12.

218 50 0
                                    

"Hal yang membuat perasaan mu tersayat bukanlah perpisahan. Namun, karena adanya perasaan kehilangan terhadap seseorang yang padahal bukan milik mu. "

- Cahaya Asyafarhana -

Setelah cahaya menggantikan baju nya. Mereka keluar dari bilik menuju mushalla untuk membacakan zikir dalail khairat. Menghidupkan malam jum'at dengan penuh pengamalan.

Mereka berjalan secara bersamaan, di banyak nya santri yang juga berjalan ke arah tujuan. Tapi suara yang terdengar dari komplek putra membuat kaki mereka terhentikan, itu juga karena tindakan najwa.

"Kayak suara ustadz fahri!. ''Tebak Najwa.
" em.. Iya deh kayak nya!. "Sahut cahaya agar tidak mencuriga kan.
" udah pulang dia?. "

"Em.. Mungkin! Soalnya suaranya udah kedengaran!. " jawab cahaya datar. Dan setelah itu mereka melanjutkan perjalan nya, hingga berada di dalam mushalla. Mereka duduk di barisan kedua. Tapi karena ustadzah syifa memanggil cahaya untuk memegang mikrofon. Membuat mereka berpindah tempat.

"Ustadzah pikir, cahaya nya belum balik!. " ucapnya dengan lembut ketika cahaya baru sampai di samping nya. Duduk di depan para santri. Untuk memimpin zikir.

"Heum..!. " cahaya hanya menjawab nya dengan senyuman.

"Gini ya kalau suara nya bagus, pintar dan cantik!. " bisik najwa di telinga cahaya.
"Kakak apaan si!. " lirih cahaya balik berbisik.

"Cahaya! Silahkan di mulai!. " titah ustadzah ayu mempersilahkan dengan begitu lembut. Membuat cahaya mengangguk. Mengambilkan mik yang di berikan kepadanya.

Membuka buku zikir nya. Dan memulai nya dengan bacaan Ta'awuz  dan basmallah. Memakai irama umum pada biasa nya.

"Nastagfirullahal azhim... Mingkulli zambil azhim.. Aw walau waakhiraw wazhahirauw  wabatinaaa... Ya Allahu ya Rahmanu ya gafuru ya rahimmm...!. " lantunan merdu itu terdengar di telinga ustadz fahri yang sedang mengontrol lokasi. Membuat dirinya bergegas masuk ke dalam rumah. Menemui adik bungsu nya Amelia.

"Bilang Sama kakak, jangan bersuara di mikrofon, kak fahri ngga ngizinin, suara kak cahaya terlalu bagus, nanti para santri putra malah candu!" titah ustadz fahri pada Amelia yang sedang duduk di ruang tamu. Mengerjakan PR sekolah nya. Membuat Amelia menatap ke arah nya dan menggelengkan kepala.

"Amel ngga berani kak, nanti kalo santri lain tau gimana?. " Jawab Amelia sembari meletakkan pensil nya di atas meja.
"Yaudah kalo ngga berani! Suruh kakak masuk aja ke dalam. Bilangnya di panggil umi. Tapi bisik di telinga nya. " ujar ustadz fahri yang tidak nyaman dengan suara cahaya  yang masih terdengar.

''Em...! Sahut Amelia singkat. Menganggukkan kepalanya sambil bangun dari duduk. Berjalan pergi ke arah pintu yang lebih dekat dengan musholla putri.

Dalam keadaan tidak enak, Amelia masih menggerakkan langkah kaki nya, sebenarnya dia takut pada ustadz fahri, dan dia tidak ingin cahaya marah kepadanya. Karena cahya sudah menjadi teman nya sejak dia berumur 3 tahun. Dan sekarang dia sudah berumur 8 tahun.

Kini Amelia sudah mulai memasuki musholla dan berjalan ke arah cahaya berada. Dia bisa mendengarkan suara bagus yang keluar dari mulut kakak ipar nya. Berdiri tepat di samping cahaya . Lalu membisikkan sesuai apa yang ustadz fahri perintah kan padanya.

Mendengar itu. Membuat cahaya diam dari bersuara. Membisikkan sesuatu di telinga najwa yang duduk di sebelah nya.
"Umi panggilin, aku masuk dulu ya!. " bisik cahaya membuat najwa mengangguk dan mengambil mik yang di berikan cahaya kepada nya.

Cahaya bangun dari duduk nya. Meninggalkan beribu santri. Berjalan mengikuti kemana Amelia membawanya. Cahaya tidak berfikir negatif dia selalu berbaik sangka untuk segalanya.

Cahaya Al-Ghifari [Nikah Tapi Mondok] [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang