Saat hari pertandingan tiba, [name] sangat serius. Mendapatkan juara tiga di pertandingan kali ini, walaupun tidak juara satu tapi ini sudah sangat berharga. Senyum nya mengembang sekali lagi.
Shelly asik memfoto [name] menggunakan kamera nya, Owen juga turut bahagia akan hal itu. "selamat! [name]! kamu sangat keren!" kata Shelly.
"ayo! ajarkan aku cara menendang seperti mu!" kata Owen.
Tawa [name] terdengar, "Terimakasih ya... sudah mau menonton, aku memang benar benar keren bukan." Mulai mulai.
Owen langsung menatap malas [name], "orang sombong mendapatkan karma."
"cih... bilang saja iri." kata [name], dia merasa haus dan melangkah untuk mengambil tas nya dan mengambil minum. tapi sebelum itu, dia tersandung dan kejeduk di lantai.
"karma itu nyata."
yg ga nyata karma akabane.
beberapa tahun kemudian.
Tepatnya di akhir kelas satu SMP. [name] memberi tahu Shelly, jika dia akan tinggal di jepang dan kemungkinan kembali di inggris sangat tipis. Shelly menangis sejadi jadinya, dari awal [name] tidak memilih bersekolah di tempat yang sama saja Shelly keberatan.
Apalagi ini, dan keberangkatan nya dua hari lagi. Shelly kecewa, sedih... "kenapa... kau selalu saja menyembunyikan semuanya sekarang?! aku tahu! kau selalu di pukuli dengan ayahmu kan?!"
[name] terkejut, terdiam dan hanya menatapi Shelly. "jawab [name]?!" Shelly menarik kerah seragam [name] dengan emosi yang semakin meningkat.
"percuma.. jika aku memberi tahu dirimu maka semua nya tidak akan berubah.. memang sudah takdir ku seperti ini Shelly."
"maaf... sudah mengecewakan dirimu..." [name] melepaskan tangan Shelly dari kerah baju nya dan memeluk gadis di hadapan nya.
"aku berjanji... setelah ini tidak akan terjadi apa apa lagi yang membuat kita renggang... "
Shelly menenggelamkan wajah nya di leher [name] dan menangis sejadi jadinya. [name] mengelus elus punggung Shelly. "[name]... mengapa hidup mu terlalu menderita..." lirih Shelly.
"Aku percaya akan ada kebahagiaan setelah nya... tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan hamba nya.." jawab [name].
"Ayo... kita ke festival, dekat sini ada kan." ajak [name], "Aku akan terus menghubungi dirimu."
[name] tersenyum dan menarik tangan Shelly untuk ke tempat yang sudah menjadi tujuan [name]. Festival biasa yang ada setiap malam Minggu, banyak sekali makanan enak di sana.
Hari ini ia akan menampilkan senyum manis nya lebih banyak untuk Shelly. Mencoba berbagai makanan enak di sana, Shelly di buat senang dengan nya.
Perpisahan bukan awal dari ke-asingan, kalo asing Ren sama dia. WKWKWK, g lucu.
Shelly terbawa suasana, hingga lupa. Hari tanpa [name] akan segera tiba, [name] membahagiakan nya malam ini. Lagi lagi, senyum nya melupakan akan latar di balik hidup nya.
Semuanya bohong, namun dia mampu bertahan untuk waktu yang lama. Pukulan, makian dan takut untuk pulang ke rumah. Jika rata rata orang orang pulang ke rumah untuk menenangkan diri dan mengistirahatkan tubuh mereka, [name] menerima pukulan dan makian.
Walau begitu, selagi masih hidup. Mereka akan mencari jalan keluar, di saat ruangan yang redup tanpa cahaya, pasti di sana sinar mentari masuk untuk membawa kebahagiaan.
"Terimakasih sudah ada untuk ku...
Shelly..."
Berpisah dengan air mata yang mengalir, Shelly memandangi punggung sahabat nya yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangan. Rasa hampa mulai terasa di dalam dirinya.
Kenapa harus dia yang mengetahui ini sendiri, Owen tidak tahu.. karena dia merupakan orang yang belum bisa [name] percaya untuk mengetahui latar belakang nya.
Waktu terus berganti.
Rasa hampa itu semakin menguasai Shelly, walaupun memang terkadang Owen setia menemaninya. Owen teringat akan ucapan [name] sebelum ia menghilang.
"jika aku menghilang dan kau tidak tahu kejelasannya... janji.. kau akan setia menemani Shelly untuk ku."
"kau berbicara seperti itu seolah olah akan tiada saja..."
Sampai sekarang pun Owen tidak di beri tahu kejelasan akan pergi nya [name]. Hingga di mana, Shelly mendapatkan pesan jika [name] masuk rumah sakit dan kondisi nya kritis.
Segera dia memesan tiket untuk ke jepang tanpa bilang terlebih dahulu ke Owen. Rasa gelisah dan overthingking nya menguasai dirinya ketika di dalam perjalanan. Sampai dalam keadaan yang sama membuat nya terus menerus berkeringat dingin dan bahkan tidak memedulikan dirinya sendiri.
alat alat terpasang di tubuh sahabat nya, selalu menantikan kesadaran. Apakah tuhan masih berpihak pada [name].
"tuhan... tolong... kali ini... selamat kan [name] dan berikan dia kebahagiaan yang setara akan penderitaan nya..."
"[name] duniaku... aku yakin kau akan bangun... terus bangkit..."
Di saat saat terakhir, dokter datang dengan membawa berita yang sangat buruk. [name] di nyatakan tiada, kondisi nya semakin memburuk. 4% bisa di harapkan apa, namun Shelly masih mengencangkan doa nya.
"maaf..."
"DOKTER!! DETAK JANTUNG PASIEN KEMBALI!!"
Shelly semakin yakin akan adanya pertolongan dari tuhan, doa yang semakin kencang. Tidak pernah berhenti sedetik pun.
"pasien selamat... namun dalam kondisi koma. Walau begitu kemungkinan akan bangun lebih besar.."
"terimakasih dokter... terimakasih tuhan..."
menemaninya setiap hari tanpa lelah, terus menerus berada di samping [name]. Rasa kantuk dan lelah ia lawan untuk menjadi yang pertama ketika [name] bangun.
Brengsek yang mengakibatkan ini semua semenjak mendengar akan keselamatan putri, tidak dia tidak bisa menganggap [name] sebagai putri nya. Darah nya mendidih akan mendengar [name] yang selamat dalam kondisi kritis.
Dia datang ke rumah sakit dan memojokkan Shelly, menarik kerah baju gadis cantik itu dan berucap akan ancaman yang ia berikan. "Jauhkan Owen dari [name]! atau aku akan membuat [name] sehancur hancurnya, badebah kecil."
#TBC.
kalian bosen gasih ಥ‿ಥ takutnya makin lama makin cringe gitu(。•́︿•̀。)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertemanan •𝖂𝖎𝖓𝖉𝖇𝖗𝖊𝖆𝖐𝖊𝖗
Teen FictionKisah pertemanan (love story) [name] dengan teman teman nya ketika di Korea. Windbreaker X reader. cerita tidak sama, dan saya hanya meminjam beberapa scene, meminjam karakter nya juga. karya asli milik Jo Yongseok.