13.

215 51 8
                                    

"Aku tidak semulia Khadijah, tidak setaqwa aisyah, tidak setabah Fatimah, bukan pula sekaya balqis, apalagi secantik Zulaikha, aku hanyalah wanita akhir zaman, yang punya cita cita menjadi istri shalihah. "

- Cahaya Asyafarhana -

Usai sholat subuh berjamaah, cahaya keluar dari mesjid dengan mukenah putih nya. Berjalan ke arah bilik dengan menundukkan pandangan nya. Mengingat hari itu adalah hari Jum'at, dimana di pesantren diadakan acara gotong royong bersama. Jadi jelas jelas santri putra susah berkeliaran. Dia ingin menjaga pandangan nya dengan begitu baik.

Wajah sedih yang tambak membalut wajah cantik gadis itu. Merasa tidak bahagia atas semua ini. Dia memang sudah bisa mencintai ustadz fahri kembali, tapi dia tidak ingin kejadian nya seperti sekarang, dia tidak sanggup menanggung benih ustadz fahri.

Banyak santri yang menyapa nya, tapi dia tidak menyadari itu, bahkan ketika ustadz fahri menatap ke arah nya pun, dia tidak mengetahui nya.sedih, gundah, kecewa semuanya membara dalam dirinya. Membuat dirinya tuli untuk mendengarkan panggilan orang orang,

"Apakah dia trauma dengan kejadian tadi malam? . " ustadz fahri membatin. Dengan tubuhnya yang sedang berdiri di teras rumah. Menatap ke arah cahaya yang tampak nya tidak bersemangat.

"Dia sakit? Atau apa?. "
"Apakah aku sangat kasar semalam, sehingga membuat dirinya seperti ini?. " ustadz fahri bertanya pada dirinya. Dengan raut wajah nya yang mengikuti mimik rasa khawatir. Hingga panggilan Ikbal saja ia tidak tahu.

"KAKAK!!!. " setelah sekian lama Ikbal memanggil tapi tidak membuahkan hasil, dia terpaksa mendorong tubuh kakak nya walau terlihat tidak sopan. Membuat ustadz fahri tersadar dari lamunan nya.

"Kenapa?. " tanya Ikbal singkat.

"Em.. Ngga ada! " ustadz fahri menggelengkan kepalanya. Menatap ke arah cahaya berada. Membuat Ikbal mengikuti arah mata kakak nya memandang.

"Cahaya kenapa?. " pertanyaan itu membuat ustadz fahri menatap ke arah adiknya tajam. "Jangan berbicara begitu keras! Tidak lihat kah kamu berapa banyak santri di sekitar kita!. " ucap ustadz fahri dengan nada berbisik menekan ucapan nya. Membuat Ikbal terkekeh pelan.

"Kakak ipar ku kenapa?. " bisik Ikbal di telinga ustadz fahri. Membuat ustadz fahri kembali menggelengkan kepala nya. Tanda ia tidak tau. Membuat Ikbal menarik tangan ustadz fahri untuk berjalan ke dalam.

"Kau menyakitinya?. "Tanya Ikbal. Menatap serius ke arah kakak nya, dengan tangan yang memegang ke dua lengan ustadz fahri.membaut ustadz fahri menelan ludah nya kasar.

" aku tidak tau! Apakah aku menyakitinya atau tidak!. "Jawab ustadz fahri. Memindahkan tangan Ikbal dari lengan nya.

" apa!. "
"Kau tidak mengetahui nya!. "
"Kenapa kau tidak pernah dewasa?. "
"Setidak nya! Kakak nanya sama cahaya, dia kenapa?. " ucap Ikbal dengan panjang lebar. Menghentikan langkah kaki ustadz fahri yang berjalan membelakangi nya. Menatap kembali ke arah Ikbal berada.

"Bagaimana aku bisa menanyakan nya? Sedangkan dia menyuruhku untuk merahasiakan pernikahan ini, dia tidak mau seluruh santri mengetahuinya!. " lirih ustadz fahri. Mengernyitkan dahi nya tanda ia tidak bisa melakukan apa apa.

"Kau saja yang masih bocil!. "Sahut Ikbal dan setelah itu ia pergi berjalan ke arah dapur. Ia ingin menemui umi untuk berbicara. Membuat ustadz fahri terdiam di sana.

"Aku bodoh! Aku tidak bisa menghadapi wanita! Ikbal benar! Sifatku masih sangat kekanak kanakan, membuat semua yang sedang baik berantakan dengan begitu saja!. " ustadz fahri membatin. Melangkahkan kaki nya lalu berjalan ke arah Ikbal pergi.

Cahaya Al-Ghifari [Nikah Tapi Mondok] [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang