11- DIA ABEL??

598 110 16
                                    

🌌 Sky and Ocean 🌊
.
.

Seperti yang dikatakan Alma tadi malam, kini Gibran sudah bersiap siap untuk bertemu gadis yang bernama abel itu.

Dengan kemeja hitam lengan panjang, Gibran tampak jauh lebih tampan dari biasanya.

"Gak niat gue."

"ABANG!! udah siap??" Anca datang dengan membawa kunci mobil milik papinya.

"Gausah teriak, Anca!"

"Iya iyaa, udah sana pergi. Ini, abang pake mobil di suruh mami." Ujar Anca sembari menyodorkan kunci mobil pada Gibran.

Gibran mengambilnya dengan malas. "Dek, apa gue kabur aja ya? Ga suka anjir, masak gue harus nikah sama orang yang nggak gue kenal?"

Anca membelakkan matanya. "HEH, kabar kabur, ga boleh gitu. Kasian mami tau! Btw gue udah liat orang yang di jodohin sama lo, bang." Ucap Anca menaik turunkan alisnya.

Gibran sedikit shok mendengarnya. "Cantik? Masih muda?? Bagi dong fotonya."

"Enak aja. Cantik bangett, masih muda seumuran abang kayaknya. Kayak orang inggris cuyy." Tambah Anca.

"Anjir lo, penasaran kan gue. Udah sana, gue mau pergi."

***

Gibran, melangkahkan kakinya pelan menyusuri caffe. "Dimana ya?"

"Mami bilang, di meja nomor 31." Gibran terus berjalan mencari nomor meja itu. Hingga sampai keujung, angka tiga puluh satu terlihat disana.

"Nah, itu."

Gibran berjalan pelan mendekati gadis dengan rambut terurai rapi dari belakang. Jantungnya sedikit berdetak kencang sejak tadi, entah perasaan apa yang ia rasakan.

"Abel??" Panggil Gibran.

Gadis itu menoleh kebelakang, keduanya sama sama terbelak kaget. "GIBRAN?!"

"ADARA?!"

"Jadi, elo yang namanya Arcell??" Tanya Adara.

"Lo Abel??"

Keduanya sama sama menjatuhkan bokongnya di kursi. Mereka menghembuskan napasnya kasar. "Kenapa harus lo, Bran?"

Gibran menatap gadis itu sekilas. "Mana gue tau."

Adara kembali menyantap ice creamnya dengan malas. "Sekarang, kita mau ngapain?" Tanya gadis itu.

"Makan." Jawab Gibran singkat.

"Permisi, makanannya mbak, mas." Satu pelayan datang sembari meletakkan piring piring yang berisi makanan.

"Makasih, mbak." Ucap Adara.

Pelayan itu tersenyum, dan kembali pergi. "Lo terima, Bran??" Tanya Adara.

Gibran kembali menatap Adara lamat. "Makan, gausah banyak tanya."

"Gue ga lapar." Adara kembali memakan ice cream miliknya.

Sky And OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang