9 - Demi orang tua

1.1K 138 31
                                    

Hai, warganat! Terima kasih untukmu yang sudah membaca ceritaku. Jangan sungkan untuk vote dan tinggalkan komentarmu ya. Aku sangat merasa dihargai jika kalian royal memberikan feedback untuk cerita ini 💗
----------------------------------------------------------

"Lho, kamu mau ke mana buru-buru seperti itu, Ron?" Asti mengernyit kebingungan saat melihat anak lelakinya sudah mengenakan setelan jas formal dengan menenteng sebuah clutch kecil ditangannya. Rony terlihat gelabakan menuruni anak tangga.

"Ke kantor lah, ma. Hari ini kan ada meeting penting bersama investor baru, Rony sudah hampir telat ini, duh" jawabnya gusar sembari melirik arloji yang melingkar di tangan kirinya.

"Kamu tidak perlu ke kantor, Ron. Semuanya aman, sudah diurus sama papa dan Farro. Lagian kan, kamu mau fitting baju pengantin hari ini, lebih baik sekarang kamu langsung jemput Salma di rumah sakit, dia sampai libur mengajar lho" ucap Asti.

Rony seketika melipat wajahnya, sepagi ini ia harus diingatkan kembali tentang pernikahannya yang hanya tinggal menghitung hari lagi. Sudah dua minggu ini dia dipaksa untuk ikut mengurus persiapan pernikahannya dan Salma.

Namun, culasnya Rony, sebenarnya selama dua minggu ini juga ia hanya berpura-pura pergi menemui vendor bersama Salma, padahal ia selalu menyuruh Nathan, asisten pribadinya untuk menggantikan dirinya pergi. Untung saja mama dan papanya tidak tahu.

Berarti kali ini, Rony harus kembali berlagak menuruti perintah mamanya, lalu kembali menghubungi Nathan untuk menggantikannya lagi, entah untuk yang ke berapa kali. Perjodohan ini benar-benar merepotkan bagi Rony.

"Oh iya ma, Rony hampir lupa. Kalau begitu Rony langsung jalan ke rumah sakit untuk menjemput Salma, ya" Rony menepuk pelan keningnya, lalu menyungging senyuman yang dibuat-buat, seolah-olah ia dengan senang hati melakukannya.

"Iya, tapi sarapan dulu sana sudah mama siapkan" titah Asti.

"Nggak usah ma, nanti Rony sarapan di luar saja sekalian sama Salma" tipunya.

"Nah bagus itu, ya sudah hati-hati kamu menyetirnya ya, salam untuk calon menantu mama" ujar Asti.

"Siap, ma. Rony jalan dulu" pamit Rony dengan senyuman singkat yang terpaksa ia tunjukkan. Setelah mencium sayang kening mamanya, ia perlahan melangkahkan kaki untuk beranjak dari rumah, berpura-pura pergi fitting baju padahal entah kemana ia akan melipir.

"Rony" panggil Asti lagi.

"Iya, kenapa ma?" Rony menghentikan langkahnya dan kembali menoleh ke arah sang mama masih berdiri.

"Kali ini kalau Nathan lagi yang kamu suruh untuk menggantikanmu, mama coret saja sekalian namamu dari kartu keluarga, mama ganti pakai nama Nathan" ujar Asti, serius.

Rony terbelalak, darimana mamanya tahu akan perbuatan liciknya selama ini? Kalau saja Nathan yang berani membocorkan, Rony sudah siap menghabisi lelaki itu. Harus mengelak bagaimana dia sekarang? sepertinya pura-pura bodoh adalah jalan ninja.

"Gimana, ma, maksudnya?" tanya Rony berlagak polos.

"Halah, pura-pura linglung kamu. Kamu pikir selama ini mama tidak tau ya kelakuanmu yang selalu menyuruh Nathan untuk menggantikanmu bertemu vendor? sebenarnya yang mau menikah itu kamu atau Nathan, sih? sekalian saja suruh Nathan yang gantikan kamu menikah dengan Salma"

"Nah, ide bagus itu, brilliant. Rony setuju, ma" jawab Rony cepat dengan binaran di matanya.

"Rony!" pekik Asti. Anak lelakinya ini memang sudah tidak waras.

"Ck, iya-iya" kesalnya.

"Mama serius Rony, awas kalau sampai kamu tidak datang untuk fitting baju. Kamu jangan main-main ya, Ron! Pernikahan kamu itu tinggal berapa hari lagi. Semuanya bahkan sudah siap, jangan sampai bikin mama dan papa malu nanti. Kamu sendiri yang sudah sepakat dengan pernikahan ini, jadi sebaiknya kamu jalani dengan benar semua prosesinya"

It Hurts MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang