Disisi lain ada seorang anak muda yang tengah sibuk dengan latihan pedangnya, tak lain tak bukan yaitu Pius.
Kini rumah Pius pun juga ramai karena kerabat dari orang tua mereka datang berkunjung kerumah karena liburan. Pius pun jarang sekali berinteraksi kepada saudara saudaranya apalagi dengan om dan tantenya.
Berinteraksi dengan saudara itu membuat energinya terkuras banyak, yang mendapatkan pertanyaan dari om dan tante tentang sekolah ataupun pasangan lah, pertanyaan dari saudara tentang prestasi dan nilai lah. Itu bukan Pius banget.
Pius lebih memilih menguras energi dengan cara latihan setiap hari. Ia juga mempunyai sebuah pedang di dalam rumahnya untuk berlatih bila ada lomba entah itu disekolah ataupun diluar sekolah.
Setelah berlatih terus menerus dirinya pun berpikir untuk mengakhiri latihan itu sejenak. Ia pergi keluar dari ruang latihan menuju dapur untuk mengambil sebotol air putih dingin.
Saat berada di dapur dirinya melihat saudara saudaranya begitu sibuk bermain ponsel masing masing. Pius pun tidak melihat orang orang dirumahnya beraktivitas seperti berolahraga atau memasak atau berkebun dan aktivitas yang benar benar menguras tenaga.
"bocah jaman sekarang hp an mulu, pamer nilai tapi hasil contekan cih" ucap Pius dengan suara yang pelan lalu meneguk air putih itu.
"iya ya, seharusnya mereka malu punya nilai hasil contekan" ucap seseorang yang berada di belakang Pius. Pius yang mendengar suara itu pun terkejut hingga tersedak.
"UHUKK !! UHUKKK !!"
"eh maap atuh kalo sampe kaget" ucap seseorang berbadan besar dan tinggi itu.
"lain kali kalo mau ngajak ngomong tuh langsung hadep gue dong" balas Pius dengan kesal. Tentu saja dirinya kesal karena ia telah dikagetkan oleh seseorang hingga dirinya tersedak dan bajunya yang basah akibat tumpahan air.
Beberapa orang yang ada diruang tamu pun langsung menoleh ke arah dapur untuk melihat siapa yang bertengkar di dapur.
"ya maap gue kan ga ada niatan buat ngagetin lo" ucap orang itu. Pius pun masih kesal karena bajunya itu sudah basah.
"maapin ya?" ucap anak itu sambil menatap Pius yang sedang mengelap bajunya yang basah dengan tisu.
"iye" balas Pius dengan singkat, padat dan sangat jelas.
"kok kayak kaga ikhlas begitu si? maapinnn yaaa?" ucapnya lagi. Pius pun menghela napas panjang.
"iyeeee Alaannnn" balas Pius dengan panjang dan memberi senyuman palsu kepada Alan.
Alan adalah saudara laki laki Pius yang umurnya 1 tahun di atasnya tapi Pius enggan untuk memanggilnya kakak, menurut dia itu tidak cocok untuk panggilan kepada Alan.
Alan pun menjadi bahagia karena mendengar jawaban Pius yang membuatnya tenang, ia pun dapat melihat senyuman palsu itu dari Pius namun ia tidak mempermasalahkannya.
"lo dari kemarin tuh di mana si? gue selalu ngeliat lo pas di meja makan aja" ucap Alan yang penasaran kemana Pius pergi di 2 hari yang lalu, padahal Pius hanya latihan saja di ruang latihan memang sebagian orang tidak tahu dimana tempat latihan itu.
"gue latihan pedang" ucapnya setelah meneguk kembali minumannya.
"sejak kapan lo suka main pedang?" tanya Alan.
"udah lama" balas Pius dengan singkat lalu mulai melangkah ke arah ruang latihan, Alan pun menjadi mengikutinya karena dirinya penasaran dengan aktivitas Pius yang datang lalu menghilang entah kemana.
Pius pun merasa ada yang mengikutinya dari belakang, saat dia menoleh ia pun dapat melihat Alan yang terus mengikutinya.
"ngapain dah lo ngikutin gue?" tanya Pius dengan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY FRIEND S2
Randomkisah 4 gadis yang hidup bersama dalam susah ataupun senang.