PROLOG

1.4K 82 0
                                    

"Ini yah bun, kalau cinta itu harus di kejar. Bunda tau sendiri kan kalau adek udah suka sama sesuatu, pasti adek kejar sampai dapat." Ujar gadis yang tengah di rias oleh sang bunda kesayangannya.

Wanita itu menaikkan bibirnya keatas. "Kalau gitu, buktiin kalau kamu bisa dapatin hati cowok itu." Balas wanita yang tengah memoleskan eyeshadow pada mata putrinya.

Gadis itu menarik bibirnya tersenyum. "Oke!" Ucapnya dengan semangat.

"Nah, udah."

Gadis itu duduk dan mengambil kaca kecilnya. "AAA! Bunda paling the best deh kalau soal make up, Adara suka. Apa kita buka salon aja bun?"

Yeah, dia adalah Adara Skyzora Abelvan, gadis cantik yang menduduki kelas sebelas tahun ini. Motto dirinya cuma satu, yaitu "Gue akan mengejar sesuatu yang gue suka sampai dapat, tapi sebaliknya kalau gue ga suka gue ga akan tertarik dengan sesuatu itu. Meskipun banyak yang bilang kalau sesuatu itu bagus, gue tetap ga tertarik." Begitu mottonya.

Wanita itu menggeleng. "Ada ada aja kamu. Udah sana." Usir wanita itu.

Adara memanyunkan bibirnya kesal. "Bunda ngusir, yaudah Adara berangkat dulu ya bun." Adara menarik tangan Mauren yang menciumnya.

"Hati hati kamu."

"Ashiapp bos!" Adara melambaikan tangannya pada Mauren.

"Bocah gitu sok tau masalah percintaan." Celetuk Mauren sembali menggeleng. Dia membereskan alat alat make up yang berserakan.

***

Disinilah Adara, di cafe milik Papa temannya Adara. Gadis itu menjatuhkan badannya di sofa sembari menunggu yang lain datang.

"Katanya udah otw, mana? Kok ga nyampai nyampai mereka?" Ucap Adara kesal.

"Yang punya cafe pun belum datang." Ucapnya lagi.

"Yaampun, Dar. Lo udah nyampai aja, udah lama?" Gadis dengan dress berwarna coklat itu duduk di depan Adara.

Adara mencibik kesal. "Udah bertahun tahun gue disini. Katanya otw, tapi kaga sampai sampai. Gimana konsepnya coba?" Kesal Adara.

"Iya iya, maap seng." Ucap gadis itu. "Mbak! Bawain minuman yang biasa saya minum sama teman teman saya."

"Baik, mbak." Ucap pelayan itu.

Kenalin, kalau ini namanya Violetta Audine Serina. Gadis dengan mulut pedas yang kalau ngomong ga pake filter. Dia adalah anak dari pemilik cafe ini, makanya dia dengan beraninya berbicara seperti itu pada pelayan.

"Ga sopan, lo?" Adara menepuk lengan Vio pelan.

"Bacot, kayak lo ga kenal gue aja."

"Selamat malam teman teman tercinta, kalian pasti nungguin gue ya?" Seorang gadis dengan jaket hitam dengan dalaman berwarna putih datang dengan santainya dan tiba tiba merangkul Adara.

"Siapa yang nungguin lo? Malahan tadi kita mau pergi, iya gak Vi??"

Vio mengangguk. "Iya tuh. Pakaian lo bisa feminim dikit ga? Kayak kita nih, cewek anggun." Celetuk Vio.

"Lo ga kenal gue ya??"

Kalau yang satu ini namanya Naura Kalani Gemaya, teman gue sejak SMP. Gadis dengan nama yang feminim, tapi tidak dengan orangnya. Oh ya, dia tomboy diakui bukan mengakui.

Tak lama minuman mereka datang serta dengan beberapa camilan seperti yang mereka makan biasanya.

"Lo tetap mau sama si kulkas? Yaampun, Dar! Gue udah bilang sama lo kalau si kulkas itu orangnya batu. Mendingan sama anak kelas sebelas bahasa dua, dia kan suka sama lo." Ucap Vio saat mendengar penuturan Adara barusan.

"Lagian nih ya, kalau gue lihat dia cakep kok, Dar. Gak kalah sama si kulkas, apalagi dia pintar." Puji Naura sembari menatap langit langit cafe.

"Yee, kalau lo suka bilang aja, Nau. Gue ga suka sama dia, walaupun kalian bilang si itu baik lah, pinter lah, segala macam, gue ga akan tertarik. Nau! Lo ingat motto gue??"

Naura menghembuskan napasnya gusar. "Iya iya dah. Kalau gitu dia untuk gue ya?" Pinta Naura.

"Silahkan, Nau. Gue ga tertarik sama dia, mau lo pacarin, lo ajak nikah sekalipun gue ga peduli." Jeda Adara, gadis itu tersenyum senyum sendiri sembari manopang dagu. "Karena di hati gue hanya dia, dia, dan dia.." sambung Adara lagi.

"Norak!" Sentak Naura dan Violetta secara bersamaan.

***

"Bunda! Kenapa Kak Lisa ga nungguin adek sih?" Kesal Adara. Gadis yang tengah rapi dengan balutan seragam khas sekolahnya itu tak henti hentinya mengomel tentang kakaknya yang tidak menunggunya untuk pergi bersama.

"Kamu kayak burung beo, Dar. Udah sana cepetan diantar Pak Nusa, kasian dia udah nungguin." Ucap Mauren.

Adara menarik bibirnya keatas, seperti tengah mencibir. "Iya deh!" Adara melangkahkan kakinya pergi keluar rumah dengan nuansa putih itu.

***

Adara melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri koridor koridor sekolah. Dia sengaja seperti itu untuk melihat kelas si kulkas terlebih dahulu.

"Biasanya sih dia datangnya cepet." Gumam Adara.

Tapi sialnya, dia malah bertemu dengan si anak pintar yang selama ini menyukainya. Adara memutar matanya malas.

"Dar, gue bawain lo coklat." Ucap laki laki itu.

Hadeuhh, kalau cowok yang gila gue ini namanya Rahsya Erlangga. Dia terus neror gue dari kelas sepuluh semester ke dua. Ya, walaupun dia ganteng, tapi gue ga tertarik.

"Mmm.. makasih, tapi gue alergi coklat." Ucap Adara berbohong.

"Tapi gue sering ngelihat lo makan coklat sama Naura."

BUMM..

Adara membuang napasnya kasar. Gadis itu kemudian mengambil coklat dari Rahsya dengan terpaksa. "Besok besok, duit lo di tabung. Jangan sering ngasih gue beginian. Mubazir." Adara melangkahkan kakinya meninggalkan Rahsya yang merasa ambigu dengan ucapan Adara.

Adara menarik bibirnya keatas saat melihat seorang yang di nantinya baru saja datang. Gadis itu mempercepat langkahnya.

"Eittss.." Adara berdiri di depan laki laki itu dan menghalangi jalannya.

Laki laki itu memutar bola matanya malas. Dia berusaha mencari jalan lain untuk melewatinya.

Lagi dan lagi Adara menghalang jalannya. "Lo mau apa sih?" Finish, akhirnya dia berbicara.

Adara tersenyum lebar. "Gue mau nomor handphone lo. Dari kemarin lagi, Gib. Tapi lo malah ngasih gue nomor telepon penyedot wc." Kesal Adara.

Kenalin, ini Gibran Ocean Arcello, crush gue. Dia selalu menghindar ketika ketemu gue, padahal gue udah cantik paripurna dan wangi semerbak. Tapi, tetap aja itu ga narik perhatiannya dia. Tapi gue akan terus berusaha!

Gibran berdecak mendengar penuturan Adara. "Cari sendiri. Awas lo." Gibran berjalan meninggalkan Adara yang masih mengukir senyuman padanya.

Adara masih setia menatap punggung lelaki itu hingga dia masuk ke dalam kelas. Adara mengetik dahinya pelan sembari menatap langit langit lorong.

Tak lama ia tersenyum dan menjentikkan tangannya senang. "Kenapa ga tanya Rahsya aja?"

***

Cerita baru, sifat baru!

Gimana suka ga sama karakter Adara di sini?? Adara yang mengejar cintanya Gibran secara ugal ugalan.

Votenya dongg maniess🫶🏻🙌🏻

JAN BACA DOANG! HABISTU PLAGIAT, GA MODAL! ide mahal gini di plagiat? Walaupun secuil aku tau kok😌

Babayyy semuanyaa

Sky And OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang