5

298 275 33
                                    


"Persahabatan yang bertahan dalam jeda, keheningan, dan ruang. Itulah hubungan yang tidak akan pernah mati.
Thank u for being such a great friend."

Happy Reading, Bro!



"Anjir!" kaget Ciko di dalam mobil, melihat si tiga serangkai itu jatuh menabrak pagar sekolah.

"Awas jatuh," gumam Ciko pelan sembari terkekeh mengunyah rotinya kembali.

"Kalian gapapa?" tanya Raga khawatir, membantu mendirikan motor.

"I'm oke, kak!" ujar Everlita semangat menyengir menunjukkan gigi putihnya, wajahnya sedikit kotor terkena pasir.

"Kepala otak kau oke!" sarkas Dani yang bangkit berdiri.

Sahara meringis bangkit sambil melihat Zacky datang menghampiri mereka.

Zacky berdiri di samping Sahara melirik siku gadis itu terluka mengeluarkan darah, ia membuka tasnya mengambil plaster yang ada tersisa didalam kotak pensilnya.

"Pake." Zacky menyodorkan plaster tersebut.

Sahara melihat plaster itu sejenak dan mengambilnya. "Terimakasi kak."

"Ga, lo anterin mereka pulang, motornya biar Dani aja yang bawa, bahaya nanti," ujar Zacky melirik motor mio yang terlalu kecil menurutnya untuk di bonceng tiga orang tua bangka.

"Gue cabut duluan, udah ditelpon bunda," pamit Zacky berjalan menuju motornya.

"Ayo gue anter," ajak Raga sembari berjalan, diikuti Everlita dan Sahara di belakangnya.

Dani menunjuk dirinya sendiri dengan mulut menganga. "Ini beneran gue di tinggal? hati mungiel gue sakit."

Ciko membuka kaca mobil saat ingin melewati Dani. "Hati-hati di jalan ya, inces," ujar Ciko dengan nada mengejek melambai-lambaikan tangan.

Dani yang melihat itu langsung mengacungkan jari tengahnya. "Shibal."

"Jek mana, Ga?" tanya Ciko melihat di belakang mobil tidak ada motor Zacky mengikuti.

"Ditelpon bunda, paling habis mandi dia nyusul," ujar Dani.

"Ini mau ke rumah Sahara, kan? rumah lo di mana, Ra?" tanya Raga melirik mereka berdua di belakang dari center mirror.

"Gang Angrek kak, lewat indomaret simpang dikit," ujar Sahara.

Raga mengangguk mengerti sembari terkekeh melirik Everlita yang terlihat lucu di matanya, mungkin gadis itu lupa membuka helm bogo yang masih ada di kepalanya.

"Kak Raga, kak Ciko makasih banyak ya," ujar Sahara keluar dari mobil, setelah sampai tujuan.

Dirinya menyuruh untuk berhenti di depan gang saja, karena gang rumahnya itu kecil dan sempit seperti lorong tikus. Tidak bisa dimasuki mobil, hanya motor yang bisa memuatnya.

"Kak Raga nyetir, hati-hati, ya?" Everlita sedikit menunduk melihat Raga yang di dalam mobil.

Raga tersenyum mengangguk dan menjalankan mobilnya, "Gue duluan, ya."

"Bye-bye adek-adek manis!" ujar Ciko sambil melemparkan kiss bye.

Sahara dan Everlita berjalan melewati lorong itu, ternyata Dani lebih dulu sampai di depan rumah berwarna hijau, rumah Sahara.

"Cepat buka pintunya anjir, panas banget! nanti kulit gue terbakar," ujar Dani menangkup wajahnya.

"Sabar ngapa lu," ujar Everlita, dibalas lirikan sinis dari Dani, gadis itu pikir, dirinya akan lupa tentang jatuh tadi?

Dari Sahara [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang