8. God's plan

429 73 153
                                    

Daebak! Hampir 5000kata.
Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya sebagai sebuah apresiasi.
Biar aku semangat buat Update lagi(⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~



"Kisah kita hebat, tak pernah debat tapi tamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kisah kita hebat, tak pernah debat tapi tamat."

Selena menegakkan punggungnya pada sandaran kursi, matanya melirik arloji ditangannya lalu perempuan itu menghembuskan nafasnya pelan saat jarum jam telah menunjukkan pukul tiga sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selena menegakkan punggungnya pada sandaran kursi, matanya melirik arloji ditangannya lalu perempuan itu menghembuskan nafasnya pelan saat jarum jam telah menunjukkan pukul tiga sore. Selena diminta hadir untuk pertemuan dengan klien yang mendadak mengubah tempat pertemuan yang tadinya hanya disekitaran Bandung namun malah berakhir di ibu kota, yang membuat Selena mau tidak mau harus pergi ke Jakarta sendirian menyusul rekan kerjanya yang sudah pergi lebih dulu sejak pagi tadi.

"Pak Handoko kemana? Udah balik?" Suara Shaka menarik perhatian Selena yang sejak tadi menatap lurus pada siletto hitamnya.

Selena menggeleng lalu mengangkat dagunya menunjuk ke arah toilet lelaki. "Udah sepuluh menit masuk kesana nggak balik-balik. Coba lo cek, Mas." Pinta Selena, ada raut cemas yang terlihat. Sebab kliennya ini sudah berusia cukup tua untuk seseorang yang masih bekerja bolak-balik luar kota, ketimbang meminta asisten atau sekretaris yang mengurusnya.

"Nah. Itu dia." Ujar Shaka melihat Handoko berjalan ke arah meja mereka.

"Maaf saya membuat kalian menunggu lama." Ujar Handoko sungkan, lelaki berusia hampir enam puluh lima tahun itu menarik kursi disebelah Selena untuk duduk. "Saya rasa pembicaraan kita tadi sudah cukup menjawab keputusan saya soal rencana kerjasama kita kedepannya." Handoko menatap Selena dan Shaka bergantian sambil tersenyum.

"Saya rasa akan lebih jelas kalau kami mendapatkan tanda tangan Pak Handoko disini." Shaka tersenyum sembari menunjuk kolom tanda tangan dari sebuah kertas yang baru ia keluarkan dari map yang Shaka bawa.

Tawa keras Handoko mengudara, diikuti senyuman dari Selena dan juga Shaka yang menyambut lembut. "Kalian selalu mengingat hal-hal yang hampir saya lupakan, padahal ini bagian penting dari kedatangan kalian yang jauh-jauh dari Bandung ke jakarta ini, ya." Handoko mengeluarkan pulpen mahalnya dari saku jas lalu membubuhkan tanda tangannya disana.

FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang