23. Memaksa Sekolah

225 21 3
                                    

"Ma besok adek sekolah ya," celetuk Diyah tiba-tiba membuat semua pasang mata menatapnya

"Kenapa gitu banget sih natapnya?" Tanya Diyah ketika melihat tatapan keluarganya  yang berubah menjadi tajam kecuali Mama tatapannya biasa aja karena sudah hafal dengan kelakuan putrinya

Papa, Gio, Dafin, Erlan, Gilang mendengus dan juga tatapannya tajam banget membuat Diyah jadi takut.

''Gak boleh, besok ijin libur dulu sekolahmya,'' ucap Gio datar yang masih setia natap Diyah tajam

"Nggak mau pokoknya besok tetap sekolah," ucap Diyah tak mau kalah

"Gak boleh," bantah Gio

"Boleh,"

"Gak boleh,"

"Boleh,"

"Gak boleh,"

"CUKUPPPPPP," teriak Mama yang sudah jengah dengan aksi adu mulut yang dilakukan oleh Diyah dan Gio

Gimana gak jengah dua-duanya sama keras kepala gak ada yang mau mengalah, Gio sebagai abang sangatlah kawathir dengan adeknya, tapi Diyah yang sebagai adek gak tau kalah abangnya itu sedang kawathir.

"Mamaaaa besok adek sekolah ya," rengek Diyah meminta pertolongan ke Mama karena jalan satu-satunya agar dibolehin sekolah hanya ijin ke Mama   

''Iya besok adek sekolah,'' ucap Mama membuat Diyah kegirangan senang banget, sedangkan Papa dan Abang-abang Diyah menatap Mama marah

Ini baru tadi pagi loh Diyah kambuh lagi tapi Mama dengan gampangnya memperbolehkan adek sekolah , memangnya Mama gak takut apa nanti kalau pas disekolah tiba-tiba Diyah kambuh lagi gimana coba.

''Ma pokoknya adek gak boleh sekolah,'' protes Gio tidak setuju Diyah sekolah besok

Bahkan bukan Gio aja yang ingin protes Papa, Dafin, Erlan, dan Gilang juga ingin protes tapi tidak jadi karena melihat tatapan mamanya yang berubah menjadi datar. Mau gak mau Papa dan abang-abang setuju dari pada nanti Diyah ngambek dan Mamanya marah kan mereka sendiri yang bingung.

"Ya sudah adek besok boleh sekolah, tapi ingat jangan aneh-aneh lagi disekolah, lihat aja besok kalau adek berani makan jajan sembarang kayak kemarin abang gak segan-segan buat hukum adek lebih berat lagi,'' ucap Gio dingin yang diangguki langsung oleh Diyah

Perasaan keluarganya ini suka banget deh kalau tentang hukuman, apalagi yang kena hukuman Diyah semangat banget malahan, mana hukumannya berbau medis lagi yang membuat Diyah ngeri sendiri.

''Mama rumah Rio itu dimana?'' Tanya Diyah sambil menatap Mamanya

''Rio temanmu itu kan yang kemarin kena hukuman juga?'' Tanya balik tapi bukan mama melainkan papa dan Diyah mengangguk

''Rumahnya ada didepan rumah kita,'' jawab Papa yang Diyah terkejut

Diyah kira rumahnya jauh atau nggak beda komplek ternyata dugaannya salah, ternyata rumah Rio ada didepan rumahnya.

Suasana tiba-tiba menjadi hening karena sibuk sendiri-sendiri, Diyah membuka aplikasi tiktok bahkan sesekali Diyah bergumam mengikuti lagu yang muncul di beranda tiktoknya, asik dengan tiktok tiba-tiba muncul notifikasi dari teman tongkrongannya bahwa nanti malam ada yang nantangin dirinya balapan. Diyah yang memang sangat ingin sekali balapan langsung membalas iya dan akan turun langsung balapan nanti malam tanpa tahu hukuman yang akan Diyah dapat nanti malam.

Karena saking semangatnya Diyah tidak memikirkan resiko nantinya jika sampai ketahuan keluarganya, ntah keluarganya yang kecewa atau malahan semakin overprotektive ke Diyah.

Diyah pindah duduk disamping Mama dan merebahkan badannya disofa paha Mama sebagai bantal sedangkan kaki Diyah berada dipaha Papa. Diyah memejamkan matanya disaat Mama mengelus rambutnya, setiap elusan yang Mama berikan Diyah sangat menikmati dan berakhir tertidur.

Singkatnya Diyah sudah tertidur cukup lama dan bangun-bangun sudah ada dikamarnya sendiri, ntah siapa yang membawanya kekamar gak mungkin kan kalau Mama, bisa jadi ya Papa atau nggak salah satu dari Abangnya. Diyah membuka HPnya melihat jam ternyata sudah jam 19.00 yang berarti sebentar lagi waktunya makan malam, lama banget ternyata Diyah tidurnya buktinnya dari siang sampai malam baru bangun.

baru saja Diyah menaruh HPnya tiba-tiba ada telfon masuk dari teman balapannya yang mengatakan bahwa balapannya tidak jadi karena lawannya baru saja mengalami kecelakaan dan keadaannya kritis. Diyah yang awalnnya  semangat mendadak jadi lesu padahal tadi ia semangat banget buat balapan karena setelah kejadian dimana Diyah ketahuan balapan keluarganya melarang keras untuk mengikuti balapan lagi. Sebelumnya Diyah tanya apakah gak ada lawan lain lagi buat balapannya dan kata temannya gak ada.

Sudahlah mungkin memang bukan saatnya ia balapan bisa jadi lain kali baru bisa balapan lagi. Diyah beranjak turun dari kasur dan langsung menuju kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi, Diyah gak mandi karena cuaca hari ini lumayan agak dingin jika ia memaksa buat mandi yang ada nanti malah sakit, Diyah gak mau berurusan dengan alat tempur abangnya.

Selesai cuci muka dan gosok gigi Diyah langsung turun ke lantai satu melewati tangga satu persatu sampai melupakan peringatan dari papanya bahwa ia tidak boleh turun menggunakan tangga harus menggunakan lift, tapi sekarang Diyah lupa dan juga Diyah pingin olahraga ringan turun tangga. Satu tangga lagi yang akan Diyah lewati dikejutkan dengan suara dingin milik papanya.

"Lihat saja jika adek berani lewat tangga lagi detik itu juga Papa hancurkan tanggannya didepan adek," ucap papa dingin dan jangan lupakan tatapan tajam papanya yang seperti singa siap untuk menerkam mangsanya

"Lewat tangga aja gak boleh gimana kalau mendaki naik gunung udah pasti malah gak boleh, yang ada nanti malah dikurung dikamar dan ditungguin terus biar gak bisa kabur," gumam Diyah pelan tapi pendengaran Papa dan abang-abangnya sangat tajam jadi bisa menendengar suara lirih Diyah

"Coba aja kalau berani mendaki, tapi nanti jangan salahkan Abang kalau kakimu tiba-tiba lumpuh," ucap Dafin dingin

"Sungguh kejam sekali, semua orang disini kejam kecuali Mama, eh tapi gak deh Mama sekarang dikit-dikit juga mulai kejam masa adek gak mau makan sayur dipaksa padahal dulu nggak tuh, hanya Ayah dan Bunda yang gak kejam," ucap Diyah kesal sambil melirik sinis Papa, Mama dan Abang-abangnya

Papa, Mama, dan Abang-abangnya hanya diam aja gak merespon lagi ucapan Diyah, mereka hanya melirik aja.

Diyah yang merasa dicuekin juga tak ambil pusing yang penting sekarang harus makan biar perutnya kenyang, mumpung sekarang menunya lagi enak nih gak sayur sup. Dengan penuh semangat Diyah makan sangat lahap.

Selesai makan semuanya berkumpul diruang keluarga hanya untuk mengobrol ringan sampai jam menunjukkan waktu tidur.

"Adek udah jam 09.00 waktunya tidur," ucap Papa yang dihiraukan Diyah karena sibuk menatap benda pipih persegi panjang ditangannya yaitu, HP

"Adek," panggil Papa yang masih dihiraukan Diyah

"Oke besok gak jadi sekolah," ucap Papa yang langsung membuat Diyah terkejut dengan reflek menaruh HPnya secara asal dan menatap Papanya tidak percaya

"Pa gak bisa gitu dong masa bisanya cuma ancaman terus, lagian kan sekarang masih jam 09.00 masa harus tidur kayak anak cewek aja tidurnya jam segini," kesal Diyah sambil Papanya sengit

Mama, dan Abang-abangnya yang sedari tadi sibuk mengobrol tidak menghiraukan aksi drama Papa, dan Diyah pun seketika langsung tertarik dengan drama tersebut pas waktu Diyah bilang kayak anak cewek aja.

Mereka bingung anak cewek yang dimaksud Diyah gimana? Gak salah apa yang barusan Diyah ucapin, bukanya Diyah cewek juga kenapa bisa bilang gitu.

"Bukanya adek cewek ya?" Tanya Gilang yang sedari tadi bingung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fatimatussa'diyah (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang