Hai, Warganat!
Vote dan komen yang banyak, ya 💗
...Salma berdiri tepat di depan pintu kamar Rony, menatapnya lamat. Pikirannya jauh menerawang, benarkah dirinya sekarang sudah menjadi istri dari Rony Altar, mantan kekasih sekaligus cinta pertamanya dulu? Benar-benar seperti mimpi.
Entah harus merasa senang atau sedih sekarang, ia pun tak tahu. Dunia dan perputaran waktunya memang selalu tak bisa ditebak, terlalu ajaib. Setelah 6 tahun lamanya berpisah, mana pernah sekalipun Salma berpikiran bahwa ia akan menikah dengan Rony pada akhirnya, walau harapan itu memang sempat ada, dulu. Namun, benar hanya sebatas ia hanya ingin bertemu Rony lagi, tidak sampai berpikir untuk menikah.
Salma terkesiap, sadar dari lamunannya. Ia mengulurkan tangannya ragu untuk mengetuk pintu kamar Rony, ingin mengambil pakaian kotor sesuai perintah sang suami tadi. Sang suami? Sekali lagi, Salma masih seperti mimpi.
Tok..tok..tok!
Satu kali.Tok..tok..tok!
Dua kali.Tok..tok..tok!
Tiga kali.Diketuknya pintu itu berulang kali, sudah hampir lima menit lamanya namun masih tak terdengar jawaban dari dalam.
Salma mengernyit, perlahan mendekatkan telinganya ke daun pintu. Samar, ia mendengar suara Rony seperti sedang bebicara dengan seseorang. Jantungnya tiba-tiba berdegub, apakah Rony membawa orang lain ke dalam kamarnya?
Kembali ia ketuk-ketuk pintu kamar Rony, kali ini dilakukannya sembari memanggil-manggil lelaki itu.
Tok..tok..tok!
"Permisi, pak, saya mau ambil pakaian kotor" ucap Salma.
"Permisi, saya mau ambil pakaian kotor" ucapnya lagi sambil terus mengetuk-ngetuk pintu kamar, berulang kali sampai akhirnya terdengar sedikit teriakan dari dalam.
"Berisik! Masuk saja ke dalam, kamu ambil sendiri!" pekik Rony kesal.
Salma mendengus pelan, padahal baru saja tadi siang Rony mengatakan bahwa ia tidak boleh menginjakkan kakinya di kamar lelaki itu, tapi sekarang justru Rony sendiri yang menyuruhnya masuk. Plin-plan.
Cklek.
Salma membuka pintu yang ternyata memang tidak dikunci. Pandangannya langsung tertuju pada Rony yang sedang terlungkup di atas tempat tidur dengan posisi membelakanginya. Lelaki itu terlihat santai memainkan ponselnya dan tidak ada siapapun di sana. Salma bernapas lega, ketakutannya ternyata tidak terjadi.
Gegas, Salma menuju keranjang baju kotor yang terletak di samping lemari, ternyata hanya terisi sedikit. Ia bahkan baru ingat bahwa ini adalah hari pertama mereka pindah ke rumah baru. Tentu saja belum banyak baju kotor yang telah Rony gunakan.
"I miss you more, baby. I really miss you. Mau peluk kamu" ucap Rony dengan nada manja.
"Hahaha, kamu sudah nakal ya sekarang? Awas saja nanti kalau ke sini aku habisin kamu" sambungnya sambil terkekeh bahagia.
"I love you too, baby. Can't wait to see you soon, love! Muachhh" Rony memberi kecupan ke layar handphone-nya mesra.
Salma terbelalak, ia langsung mengangkat pandangannya pada Rony.
Apa yang didengarnya tadi? Baby? I love you? I miss you? Astaga! Apa yang dilakukan suaminya itu dengan seseorang di seberang telepon?
"Rony! Kamu ngapain? Apa itu tadi? Kamu habis telpon siapa?" tanya Salma to the point dan bertubi-tubi. Sungguh jantungnya berdegub saat ini.
"Jangan panggil saya dengan nama! Harus berapa kali saya bilang, hm?" ucap Rony dengan nada dingin, ia berbalik menghadap Salma yang seketika menciut dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts Me
General Fiction"Pantang bagiku untuk memungut sesuatu yang sudah lama kubuang! Bahkan pernikahan ini adalah sebuah takdir buruk yang harus kuterima entah atas kesalahan apa yang telah kulakukan. Jangan pernah membahas cinta, karena hal bodoh itu sudah lama mati se...