05-DIA SIAPA?

459 83 1
                                    

💋 H A P P Y R E A D I N G 💋
.
.

Adara mengulum permen tangkai yang ia beli beberapa menit lalu. Setelah pergi meninggalkan Gibran di UKS, dia beralih berjalan menuju kantin untuk membeli permen kesukaannya.

Gadis itu membelakkan menatanya saat bu Dewi sudah ada di dalam kelas. Gadis itu mengetuk pintu dengan ragu.

"Permisi, bu.." ucapnya.

Tentu saja seisi kelas beralih menatap Adara yang baru saja datang dengan tissu yang menempel di hidungnya, hal itu mencegah darah tidak semakin banyak keluar.

Bu Dewi menatap Adara dengan tajam, "Dari mana saja kamu?!"

Adara menunjuk hidungnya. "Ibu tidak lihat? Saya mimisan, ibu cantik." Ucap Adara.

"Tadi kata Galih kamu pergi kekantin, dan.. permen itu, berarti benar kamu dari kantin?" Tanya bu Dewi penuh selidik.

Adara menatap tajam galih yang tengah terkikik pelan.

"Permisi, bu.." suara berat milik Gibran kembali mengalihkan pandangan teman teman Adara, termasuk gadis itu sendiri.

Adara menerjap tak percaya, apakah dia benar benar ditakdirkan bersama dengan Gibran?? Ah, entah lah.

Guru itu beralih menatap Gibran, dia memperbaiki kacamatanya yang hampir terjatuh tadi. "Eh, Gibran. Ada perlu apa datang kesini, Gib??" Tanya Dewi.

Gibran menatap Adara sekilas. "Gibran kesini cuma mau bilang, kalau Adara habis dari UKS. Saya tidak sengaja ngelempar bola kearahnya tadi." Penjelasan Gibran membuat Vio dan Naura membelak kaget.

Mereka saling pandang sebentar, sebelum akhirnya Vio membuka mulut. "Shilit!" Ucapnya asal.

Sementara Naura? Gadis itu hanya menepuk jidatnya dan bersandar di sana. "Gempa bakalan datang saat jam pulang nanti, gue jamin." Ucapnya.

"Baiklah, kalau memang gitu. Adara kamu bisa masuk. Gibran, kembali ke lapangan." Perintah guru itu. Lalu, dia melenggang masuk ke dalam kelas.

Adara sedikit mendongak menatap laki laki berpostur tinggi itu. "Makasih, Gib." Ucapnya di sertai dengan senyuman lebar yang ia tunjukkan.

Gibran menatap gadis itu sekilas, senyuman itu mengingatkannya pada seorang mamanya. Dia tak sanggup, tapi ia ingin menlihat senyuman itu lagi.

"Sama sama, gue duluan." Gibran kembali menatap wajah yang senantiasa memberikannya senyuman tulus, setelah itu dia berjalan meninggalkan Adara.

Adara memandangi punggung laki laki itu. Tak lama dia melompat kegirangan, dan berjalan masuk kedalam kelas.

***

"DEMI APAPUNN! GUE SENENG BANGET HARI INI AAAA!" Teriak Adara heboh. Kini jam telah menunjukkan waktu pulang sekolah.

Naura menutup telinganya rapat rapat. "Kan udah gue bilang, pasti gempa."

Vio mengeluarkan senyuman terpaksa miliknya. "Oh iya, cerita lu udah bisa di jadiin narasi novel, Dar. Panjangnya ga ketulungan." Cicit Vio.

Tak beberapa lama, gadis dengan rambut kepang dua itu mengahadang kedua temannya yang berada di sebelahnya. "Itu bukannya Gibran?!" Ujarnya dengan nada tinggi.

Sky And OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang