Di tengah suasana suka cita yang di rasakan oleh Karin, Wina, Gigi, Ningning dan Jeffrey. Tiba-tiba pintu ruangan Karin terbuka, menampakan perawakan gagah Bram dan elegan Fanny.
Kedatangan Bram dan Fanny tentu disambut dengan lega oleh Gigi dan Ningning karena sejujurnya Mereka perlu orang yang lebih dewasa untuk menenangkan diri.
"Akhirnya Om Bram dan Tante Fanny sampai juga" Ucap Ningning dan Gigi.
"Maafin Om sama Tante ya agak lama datengnya, sama terimakasih udah nolongin Karin" Balas Bram sambil menepuk kepala keduanya.
Tak lama setelahnya, Bram akhirnya menyadari ada seseorang yang asing dimatanya sedang berada di dalam ruangan Karin. Dengan rasa penasaran yang membungbung tinggi, Bram akhirnya bertanya.
"Kamu siapa? Dan kenapa bisa ada di dalam ruangan ini?" Tanya Bram dengan tatapan penuh intimidasi pada orang tersebut.
"Sa-saa-yaa Jeffrey Om, iya Jeff-rey. Temen sekolah Karin" Balas Jeffrey dengan takut setengah mati karena mendapat tatapan intimidasi dari Bram.
"Kenapa bisa dis-" Perkataan Bram terputus karena Karin segera menyela ucapan Bram.
"Jeffrey yang nolongin Aku, Pa. Dia yang dobrak pintu gudang dan ngehajar Jeandra sampe masuk rumah sakit. Dan Dia juga yang bantu nganterin Karin ke rumah sakit. Jadi jangan tatap Jeffrey pake tatapan kek gitu ya, Pa" Jelas Karin kepada Bram agar berhenti menatap Jeffrey dengan tatapan intimidasinya.
"Ohh maafin Om ya, Om cuma penasaran soalnya Karin gapernah bawa temen cowoknya pulang atau ngenalin ke Om. Sama Om mau ngucapin terimakasih ya, udah bantuin Karin tadi" Ucap Bram dengan tenang.
"Eh iya Om, gapapa kok. Saya juga salah ga memperkenalkan diri tadi hehehe" Balas Jeffrey dengan sungkan sambil menggaruk lehernya yang tak gatal.
"Kamu Jeffrey yang pernah sekolah di SMP Tunas Bangsa kan ya?" Tanya Fanny tiba-tiba sambil melirik Wina yang sedari tadi hanya menatap Karin dengan sendu.
"Ii-ya Tante" Balas Jeffrey dengan gugup karna mengenali Fanny, dimana wanita cantik itu merupakan ibu Wina.
Setelah mendengar balasan Jeffrey, Fanny segera menatap Ningning seperti ingin mengonfirmasi apakah pertanyaan yang ada di pikirannya benar. Mendapat tatapan itu, Ningning hanya bisa mengangguk seperti mengiyakan pertanyaan Fanny yang terlontar lewat tatapannya.
"Huhhh, dunia ini ternyata sempit sekalin ya" Gumam Fanny sambil memijit kepalanya.
Bram yang mendengar gumaman Fanny segera bertanya.
"Kamu kenapa Sayang? Apa ada yang sakit?" Tanya Bram khawatir pada istrinya.
"Ehh, Aku engga kenapa Mas. Aku mau keluar dulu ya, mau membelikan makanan untuk anak-anak. Pasti Kalian lapar kan?" Tanya Fanny pada Mereka semua.
"Enggak kok Tan" Balas Ningning
Tetapi setelahnya perut Ningning bersuara, tidak sependapat dengan ucapan Ningning sebelumnya."Kerururuyuk".
"Nah itu bunyi apa itu ya?" Tanya Fanny dengan gemas dan menahan tawanya.
"Hehehehe itu suara perutKu" Balas Ningning dengan cengengesan menahan malu.
"Anjir Ning, kalo laper bilang aja kali wkwkwk" Ejek Wina yang daritadi diam hanya memperhatikan sekitarnya.
"Bener tuh, mau bohong tapi perutnya gabisa diajak kerja sama hahaha" Tambah Karin mendukung ejekan yang di lontarkan oleh Wina.
"Ihhh jangan gitulah, Gue tambah malu jadinya" Balas Ningning dengan kesal dengan pipi yang sudah semerah tomat.
"Alah tau malu juga Lo? Biasanya juga malu-maluin" Ucap savage Gigi semakin mengundang gelak tawa dari orang-orang yang ada di dalam ruangan Karin.
"Isss kok Lo ikut-ikutan sih!?" Kesal Ningning langsung menggeplak lengan Gigi.
"Aduhh tangan Gue, sakit njirr" Ringis Gigi sambil mengusap lengannya yang kena geplakan pedas Ningning.
"Udah-udah selesai dulu ngeledekin Ning, mending Kita makan dulu yaa. Wina sayang, Kamu mau ikut atau Mama bungkusin aja?" Ucap Fanny menenangkan suasana akibat tingkah Gigi dan Ningning.
"Aku disini aja jagain Karin ya, Ma. Nanti minta tolong di bungkusin ya, Ma. Isi yang banyak soalnya Aku mau makan berdua sama Karin" Pinta Wina pada Mamanya.
"Yaudah, kalau gitu Mama sama temen-temen Kamu mau nyari makan dulu ya. Mas, Kamu diem disini aja ya, jagain Karin sama Wina. Entar Aku bungkusin juga makanannya" Ucap Fanny kemudian merangkul Gigi dan Ningning.
"Jeffrey ayo ikut Kita aja, Tante beliin makanan. Tante tau Kamu udah laper juga kan daritadi" Ajak Fanny lagi.
"Iyaa Tante, kalau begitu Saya pamit ke kantin dulu ya Om, Karin, Win" Pamit Jeffrey pada ketiganya.
"Okayyy, tapi setelah selesai makan balik kesini lagi ya. Ada yang mau Om tanyain ke Kamu" Balas Bram pada Jeffrey.
"Okay siap Om" Jawab Jeffrey dengan sopan.
Kini di ruangan hanya tersisa Mereka bertiga, karena yang pergi ke kantin bersama Fanny.
"Karin" Panggil Bram dengan hati-hati dan penuh kelembutan.
"Iya Pa" Balas Karin dengan tersenyum palsu.
Dengan perlahan Bram mendekati Karin dan juga Wina, Pria itu sangat terluka melihat Karin yang terlihat berbeda. Tatapannya sedikit kosong tapi Dia mencoba untuk menutupinya dengan senyuman yang terlihat di paksakan.
"Maafin Papa, Papa udah gagal untuk menjaga Kamu" Ucap Bram sambil memeluk putri kecilnya yang rapuh.
"Papa ga perlu minta maaf hiks, ini bukan salah Papa hiks. Aku yang salah karna ga nurutin kata-kata Papa" Balas Karin dengan tersedu, tangisnya pecah karna merasa bersalah membuat Papanya sedih.
"Jangan menyalahkan diri Kamu Sayang, Papa cuma kecewa sama diri Papa sendiri terlalu lama ninggalin Kalian dan berakhir Kamu kena musibah ini. Coba aja Papa kembali lebih cepat, pasti hal ini gaakan terjadi" Sesal Bram sambil mengusap kedua pipi Karin yang di penuhi oleh air mata.
"Engga, Papa gasalah. Tolong jangan menyalahkan diri ya Pa hiks" Pinta Karin kembali menangis karena ucapan Papanya.
Sementara Wina, perempuan itu hanya bisa menangis dalam diam karena tidak mau mengintrupsi interaksi bapak dan anak itu. Akan tetapi Bram segera menyadari keberadaan Wina. Dengan segera, Ia memanggil Wina untuk mendekat dan bergabung dengan Dirinya dan Karin.
"Wina ayo kesini, gabung sama Papa dan Karin" Ajak Bram dengan senyum menyejukan miliknya.
Mendapat ajakan itu, sontak membuat Wina langsung berhamburan memeluk Mereka berdua meskipun matanya terus meneteskan air mata. Setelahnya, Mereka bertiga akhirnya berpelukan dan menangis bersama.
"Papa akan pastikan, hari ini tidak akan pernah terulang lagi. Papa pasti usahakan hanya senyuman yang akan menghiasi hari-hari Kita kedepaannya" Ucap Bram semakin mengeratkan pelukannya pada kedua putri kesayangannya yang sedang menangis.
Sementara di Kantin Rumah Sakit, suasana sedikit canggung terasa jelas akibat Jeffrey yang tiba-tiba di tanyai oleh Fanny tentang bagaimana Dia bisa menolong Karin tadi. Hal ini karena, Fanny merasa sedikit curiga kepada anak itu.
"Jeffrey, Tante mau tanya kenapa Kamu bisa menolong Karin di gudang tadi? Ah maksud Tante kenapa harus Kamu yang menolong Karin, kenapa bukan orang lain?" Tanya Fanny dengan nada sedikit kesal.
Fanny bukannya tidak suka Karin di selamatkan, justru Fanny sangat bersyukur Karin berhasil di selamatkan dari anak brengsek itu. Akan tetapi kenapa harus Jeffrey yang menolong? Kenapa harus orang yang pernah membuat Wina menderita yang datang sebagai pahlawan? Sungguh fakta itu benar-benar membuat Fanny merasa serba salah, karena Ia merasa bersyukur dan disaat bersamaan Ia merasa gundah karena takut Wina mengalami keadaan seperti dahulu.
"Sebenernya.... "
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita • winrina
Hayran Kurgu"Ga mungkin gue suka sama dia" "Gimana ni? Bisa-bisa habis kita" "Kenapa kalian seperti ini?!" "Kita harus pisah mas, aku gamau keadaan ini semakin berlarut-larut" Penasaran? Yuk langsung baca