Flashback.

504 74 2
                                    

  Kala itu di saat mereka kelas lima SD. Shelly di sukai dengan kakak kelas enam. [name] netral, dia mengikuti apa kata Shelly saja. Sedangkan Owen, dia tidak tau menauh tentang hal seperti itu.

Shelly tidak mau! dia hanya mau pada jahyun yang di ceritakan oleh Mahon Jo! Shelly selalu mencari perlindungan kepada [name]. Gadis manis itu pun menerima nya, apapun keinginan Shelly akan di balas dengan anggukan.

Shelly utama bos.

Saat itu [name] lagi bermain bola bersama Owen dan Shelly. Shelly bisanya jadi kiper, walaupun bola ngelos [name] akan selalu bertepuk tangan seolah olah itu keren. Namanya juga bocah, apa bae dah.

"[name]!! semangat! ayo hasilkan goll! semangat [name]-ku!" teriak Shelly.

Owen yang capek dan hanya berdiri dekat nya menata julid. "kenapa hanya dia yang di semangat kan?" Shelly menengok menatap Owen dengan malas. "karena dia selalu menyemangati ku! lagi pula [name] itu keren... jika saja dia lelaki pasti aku pacari, TIDAK TIDAK!! AKU HANYA MAU BERSAMA JAHYUN!"

[name] sudah siap menembak untuk menghasilkan gol. Namun di detik itu juga, ada seorang yang lebih tinggi menghampiri nya. [name] yang ingin menendang terhenti sambil menengok.

"halo.. kamu [name] dari kelas 5A kan?" tanya nya. [name] mengangguk ngangguk, "kamu... kakak kelas yang menyukai Shelly?" tanya [name].

kakak kelas itu mengangguk, dia menunjuk  teman nya yang ada di sisi lapangan. Terlihat pendiam, tampan dan juga tinggi. Karena [name] saat usia segitu cuma mikir, makan, belajar kalo niat, sama maen jadi gad yang namanya terpesona.

bocil skrng : minimal pcran 🗿

author mah dah ada Owen (⁠┛⁠✧⁠Д⁠✧⁠)⁠)⁠┛⁠彡⁠┻⁠━⁠┻

"lalu?" tanya [name] acuh. Kakak kelas Itoshi tersentak, "em.. dia mau berkenalan dengan mu."

[name] mengangguk ngangguk, "jika ingin berkenalan besok saja.. aku sedang bermain bola sekarang."

Kakak kelas itu menganggap jika [name] menolak nya dengan sombong. Dia pergi dengan keadaan kesal sambil terus menggerutu.

"dasar sombong.."














Besoknya, saat jam istirahat. Teman teman [name] sudah berniat untuk bermain bola atau tidak layang layang di lapangan. Tapi [name] sudah bilang, jika siang ini pasti hujan, dan ternyata benar.

Dia diam duduk di kelas sambil mengemil beberapa cemilan yang ia bawa dari rumah. Shelly juga begitu, dia hanya bengong natapin hujan di luar. Owen dia gambar abstrak di buku nya.

"kan... apa aku sudah bilang. Pasti hujan."

Shelly mengangguk, "aku bosan.." menatap wajah [name] yang terdapat lebam biru di ujung bibir.

"[name], wajah mu kenapa?" tanya Shelly.

[name] membuang wajahnya, "ini terjatuh." jawab nya, Shelly percaya akan apa yang di katakan [name]. Karena jika kepada Shelly dia pasti selalu jujur.

Shelly mulai memerhatikan perubahan [name], "pipi mu tidak sebesar dulu ya... tirus. Dan matamu seperti orang yang mengantuk, apakah benar baik baik saja?"

"aku tidak apa apa.. ini masa perubahan seperti nya..." Shelly mengangguk lagi dan baru teringat, "Minggu depan kamu tanding kan? aku akan menonton, dan menyemangati mu!"

"benarkah? terimakasih banyak..."

Mereka berdua asik berbincang hingga melupakan Owen yang sedari tadi gambar sambil nyimak.

singkat nya saat dia hari sebelum tanding, Shelly bersenandung kecil dan berlari menuju rumah [name]. Ketika sampai di depan gerbang, dia mendengar suara suara aneh.

Dia masuk kedalam gerbang dan mengintip lewat jendela dekat pintu utama. Terlihat, di ruang tamu [name] berdiri sambil menunduk. Lebam merah serta biru terpampang jelas di kedua pipi nya yang tirus.

Shelly ternganga, dia terdiam dan berkeringat dingin. Ayah [name] yang biasanya tidak menampakkan dirinya, kini sedang memukul [name] menggunakan rotan yang sangat panjang.

[name] di sana hanya diam, dia tidak menangis tapi hanya melontarkan tatapan dingin dan benci.

Shelly menangis tanpa suara dan memilih untuk pergi karena tidak kuat dengan pemandangan di hadapan nya. Berlari di jalan sambil mengelap air mata dan ingus yang keluar dari hidung nya.

Sampai di rumah dia langsung memeluk ayah nya yang tengah bersantai. Sang ayah kebingungan, "h-hei... sayang. Kenapa menangis?"

Rasa ingin memberi tahu ayah nya tapi bibirnya terasa berat, dia hanya menggeleng sambil terus memeluk ayah nya dengan erat.

Shelly berpikir, apakah kemarin [name] bohong dengan luka yang ada di sudut bibir nya? dan tatapan dingin serta mata mengantuk nya itu sangat tidak di sukai oleh nya. [name] baginya adalah si pipi besar, mata bulat dan tengil.

tidak lama setelah itu terdengar suara yang memanggil Shelly. "Shelly! ayo main!" itu suara [name], Shelly lagi lagi terkejut dan langsung mengelap air matanya.

Dia berlari membuka kan pintu, terpampang jelas [name] di sana dengan senyuman manis khas nya. Wajah yang penuh plester itu menampakkan mata yang menyipit karena tersenyum.

"[name]... bukannya k-kamu... tidak tidak! AYO MAIN." Shelly menarik tangan [name] dan berlari bersama, walaupun memang [name] bohong tapi senyuman nya masih bertahan untuk Shelly seorang.

Langit siang menjadi saksi bisu, tawa gelak dan senyum senyum bahagian terlihat dari dua anak kecil manis itu. Walau memang takdir tidak semuanya berpihak pada mereka.

#TBC

Pertemanan •𝖂𝖎𝖓𝖉𝖇𝖗𝖊𝖆𝖐𝖊𝖗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang