18.

3 3 0
                                    

Disisi lain terdapat Alan dan Bintang yang tengah sibuk bermain game di ponsel mereka masing masing, tak hanya di ponsel saja mereka pun bermain ps di kamar Bintang.

Saking asiknya hingga mereka berdua pun lupa waktu seperti Pius yang lupa waktu jika sudah memegang pedang.

"dibelakang lu lan" ucap Bintang yang sibuk dengan ponselnya.

"gue mati blok" ucap Alan.

"lah terus di belakang gue siapa?" tanya nya yang bingung karena diikuti oleh karakter lain yang mirip dengan karakter Alan.

"BUNUH TOL*LLL !" ucap Alan. Bintang pun langsung mencoba membunuh karakter tetapi sayangnya ia lebih dulu yang dibunuh.

"ah tol*l dah, gue kira lu anj*ng" ucap Bintang yang kesal.

"ya elu kaga merhatiin" balas Alan. Bintang pun masih kesal dengan kejadian tadi saat bermain game.

"main 1 match lagi lah yo" ajak Bintang.

"gue si ayo, tapi bentar gue kebelet" ucap Alan, dirinya pun langsung beranjak dari ranjang Bintang dan keluar dari kamarnya untuk pergi ke toilet yang tidak jauh dari kamar saudaranya itu.

Toilet itu hanya berjarak 2 kamar pertama dari kamar orang tua Bintang dan Pius, kedua adalah kamar Pius. Saat sudah melewati kamar kedua orang tua Kakak beradik itu dirinya pun mendengar suara bising dari kamar Pius.

Tentu saja Alan penasaran dengan suara itu, ia perlahan mendekati kamar Pius lalu menempelkan telinganya di pintu. Ia ingin sekali mendengar apa yang diucapkan oleh Pius di dalam kamarnya.

"omaa" ucap Pius dari dalam kamar dengan suara seperti menangis. Alan pun masih saja penasaran yang tadinya ingin pergi ke toilet malah berhenti mendadak di depan pintu kamar Pius.

"ngapain nih bocah manggil alm oma? ngigo kali ya" gumam Alan yang sangat penasaran, rasanya ingin sekali membuka pintu kamar Pius tapi ia takut jika di lempar lampu tidur oleh Pius.

"omaa, Pius takut.." ucap Pius dengan suara serak dan terdengar tangisannya hingga keluar. Alan pun semakin khawatir dengan Pius, rasa ingin membuka pintu kamar Pius itu sangat besar.

Tak pikir panjang Alan pun langsung membuka pintu kamar Pius yang tak terkunci itu, ia melihat Pius menangis di atas kasurnya dengan kondisi badan meringkuk yang ditutupi oleh selimut dan mata yang masih terpejam tetapi keluar air mata.

Ia pun dengan cepat menghampiri Pius yang masih memanggil oma sambil menangis itu.

"yus" ucap Alan sambil menepuk pelan lengan atas Pius.

"omaaa" Pius pun semakin menangis saat ditepuknya lengan atasnya dengan Alan. Alan pun menjadi bingung kenapa ia ketakutan.

"omaaa, Pius takut hantu ituu" ucap Pius dengan suara yang serak. Seketika Alan pun langsung berpikir bahwa ulahnya tadi membuat Pius menjadi kepikiran dan ketakutan, ia pun menjadi sangat bersalah.

"anj*ng gue kira apaan cok, ternyata mimpi setan" batin Alan, dirinya pun mencoba menenangkan Pius. Ia pun duduk di sebelah Pius lalu menarik badan Pius agar bisa memeluk tubuhnya.

"sshh, udah ya gapapa ga ada setan" ucap Alan sambil menepuk pelan punggung Pius. Seketika Pius pun perlahan lahan berhenti menangis.

"Pius takutt.." ucap Pius yang terus berulang kali mengatakan 'takut'.

"gausa takut, gue ada disini sama Oma" balas Alan, dirinya pun masih menepuk punggung Pius hingga Pius tidak bersuara dan lanjut tidur dengan nyenyak.

Saat Alan merasa Pius sudah mulai tenang, dirinya pun mengembalikan Pius ke posisi awal. Saat itupun ia menjadi lupa dengan aktivitasnya yang ingin ke toilet akibat mendengar suara tangisan Pius.

MY FRIEND S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang