BAB 31

1K 76 1
                                    

"CK ternyata elo bang, ngapain lo bawa gue kesini?" Tanya Antares

"Hehe bukan gue si tapi nih bedua yang bawa adek kesini tadi malam" ucap orang itu sambil menunjuk kearah dua orang disampingnya

"Lo kenal dia va?" Tanya orang yang berada disamping tangan kirinya

"Iya" balas orang itu singkat

"Bang Nova ngapain mereka bawa Ares kesini?" Tanya Antares lagi dan yah orang itu Nova ingat gak ingat gak? Ya ingatlah 

"Hmm kata mereka si nyulik kamu trus dijadiin babu" ucap Nova santai

"Jadi babu? Gak deh makasi udah nyulik tapi saya beban jadi lebih baik gak usah nyulik yah, mending bawa gue pulang lagi aja" ucap Antares

"Disini aja dulu lagian sekolah libur kok, nah kalian kenalan dulu" ucap Nova sambil melirik dua orang dibelakangnya

"Salken gue Elvero Venila Dazier" ucap orang yang memiliki mata coklat terang dengan rambut hitam pekat

"Alvaro Venila Dazier" ucap orang yang memiliki wajah beserta rambut yang dengan Elvero namun memiliki mata yang berbeda yaitu dengan warna mata biru laut

"Salken Antares Elazer panggil Ares" ucap Antares sambil terus memperhatikan mereka berdua

"Nama yang bagus" komentar Alvaro

"Hmm makasi" balas Antares singkat lalu kembali tidur

"Jangan tidur lagi ayo kita sarapan dulu" ajak Nova sambil membuka selimut Antares

"Mager kaki Ares lemes kaya gak ada tulangnya" ucap Antares

"Mau digendong?" Tawar Elvero sambil tersenyum lebar

"Sama bang Nova aja soalnya kalau Deket Deket Elvero serasa ada hawa jahat plus jahil gitu" ucap Antares sambil merentangkan kedua tangannya

"Ya udah biar Abang aja" ucap Nova mulai menggendong Antares lalu tersenyum mengejek pada dua orang yang melihat kearahnya

"CK gue yang bawa dia kesini jadi gue yang harus gendong dia" sinis Alvaro

"Tapi gue yang paling deket jadi gue yang gendong" balas Nova tak kalah sinis lalu membawa Antares keluar dari kamar dengan menggendong ala koala

"Enak banget digendong yah jadi gak ribet jalan jadi gini ya kalo kita punya abang awajr si gue gatau kan dulu gue anak tunggal tapi akhirnya jadi sebatangkara miris dek" batin Antares saat mengingat kehidupannya dulu "bang keluarga Abang ada disini ya?" Tanya Antares sambil berbisik agar tidak terdengar oleh Alvaro dan Elvero tapi itu semua sia sia karna Al dan El punya telinga yang tajam udah kaya silet aja

"Iya, kenapa?" Tanya Nova

"Hmm mereka tau kalo Ares ada disini bang?" Antares mencoba memastikan dulu

"Tau lah tadi malam kan dibawa sama si kembar jadi otomatis diintrogasi dikit" jawab Nova

"Gak masalah ya kalau orang asing ada di kediaman ini secara kan kalian keluarga terkenal" lirh Antares saat diakhir kalimatnya

"Owh gapapa lagian kan kita juga udah kenal jadi bukan orang asing lagi" ucap Nova sambil tersenyum tipis

"Kalo gitu turunin mau jalan sendiri aja" ucap Antares karna mereka akan menaiki lift untuk turun ke ruang makan

"Nanggung tapi gapapa lah dah yok masuk" Nova menurunkan Antares saat sudah berada didalam lift

"Jadi kenapa kalian bawa gue kesini?" Tanya Antares sambil melihat kearah Alvaro dan Elvero yang berada dibelakang Nova

"Karna kasihan" jawab Alvaro santai

"Heh! Siapa yang suruh kalian kasihan ke gue tinggalin aja apa susahnya" balas Antares acuh

"Gak takut mati apa?" Tanya Elvero sambil mengangkat sebelah alisnya

"Gak lah ngapain juga takut kalau udah pernah mati sekali kenapa yang kedua kalinya takut" anrares berucap santai dan disambung didalam hatinya

"Kan mati gak hidup lagi seharusnya takut dong" ucap Elvero

"Cuman mati kan pada akhirnya kita semua bakal mati juga ngapain takut nambah kerjaan aja lagi pula 'dunia hanya sementara sedangkan akhirat selamanya'" ucap Antares santai 

"Cukup bijak dari mana datang kata kata itu" tanya Alvaro sambil sedikit memuji Antares

"Owh itu mah nasehat dari Zean" balas Antares santai namun dia langsung menutup mulutnya saat tau apa yang mulutnya katakan

"Zean siapa?" Tanya Nova yang sedari tadi menyimak

"Hanya seseorang yang berharga namun sulit dimengerti, sudahlah jangan dibahas lagi" ucap Antares sambil melihat lurus kedepan dengan tatapan mata yang kosong

"Hmm ok liftnya udah berhenti jadi ayo keluar" ucap Nova sambil menggandeng tangan Antares

"CK jujurly gue gak suka dipegang Pengan apalagi tanpa izin huh! Tapi gapapalah selagi orkay pasti tangannya hijenis dan tidak ada kumannya padahal idup gue aja kaya gembel mana malam tadi tidur dijalan lagi kaya orang gak punya rumah parah si" Batin Antares sambil melihat kearah tangannya dengan tatapan mata yang tajam

"Nah kita sudah sampai" bisik Nova pada Antares karna mereka sudah berada didepan meja makan Antares langsung tersadar dari lamunannya saat banyak pasang mata yang melihatnya seolah ingin memakannya saja

Antares yang melihat itu berjalan mundur dan berlindung dibelakang Nova sambil melihat dengan sebelah matanya "ngeri Cok gue udah kek mau dimakn idup idup hiks gue gak mau dijadiin manusia goreng" batin Antares sedikit ngeri saat melihat semua tatapan mata yang tertuju padanya sampai suara seorang wanita paruh baya mengalihkan atensi mereka

"Jangan melihatnya begitu wajah kalian seram anak kecil takut dengan wajah seram kalian" ucap wanita itu sambil tersenyum melihat ke Antares

"Dia kan ibu ibu yang pas nanya jalan waktu itu tapi tunggu anak kecil siapa? Gue?!! Weh sembarangan umur gue udah lima belas yah limabelas dulu gue jadi mafia terkenal yah asal kalian tau CK menyebalkan" batin Antares meronta tinta saat dikatai anak kecil

"Sudah ayo mulai sarapannya" ucap pria paruh baya yang masih kelihatan tampan namun sayang wajahnya datar

"Baiklah" jawab semua orang kompak

Antares memilih duduk didekat Nova dan mengambil makanan yang dia sukai saja dan itu juga dibantu oleh Nova karna tangan Antares tidak sampai

"Makasi" balas Antares dengan suara yang sangat kecil bahkan seolah tidak terdengar tapi untung saja semua Yang ada disitu memiliki telinga yang cukup tajam

"Tidak usah berterimakasih, oh ini tambah lagi makan yang banyak dan jangan sungkan" ucap wanita tadi yang tidak lain adalah Tara Masi ingat gak? 

"Hmm baiklah" jawab Antares

Serapan pagi mereka berjalan dengan hening dan hanya terdengar suara dentingan sendok saja karna sudah aturannya makan dilarang bersuara dan Antares yang dulunya seorang mafia jadi sudah biasa baginya

Setelah selesai makan mereka pergi keruang keluarga untuk menanyakan Antares kenapa bisa tidur dijalanan aneh aja gitu udah kek orang gak bernyawa aja

"Jadi kenapa tadi malam kamu tidur dijalan" tanya Alvaro membuka pembicaraan

"Capek abis pulang kerja" jawab Antares seadanya "harus jawab singkat padat dan jelas karna keluarga ini cukup berbahaya bisa mengancam keselamatan hidupnku" batin Antares

"Apa kau tidak memiliki keluarga sehingga harus bekerja" tanya seorang pemuda tampan yang duduk di paling pojok

"Gak gue yatim piatu sebatang kara lagi" jawab Antares acuh karna dia tidak terlalu suka dengan topik yang menyinggung soal keluarga

"Owh begitu rupanya" ucap pemuda itu sambil tersenyum misterius

"Ya begitulah" balas Antares

"Sebaiknya kita berkenalan dulu bukan" ucap seorang pria paruh baya dengan suara datarnya

TRANSMIGRASI ANTARES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang