14- MENCARI CINTA YANG DULUNYA PERNAH ADA

717 96 11
                                    

🌌 Sky and Ocean 🌊
.
.

"GIBRAN! GIBRAN!!" Seperti biasa, suara wanita itu kini menjadi alarm bagi Gibran, dia tak pernah marah dengan hal itu. Karena, sejak kecil dia tak pernah mendapatkannya.

"Apa, mami??" Ucap Gibran dengan suara parau.

"Bangun, mandi, sarapan, jemput Abel." Ucap Alma mutlak.

Gibran bangun dari kasurnya, perlahan laki laki itu membuka matanya. "KAMPRET!" Teriak Gibran saat Anca, berada di depannya.

Gadis itu tertawa kecil melihat Gibran terkejut. "Cepetan mandi ih, Papi udah nunggu!"

"Iya, bawell!" Gibran mencubit pipi gadis itu dan berlari meninggalkannya.

"AAA ABANG! SAKIT EGE!" Teriaknya.

Sementara Gibran hanya tertawa di dalam kamar mandi. Sekarang, dia mempunyai seseorang yang dapat memuaskan clingy nya seorang Gibran saat muncul.

"Terimakasih, Tuhan."

***

"Dara, kamu nanti di jemput sama Arcell ya, tadi maminya ngabarin ke Bunda." Jelas Alma sembari memoleskan selai pada roti tawar.

Adara membuang napasnya malas, baginya, rasa cinta pada Gibran itu perlahan memudar semenjak kejadian itu. Entah mengapa, tapi itulah yang ia rasakan.

"Bisa di cancel ga, bund??"

"Loh, kamu kenapa toh? Biasanya kamu paling heboh kalau bahas soal Gibran." Heran Mauren.

Adara menggeleng malas. "Ga tau kenapa, Adara lama lama jadi lupa sama Gibran." Jelas Adara. Entahlah, belakangan ini sikapnya selalu di tarik ulur oleh dirinya sendiri.

Mauren menggeleng tak percaya. "Ini alurnya gimana, Dar? Kemarin kamu suka sama dia, dianya ngga suka sama kamu. Lah sekarang, giliran dia suka sama kamu, kamu malah ga suka. Aneh."

Adara menopang kepalanya. "Adara juga ga tau, bun." Gadis itu mengambil roti itu dan memakannya dengan cepat, setelah itu dilanjutkan dengan segelas susu coklat.

"Permisi, bu, non, di depan sudah ada den Gibran." Ucap salah satu maid di sana.

Mauren mengambangkan senyumannya. "Suruh masuk saja." Ujarnya.

"Baiklah, bu." Wanita itu kembali pergi kedepan menyuruh Gibran untuk masuk.

"Tante," sapa Gibran. Lelaki itu tak lupa menyalimi tangan Mauren, dan memberi sapaan kepada Lisa.

"Kamu udah sarapan??"

Gibran mengangguk, "Sudah, tante." Dia melirik Adara yang bersidekap dada.

Adara yang mengetahui hal itu langsung membuang matanya. "Bunda, Adara berangkat dulu."

"Lalisa, gue pamit." Ucap Adara setelah selesai menyalimi keduanya.

"Bae bae lu sekolah, jangan bolos ke kantin." Peringat Lisa.

"Serah lo."

Gadis itu berjalan mendahului Gibran. "Naik apa, Gib??" Tanya Adara.

"Mobil."

Setelah sampai di depan mobilnya, Adara menunggu Gibran untuk membuka pintu itu. "Nanti, turunin gue di warung bakso pak kumis aja, ya." Pinta Adara.

"Kenapa??"

"Gue ga mau jadi bahan pembicaraan yang kedua kalinya kalau gue deket sama lo, cukup yang kemarin aja."

Gibran sedikit terkejut mendengar penuturan dari Adara. Seketika, dia kembali diingatkan oleh kejadian tempo hari lalu.

Sky And OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang