

padahal semalem udh.

Dia bangun dari duduknya, melihat keresek yang sebelum nya di taruh oleh Hyuk. Karena belum sepenuhnya bangun, dia menghiraukan nya, duduk di sofa lalu melihat seragam nya yang masih berlumuran darah.

"walaupun darah kenapa tidak amis ya... jangan jangan jodoh." ucapnya ngayal.

biasanya, dia selalu menyimpan satu kaus di tas nya. Dan benar saja, memang ada. Dia mengambil kaus itu dan membuka kemeja nya.

bertepatan ketika itu, [name] terbangun dan pemandangan pertamanya Owen yang sedang membuka kemeja nya. Tubuh kekar Owen, otot perut nya serta dada bidang nya terpampang jelas di matanya.

membuka mulut nya salfok tercampur shok. Owen yang tidak sengaja melihat [name] yang sudah bangun, berteriak sambil menutupi badan nya dengan kedatangan tangan.

"Kya!!! [name]... ano... [name]-senpai... Jangan! a-aku masih perawan!"

[name] speechless, jika saja dia sedang minum. pasti reflek memuntahkan nya. Owen tertawa, dia segera memakai kaus nya, menghampiri ranjang lalu membantu sang gadis untuk duduk.

"sudah bangun? lapar?" tanya Owen penuh dengan pertian.

lagi lagi bayangan aneh muncul di kepala [name].

"[name]! makan dulu! kamu lapar kan?!"

"aku ga lapar, tadi sudah jajan."

"yaudah! kalo kamu ga makan, aku juga enggak!"

"dih, gitu masa."

sambil menahan sakit kepalanya, dia tersenyum seakan akan menjawab pertanyaan Owen. "Terimakasih sudah membantu ku."

"apa maksud mu? itu sudah seharusnya untuk ku." jawab Owen.. dia terdiam sebentar. "[name]... tidak apa?"

[name] mengangguk, "semuanya sudah menjadi makanan sehari hari.. aku sudah terbiasa akan ini. bolak balik ke rumah sakit seperti strika." [name] menunduk, tersenyum kecut meratapi nasip nya.

Owen terdiam, tangan nya terulur untuk memegang tangan [name]. "apakah aku perlu menghajar di bajingan itu?"

[name] lagi lagi tersenyum, "tidak perlu... kau ada di samping ku saja aku sudah sangat terimakasih.."

"kenapa kau terus tersenyum seperti itu? keadaan mu seperti ini, bisa bisa nya masih bisa tersenyum begitu?... [name].. tolong jujur. Jangan menahan semua sendiri, aku sudah tahu semuanya."

apakah dia tahu bahwa dirinya pernah hilang ingatan?

[name] diam tidak menjawab, dia menengok ke arah jendela. "Owen... apakah kehadiran mu menjadi keburukan atau kebaikan." dia bergumam tanpa berpikir.

Lelaki jangkung itu terkejut, "[name]!.. apa maksud mu?" [name] langsung tersadar dan terkikik, "maaf maaf, bibirku spontan mengatakan nya."

Owen merengut "ayo makan."

[name] reflek menggerakkan tangan kanan nya, dan ketika itu juga sakit merambat kemana mana merasa ngilu hingga ke otak. "tulang mu retak." kata Owen.

"ohh... tunggu?! retak? seminggu lagi aku ada pertandingan, untuk lolos ke babak final! Owen! bagaimana ini?!" [name] panik mata nya merah hidung nya juga ikut merah.

Yang di tanya malah makin panik, perempuan di depan nya seperti ingin menangis. "duh.. aku harus bagaimana? tidak mungkin aku mengganti dirimu, kau ahli dalam bidang mu. Jika aku yang gantikan apa tidak pingsan duluan?!"

bibir [name] bergetar, Owen semakin panik dan langsung bangun dari duduk nya. Dia membawa gadis itu kedalam pelukan nya, memang yang ia sangka. [name] menangis dengan isakan isakan kecil.

"Owen... bagaimana ini..." katanya di sela tangisan.

"cup cup..."

semuanya karena si brengsek badebah sialan.

"tenang ya, coba hubungi dulu pelatih mu. Semoga ada jalan keluarnya... " Owen berusaha menenangkannya.

[name] menggeleng, "tidak bisa! mau bagaimana pun aku mau menjadi juara di final." Owen melepaskan pelukan nya dan mendekatkan wajah nya. "hei... tenang... jangan memaksakan kondisi, lihat kondisi mu? apakah bisa... utamakan kondisi mu [name], jangan terus menomerduakan kondisi dirimu sendiri... " Owen mencubit hidung merah [name].

Owen mengambil infusan yang tergantung dan menyuruh [name] untuk memegang nya. Sang empu memegangi nya tanpa berpikir, Owen menyingkir selimut yang menutupi sebagian tubuh [name].

tangan nya ia masukkan di sela bawah lutut kedua kaki, satu tangan nya untuk menyanggah punggung lalu mengangkat [name]. "ayo keluar... siapa tahu suasana hati mu akan membaik."












TBC.

woi, aku mau spoiler. Semingguan ini bakal ada yang jauh jauhan.



Pertemanan •𝖂𝖎𝖓𝖉𝖇𝖗𝖊𝖆𝖐𝖊𝖗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang