Hai, warganat! Terima kasih untukmu yang sudah membaca ceritaku. Jangan sungkan untuk vote dan tinggalkan komentarmu ya. Aku sangat merasa dihargai jika kalian royal memberikan feedback untuk cerita ini 💗
----------------------------------------------------------Suasana ruangan di sebuah rumah sakit yang beberapa detik lalu masih ramai dengan banyak pembicaraan hangat yang ringan, kini mendadak sepi dan hening, akibat perkataan tiba-tiba Asti yang berhasil membuat Halda terdiam. Handoko turut bungkam, membiarkan wanita yang kini terbaring di brankar rumah sakit itu, menjawab pertanyaan yang dilayangkan istrinya, yang tentu sudah ia ketahui juga.
"Bagaimana, mbak? Mungkin permintaan ini cukup mengejutkan, tapi kami datang dengan membawa niat dan tujuan yang baik untuk anak-anak kita"
Tanya Asti sekali lagi, menuntut jawaban dari Halda yang masih belum juga membuka suara.Halda bergeming, bingung harus memberi respon seperti apa. Sejujurnya, dirinya masih terkejut dengan ucapan sepasang suami istri dihadapannya ini yang tiba-tiba ingin menjodohkan anak mereka, Rony, dengan putri semata wayangnya, Salma.
Halda tahu, Salma dan Rony memang mantan kekasih dulu, 6 tahun lalu. Namun, tak pernah terbesit dipikiran Halda bahwa keduanya akan dipertemukan kembali bahkan sampai ada rencana perjodohan untuk mereka. Dirinya pun tidak tahu seperti apa hubungan Salma dan Rony sekarang.
Lama mereka bertatap, namun Halda masih belum memberikan jawaban, tetapi tetesan air mata kini turun membasahi kedua pipinya yang mulai berkerut.
"Jujur mbak, saya juga sangat ingin melihat Salma menikah. Saya kadang merasa kasihan dengannya yang terlalu fokus untuk mengurus saya yang sakit-sakitan ini. Semenjak ayahnya meninggal, Salma mengambil alih semua tugas dan tanggungjawab mas Wijaya, sampai dia tidak sempat mengurusi kehidupannya sendiri. Saya sering merasa tidak enak hati karena Salma jadi tidak punya waktu untuk bersenang-senang atau sekadar main dengan teman-temannya. Dia bahkan tidak pernah membawa atau mengenalkan lelaki manapun pada saya sebagai pasangannya, padahal saya sangat ingin melihat dia menikah dan bahagia"
Handoko dan Asti menatap sendu pada Halda. Mereka mengerti bahwa berada di posisi Salma bukanlah hal yang mudah. Perempuan itu harus bekerja dan mengurus ibunya seorang diri, ia pun tiba-tiba harus mengemban tugas sebagai tulang punggung keluarga.
Harapan untuk diterimanya permintaan perjodohan yang mereka tawarkan rasanya semakin besar, semoga saja mereka benar-benar bisa menjadikan Salma sebagai anak mantu. Tentulah kebahagiaan dan kasih sayang yang penuh akan mereka berikan pada Salma. Walaupun kepergian Wijaya sudah menjadi garisan takdir, tetap saja rasa bersalah masih menghinggapi hati keduanya.
"Kami mengerti, Halda. Kami sangat menyukai kepribadian Salma sejak dulu, anakmu memang gadis yang hebat. Kami berharap, permintaan perjodohan ini dapat kamu terima. Kami yakin Salma bisa menjadi istri yang baik untuk Rony, dan Rony juga bisa menjadi suami yang baik untuk Salma" Kali ini Handoko yang bersuara.
Perjodohan memang selalu terdengar klise, namun hal ini masih sering terjadi di kalangan orang tua. Mereka selalu senang menjodoh-jodohkan anaknya. Entah hanya untuk memuaskan ego atau benar-benar tidak ingin anaknya salah memilih pasangan sehingga harus mereka yang memilihkan.
"InsyaAllah, mbak. Apalagi mereka pernah menjalin hubungan saat kuliah, walaupun itu sudah 6 tahun yang lalu, kita tentu boleh berharap jika masih ada sedikit perasaan cinta yang masih tertinggal dihati mereka, kan?" Sambung Asti, melanjutkan perkataan suaminya.
Halda mengangguk mengerti.
"Saya sungguh ingin menerima perjodohan ini, mbak Asti, pak Handoko. Tapi maaf, bukan saya yang berhak untuk mengambil keputusan, semuanya tetap akan saya serahkan pada anak saya, Salma. Izinkan saya untuk membicarakan dulu hal ini kepadanya, saya memang ingin melihat Salma segera menikah, tapi saya juga tidak mau membuat dia merasa terbebani dengan perjodohan"
KAMU SEDANG MEMBACA
It Hurts Me
General Fiction"Pantang bagiku untuk memungut sesuatu yang sudah lama kubuang! Bahkan pernikahan ini adalah sebuah takdir buruk yang harus kuterima entah atas kesalahan apa yang telah kulakukan. Jangan pernah membahas cinta, karena hal bodoh itu sudah lama mati se...