06- SAKIT HATI YANG SESUNGGUHNYA

630 101 23
                                    

💋 HAPPY READING 💋
.
.
.

Adara, di lengkapi dengan alat alat melukisnya, kini tengah sibuk dengan canvas di depannya.

Sudah banyak cat yang tertempel di baju khusus untuk dia melukis. "Ini, buat aku yang selalu kelihatan bahagia di depan banyak orang!" Ucapnya pelan.

Di kelas seni lukis ini hanya terdapat Adara dan dua teman sesama ekstrakulikulernya. Gadis itu dan kedua temannya di suruh untuk membuat lukisan dengan apa yang terjadi pada diri mereka masing masing.

Tujuannya, untuk melepaskan rasa yang mengganjal pada diri mereka masing masing. Dan karyanya juga bisa di pajang maupun di jual belikan, secara lukisan mereka sudah pasti bagus.

Seorang gadis di samping Adara memanggilnya dengan cara berbisik. Hingga gadis itu pun terusik.

"Psstt... Dar."

Adara memutar kepalanya kebelakang, kemudian mengangkat alisnya dengan wajah yang mengisyaratkan bertanya.

"Are you okey?? Lo ga kayak biasanya tau." Ucap gadis dengan cepolan rapi itu, terlihat sederhana, namun manis.

Adara tersenyum menanggapinya. "Gapapa kok, Ly. Udah lo lanjut aja, waktu kita tinggal dikit."

Lily mengangguk. "Ohh, gue kirain lo kenapa."

"Iya, gue ga oke. Gue CEM - BU - RU!!"

***

"Eh, Gib."

Laki laki dengan earphone yang menyumbat telinganya itu terus berjalan tanpa mempedulikan orang yang memanggilnya.

Sementara siswa tadi berdecak sebal. Dia berjalan cepat mendekati Gibran dan memukul bahunya pelan.

Berhasil!

Gibran menoleh dan tangannya bergerak pelan mencopot benda putih itu dari sana. "Kenapa, Run? Ada masalah lagi di mading??" Tanya Gibran langsung.

Runa mengangguk. "Kali ini, siswa lagi lagi menulis maupun menggambar hal yang tak wajar berada disana. Kita mulai sekarang harus tegas, Gib."

Gibran menghela napasnya pelan. "Yaudah, ayo kesana." Gibran berjalan mendahului Runa.

Laki laki dengan hoodie putih itu berhenti sebentar di depan mading, dia kemudian berdecak sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Di adain hal kek gini, tapi malah di buat jelek. Ga di adain, ngemis ngemis minta mading khusus siswa. Ga ngerti gue." Ucapnya.

Gibran melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan.

Ruangan Petugas Mading

"Kita nungguin lo dari tadi, Gib." Celetuk satu laki laki dengan jaket kulitnya, Dika. Laki laki itu merupakan wakil dari petugas mading.

Gibran duduk di singgasana miliknya. "Jadi, apa yang mau kita lakukan sekarang?" Ujar Gibran sembari memainkan pulpennya.

"Kita letak cctv aja gimana, Gib?? Kan dengan begitu kita bakal bisa nemuin siapa yang rusuh di sana." Ujar Oliv.

"Menurut gue ga bisa, Liv. Itu kan privasi mereka masing masing."

Sky And OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang