7

288 277 18
                                    

Hai hai hai!

Salam hangat untuk pembaca di manapun berada!🧸

Salam hangat untuk pembaca di manapun berada!🧸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mentari pagi perlahan muncul memancarkan cahayanya menggantikan kehadiran sang rembulan. Cahaya matahari perlahan masuk memenuhi sudut-sudut kamar. Tebalnya gorden berwarna biru nyatanya tak bisa menghalangi cahaya itu masuk ke dalam ruangan. Perlahan segala kebisingan dan apa yang sedang terjadi di sekeliling tempat tidur ini mulai bisa dirasakan. Nampaknya bukan hanya cahaya matahari saja yang membangunkan tidur seseorang, tapi juga obrolan orang-orang yang entah datang dari mana. Obrolan tetangga di sekitar gang benar-benar sangat mengganggu.

Sahara menguap, mengucek kedua matanya. Setelah melihat jam sudah pukul jam 10:00 pagi, seketika dia ingat kejadian tadi malam, Zacky masih ada di rumahnya.

Sahara mencepol rambut panjanganya asal, menyibak selimut dan melangkah dengan cepat melihat sekeliling rumah, sudah tidak ada keberadaan Zacky.

Sahara berdiri di depan pintu rumah, melihat ayahnya yang sedang mencuci motor mio hitam. "Yah, kak Zacky mana?"

Kedua alis Perik bertaut. "Zacky?"

"Eh, maksudnya cowok tadi malam, yang ayah tolong," ujar Sahara.

"Oh, dia udah pulang jam enam subuh tadi, kamu aja yang tidur kayak orang mati suri," ujar Perik lanjut mencuci motor.

Wajah Sahara cemberut dan kembali masuk ke dalam rumah, ia melihat hoodie hitam tergantung di ruang tamu, hoodie yang Zacky kenakan tadi malam.
Sahara memegang hoodie itu dan menciumnya, ternyata harum Zacky masih menempel.

"Udah ganteng, wangi lagi," gumam Sahara terkekeh kecil.

♡♡♡♡♡

Sahara berdiri tepat di depan kelas XII-IPA-1, ia mengenakan seragam putih abu-abu begitu rapi, rambut panjang yang di hiasi pita pink seperti biasa.

"Loh, gurun Sahara?" ujar Ciko yang baru keluar dari kelas tersebut.

Sahara memasang wajah masam, mendengar namanya di ganti. "Sahara, bukan gurun."

"Suka suka abang lah dek," ujar Ciko tengil. "Btw, lo nyari siapa? Nyari gue, ya?"

Sahara menggeleng, "Nyari kak Zacky."

Mata Ciko teralihkan melihat Ketrina yang baru saja melewati mereka. "KET!"

"Gurun, lo masuk aja, Zacky ada di dalam!" teriak Ciko sembari mengejar Ketrina yang sudah menjauh. Tidak ada kapoknya mengejar gadis sabuk hitam itu.

Sahara sedikit mengintip melihat di dalam kelas itu, ternyata hanya ada beberapa siswa yang baru tiba, mungkin jam masih terlalu pagi. Ia menghirup napas dalam-dalam, dan memberanikan diri menghampiri Zacky yang duduk d bangku paling pojok.

"H-hai kak!" sapa Sahara berdiri di depan meja Zacky.

Zacky mendongak menutup buku yang ia baca, dan melepaskan earphone yang ia pakai. "Kenapa?"

Sahara meletakkan hoodie yang ia pegang sedari tadi di atas meja Zacky. "Ini hoodie kak Zacky, ketinggalan."

"Sekalian, udah aku cuci kak," lanjut Sahara.

Zacky tersenyum simpul. "Makasi, ya."

Sahara mengangguk, membalas senyum Zacky dengan malu-malu. "Sama-sama, kak. Kalau gitu aku balik kelas dulu, ya."

Sahara berbalik ingin melangkah, namun panggilan dari Zacky membuatnya menoleh kembali.

"Sahara," ujar Zacky, memanggil namanya untuk pertama kali.

Sahara berkedip tak percaya, Zacky sudah mengetahui namanya? entah, kenapa jantungnya terasa berdetak begitu lebih kencang.

"K-kenapa, kak?"

Zacky bangkit dan berdiri di hadapan Sahara, "Ntar lo pulang naik apa?"

Tadi pagi Sahara di jemput oleh Everlita, dan berangkat bersama. Hari ini, hari Senin, Everlita menjalankan eskul matematika seperti biasa. Mungkin, nanti Sahara akan menunggu gadis itu selesai eskul, baru pulang bersama.

"Aku pulang bareng Everlita, kak. Tapi nunggu dia eskul dulu," beritahu Sahara.

Zacky melihat jam tangannya yang berwarna silver. "Selesai eskul matematika lama banget."

"Mau pulang bareng gue?" ajak Zacky.

"Jangan nolak, anggap aja sebagai bentuk terima kasih gue, udah di bantu kemarin," lanjut Zacky, Sahara hanya diam tak menjawab.

"Oke, diem berarti mau. Gue tunggu nanti di parkiran," ujar Zacky memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, dan berlalu keluar dari kelas.

♡♡♡♡♡

Waktu demi waktu berlalu, bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Setelah selesai membereskan alat-alat tulis, Sahara menyusuri koridor menuju parkiran yang sudah ramai oleh para murid untuk pulang. Sahara memegang kedua tali ranselnya, berjalan menuju motornya Zacky, yang sudah ia hapal tempatnya.

"Maaf ya kak, udah bikin nunggu lama," ujar Sahara kepada Zacky yang sudah duduk di atas motor.

Zacky menoleh, memasukkan ponsel yang ia mainkan tadi ke dalam saku celananya. "Ngga, gue juga baru keluar."

Zacky menuruni injakan kaki motor belakang atau footstep agar Sahara lebih mudah menaiki motornya.

"Naik, Ra. Kalau kesusahan pegang pundak gue aja," ujar Zacky.

Sahara mengangguk mengerti, memegang pundak Zacky untuk naik ke motor tinggi itu.

Setelah memakai helm full face, Zacky menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Sahara menikmati angin sore yang menbelai wajahnya dengan lembut.

Sahara mendongak, melihat langit perlahan memancarkan keindahannya, kicauan burung-burung yang berterbangan memberi isyarat bahwa malam akan kembali hadir. Pohon-pohon di jalan terlihat seperti siluet, menambah hangatnya suasana untuk menyambut gelap malam. Bulan pun perlahan datang menggantikan mentari.

"Kak, kita mau ke mana?" tanya Sahara sedikit keras, melihat jalan yang di lewati bukan ke arah rumahnya.

"Nyari tempat makan, lo belum makan juga, kan?" tanya Zacky. Sahara hanya menggeleng.

Setelah menghabiskan beberapa menit, motor Zacky terparkir di depan rumah makan yang menghadap pantai, tak begitu ramai, tapi tempatnya begitu menenangkan.

○○○○○
TO BE CONTINUED.

Dari Sahara [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang