Hai, warganat! Terima kasih untukmu yang sudah membaca ceritaku. Jangan sungkan untuk vote dan tinggalkan komentarmu ya. Aku sangat merasa dihargai jika kalian royal memberikan feedback untuk cerita ini, love you 💗
----------------------------------------------------------Mulai malam ini, Salma dan bundanya—Halda, akan menginap di rumah keluarga Rony. Keduanya sedang berbincang di sebuah kamar tamu besar yang memang disediakan khusus untuk merawat Halda.
Melihat kondisinya yang akhir-akhir ini semakin membaik, dokter menyetujui untuk Halda diperbolehkan melakukan pengobatan rawat jalan dan tidak harus menginap lagi di rumah sakit, namun tetap dengan banyak syarat yang harus dipatuhi.
Dengan senang hati, Handoko dan Asti mau menampung Halda di rumah besar mereka. Terlebih, saat ini Halda sudah resmi menjadi bagian keluarga Dimana sejak berakhirnya ijab qobul yang dilakukan Rony, putra mereka tadi pagi.
Salma menggeliat nyaman bersandar di atas kasur sembari memeluk tubuh bundanya dari samping. Ia selalu suka bermanja-manja seperti ini, rasanya ia ingin mengadukan semua perasaannya saat ini pada sang bunda, juga perasaan tentang perubahan statusnya yang kini sudah resmi menjadi seorang istri.
"Kamu kenapa, Ca? Capek ya? Atau ada yang mau diceritain sama bunda?" tanya Halda menebak raut wajah Salma yang seperti sedang memikirkan sesuatu.
Salma menggeleng pelan, lalu mengeratkan pelukannya, ia semakin merasa nyaman bersandar di tubuh ringkih wanita yang telah melahirkannya itu.
"Enggak ada, bun. Caca cuma seneng karena kondisi bunda semakin membaik. Bunda janji kan kalau bunda akan terus sehat dan bertahan buat Caca? Caca akan selalu butuh bunda dan doa-doa bunda setiap harinya untuk pernikahan Caca" ucapnya lirih.
Halda tersenyum simpul mendengar penuturan Salma. Anaknya ini wanita yang mandiri, namun tetap tak pernah gengsi untuk menyatakan rasa sayang padanya.
"Apa yang Caca takutin sayang? Apa kamu khawatir dengan pernikahanmu?" tanya Halda.
"Sedikit, bun. Caca cuma khawatir apa Caca bisa jadi istri yang baik buat Rony?Semuanya terlalu tiba-tiba" lirih Salma.
"Ca, dengerin bunda ya. Kamu tau? hari ini bunda seneng banget karena masih dikasih kesempatan sama Allah untuk bisa menyaksikan anak bunda menikah. Nggak ada yang lebih bunda tunggu dari hari ini, Ca.
Itu semua karena bunda yakin, bunda nggak akan salah mengambil keputusan. Rony adalah lekaki yang tepat untukmu, dan bunda percaya kamu juga akan menjadi wanita yang tepat untuk Rony. Kamu pasti bisa jadi istri yang baik asal kamu mau terus berusaha dan belajar memahami dia. Terima kasih ya sayang, kamu sudah mau memenuhi permintaan bunda untuk kamu menikah dengan Rony"
Halda mengusap lembut kepala Salma, menyalurkan semua rasa sayangnya di sana untuk memeberikan rasa tenang di hati sang anak.
Salma tersenyum haru karena merasa ditenangkan. Bundanya selalu tau apa yang ia butuhkan atas kekhawatirannya. Mungkin sudah saatnya ia benar-benar ikhlas dengan keadaan ini. Seharusnya Salma bersyukur,terlebih lagi karena pernikahamnya dengan Rony, kondisi bundanya semakin membaik. Ia tidak merasa menyesal dengan pengorbanan yang telah ia berikan untuk sang bunda.
"Alhamdulillah, bun. Caca seneng kalau bunda seneng, Caca juga bahagia karena bunda bisa hadir langsung dan menyaksikan Caca menikah hari ini. Coba aja ayah masih ada ya bun, pasti ayah juga seneng banget bisa ngeliat Caca nikah. Dulu ayah janji, kalau kelak Caca menikah, ayah akan menjadi wali untuk Caca. Tapi sayangnya...."
"Ssstt, udah nggak papa sayang. Ayah pasti merestui dan menyaksikan kamu menikah dari atas sana. Bunda yakin hari ini ayah juga lagi bahagia karena pernikahanmu berjalan lancar. Apalagi keluarga Rony keluarga sangat yang baik, ayah pasti merestui kalian. Bunda berdo'a semoga kamu dapat diperlukan dengan baik dan selalu diterima di sini ya, sayang" ucap Halda.

KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts Me
Fiksi Umum"Pantang bagiku untuk memungut sesuatu yang sudah lama kubuang! Bahkan pernikahan ini adalah sebuah takdir buruk yang harus kuterima entah atas kesalahan apa yang telah kulakukan. Jangan pernah membahas cinta, karena hal bodoh itu sudah lama mati se...