16.

260 52 9
                                    

"Sederhana nya dan untuk saat ini, biarlah doa berperan sebagai penyatu cinta, biarlah keheningan berperan sebagai penyampai rasa, sebab cinta itu menjaga, bukan mengundang murka. "

- Fahrizal AL-Ghifari -

Usai mengikuti pengajian pagi, Cahaya bergegas masuk ke dalam rumah setelah menyimpan kitab nya di rak. Tanpa memberi tau pada najwa yang sedang pergi untuk mengambil makanan.

   Rasa takut, khawatir, dan berprasangka buruk , kini menjadi satu di dalam jiwa gadis itu. Kaki nya tidak berhenti melangkah, hingga ia sampai di dalam rumah, rasa nya waktu begitu lambat berjalan, setelah dirinya menjalani hubungan dengan ustadz fahri.

     Melihat tidak ada orang di ruang tamu, cahaya melanjutkan perjalanan nya ke arah dapur, karena cahaya menduga umi ada di sana sekarang, sedang memasak untuk sarapan pagi. Tapi yang cahaya temui malah ustadz fahri dan gus Ikbal. Membuat nya memutar badan nya dengan segera tapi terhalang dengan panggilan dan tarikan ustadz fahri yang menarik tangan nya.

"Ustadz! Lepasin cahaya!. " titah cahaya berbisik sembari mengintip ngintip ke arah gus Ikbal berada, melihat apakah dia melihat ke arah meraka.

"Ayo makan!. " ajak ustadz fahri datar. Membuat cahaya menggelengkan kepalanya. Mengata tidak.

"Cahaya ingin bertemu dengan umi!. " jawab cahaya sembari menatap ke arah ustadz fahri yang memandang ke arah nya.

"Ayo sayang kita makan!. " sahut umi yang datang secara tiba tiba, membuat cahaya pasrah dan berjalan dengan pegagan ustadz fahri. Ikbal yang melihat nya dari tadi udah senyam senyum sendiri.tidak tahan melihat hubungan kakak nya.

"Ekhem khem khem...! " Ikbal mendehem beberapa kali, ketika matanya menatap ke arah tangan ustadz fahri yang masih memegang tangan cahaya. Membuat ustadz fahri mengangkat dagu nya angkuh.

"Kamu kenapa?. " tanya ustadz fahri dingin. Sambil duduk di bangku nya dengan cahaya di bangku di sebelah kirinya. Membuat Ikbal menggelengkan kepalanya dengan tersenyum sumringah.

"Nanti kalo orang liat gimana?. " bisik cahaya di samping ustadz fahri membuat Ikbal kembali memperhatikan mereka.
"Ngga apa apa. "
"Kan Ikbal?. " ustadz fahri kembali bertanya  pada Ikbal. Membuat dirinya terkekeh pelan.
"Iya!. " jawab Ikbal singkat. Mengangguk kan kepala nya.

"Makan sayang!. " titah umi dengan lembut. melanjutkan ucapan nya dengan tangan yang masih mengisi nasi di dalam piring.

"Uma dan abah kamu tidak mengetahui hal ini ya!. " pertanyaan itu membuat cahaya menunduk. Menggeleng pelan kepala nya.
"Tidak umi!. " lirih nya dengan suara mengecil.

"Umi tidak memarahi mu, sayang! , jadi jangan menunduk seperti orang yang ketakutan!. " sahut umi. Sambil meletakkan piring nasi di depan cahaya. Membuat dirinya mengangkat pandangan ke depan. Mengangguk pelan  kepalanya.

"Umi tidak masalah, tapi jika abah dan uma mu tau gimana? Pasti dia sangat marah nantinya. " ucap umi memberi tau. Membuat ustadz fahri merangkul bahu cahaya yang sedang tidak bersemangat. Membuat Ikbal lagi lagi tersenyum dalam sembunyi.

"Huf!. " cahaya menghembuskan nafas nya pelan, dia tidak tau harus menjawab apa. Tapi pikiran nya sekarang berubah dari keputusan yang dulu berpisah dengan ustadz fahri. Ingin menjalani hubungan bersama nya, setelah banyak mendapatkan pertanyaan pernikahan dari banyak ustadz. Baik yang mengajar di kelas nya ataupun tidak. Membuat nya berubah pikiran.

Cahaya Al-Ghifari [Nikah Tapi Mondok] [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang